" Hallo...
Ada yang kangen Tasya... "
Sapa Tasya yang masuk begitu saja kedalam ruangan yang ia pijaki saat ini. Sebuah ruangan VIIP besar mirip sebuah apartemen mewah.
Sayang nya tak ada yang membalas sapaan Tasya. Tapi ia tak peduli dengan anggun gadis cantik ini mengembangkan senyum kearah wanita sebaya nya disana, Vania yang bengong melihat kedatangan tamu tak diundang bahkan ia bingung siapa gadis berpakaian serba pink itu yang mirip power ranger pink tanpa topeng di kepala. Dan rambut nya yang berwarna pirang tampak seperti gulali di pasar malam.
Fayza yang baru keluar dari kamar kecil tersenyum melihat Tasya sudah datang. Karena memang dia yang menghubungi Tasya menemani nya malam itu disana.
" Tasya.. Sini.. " Panggil Fayza.
Tasya mendekat dengan senyum tak pernah pudar. Tapi ia merasa kehadiran nya tak diinginkan oleh beberapa manusia disana terlebih pria yang sedang duduk didekat wanita tua di bangkar itu. Arland merasa kehadiran Tasya akan menjadi pengganggu nya malam ini. Padahal ia sudah senang Fayza mau menginap disana.
" Ma.. Kenalkan ini Tasya dia sepupu Fayza! " Kata Fayza menutupi indentitas tambahan Tasya sebagai adik iparnya.
Rose menatap kosong pada gadis muda berpakaian serba pink itu dengan tak suka. Gadis itu terlihat sangat urakan meski face nya ala ala. Gadis korea yang imut tapi dimata Rose tetap tak menarik.
Apalagi sugesti nya melihat wanita muda selain Vania dan Fayza seolah mempengaruhinya saat ini.
Fayza menarik tangan Rose dan mengusapnya pelan.
Seperti mengerti ketidaksukaan Rose pada Tasya tapi ia segera memberikan jaminan pada sentuhan nya. Dan Rose langsung tersenyum kembali.
" Ma.. Besok ada jadwal seminar di Bandung. Fayza ditemani Tasya. Dan maaf banged. Fayza ga bisa nemenin Mama besok soal nya ini sangat penting buat gelar Fayza nanti" Kata Fayza lembut disana tentu membuat Vania dan Arland kaget. Wanita yang tadi tampak bersenda gurau dengan Ibu mereka malah mengeluarkan statment seperti itu.
Arland menebak ini pasti akal-akalan Fayza untuk tidak terikat dengan Mama nya sampai sengaja membawa Tasya kesana sebagai bukti kebohongan nya.
Rose tampak kaget dan langsung mau menangis.
" Seminar? Fayza.. Ninggalin mama??? ".
Fayza sengaja melihat kearah Arland.
Pria itu juga tak mau terlihat begitu memaksa Fayza. Mau tak mau ia ikut menyongkong Fayza.
" Iya ma. Fayza sudah menunggu lama. Mama nanti sama Arl dan Vania ya.. Nanti Yudish dan Tata juga kesini kok. " Kata Arland disana menjelaskan nama nama sepupu nya agar Mama nya mau menurut.
" Mm mama ga mau. Mama mau nya sama Fayza.. Pokok nya sama Fayza. Menantu mama" Spontan Rose memeluk lengan Fayza dengan erat. Disana Tasya terperangah kaget dan mendengus keki. Dalam hati ia mengumpat kesal. Ia perlu melakuka suatu tindakan untuk membantu Iparnya.
" Mm tante.. kak Fay... Kan mau jadi orang hebat nanti yang bangga Tante juga kok.. " Katanya disana dengan senyum manis.
Bibir Rose melengkung kebawah. Ia tetap menggeleng tidak mau.
" Kak. Apa ga bisa di undur.. " Cicit Vania disana membuat antena Tasya menegang. Sensor target nya mengunci pada sosok gadis itu yang menjadi sumber masalah.
" Ga bisa dong! Kan ini impian Kak Fayza. " Sahut Tasya menyipitkan mata pada Vania tanda ia ingin mengibarkan bendera perang dengan gadis itu.
" Tapi kan bisa di susul nanti. Ini Mama lagi sakit.. " Sela Vania semakin membuat Tasya gemas. Vania lalu berlari kecil kearah Fayza
" Kak Fay. Plisss" Rengek Vania menarik lengan Fayza dan merengek membuat Tasya jijik sendiri.
Tasya tak mau tinggal diam ia ikut menyusul tindakan Vania
" Kak Fay.. Aku udah beli tiket pesawat nya lho.. Ini kesempatan tidak datang DUA KALI" Kata nya disana dengan mata melirik kearah Vania. Sengaja memberikan percikan kemarahan pada wanita itu.
" kak Fayza. Katanya sayang sama mama... " Rayu Vania lagi.
Fayza menarik nafas pelan. Ia kembali ke pokok point penting disana.
" Mm ya Ma.. Tiket udah dibeli semua nya sudah didaftarkan. Sebagai gantinya nanti malam Fayza akan tidur sama Mama ya.. " Kata Fayza dengan bujuk rayu, suara lembut nya sangat disukai Rose apalagi paras Fayza disana yang memberikan nya kedamaian.
Sebenarnya Fayza tidak tega membohongi orang tua apalagi yang lagi sakit seperti sekarang ini. Tapi ini adalah batas takar dimana ia tidak mau melibatkan diri terlalu jauh lagi. Ia yakin Arland dan Vania akan menyelesaikan masalah Tante Rose dengan sendirinya. Apalagi tingkah Vania sangat jelas seolah ingin mengikatnya disana tanpa mengerti keadaan nya yang serba salah.
" Yang benar Fayza?? Tidur sama Mama kan ya. Fayza janji ya.. Tidak bohong" Cicit Rose tampak kegirangan dan itu petaka bagi Arland dan juga Vania. Mama nya setuju dengan kepergian Fayza besok.
" Tentu saja Ma.. " Sahut Fayza merasa senang misi nya berhasil. Ia tersenyum sempurna. Begitu juga Tasya mengibarkan bendera kemenangan kearah Vania lalu mengolok gadis itu dengan lidah nya.
Vania langsung membuang muk agar tidak terpancing amarah oleh Tasya.
" Sudah malam. Gimana kalau Mama tidur duluan. Fayza mau makan bentar" Pinta Fayza mengaloni kepala Rose dengan sayang. Dan wanita itu menurut dengan mudah nya bahkan langsung memejamkan matanya disana. Tingkah nya memang kembali seperti anak kecil. Dan Fayza bak induknya.
Fayza memberi kode pada Tasya disana.
Setelah Tante Rose memejamkan mata beliau langsung tertidur begitu saja.
Disana Vania langsung mencegat Fayza saat wanita itu hendak keluar dengan Tasya.
" Kak.. Serius kak besok ga bakal bantu Mama lagi? Kakak kok tega banged sih" Koar Vania disana dengan nada marah.
Fayza menilik kearah Tante Rose yang bergerak nyaris terbangun. Ia pun memberi arahan Vania agar keluar sana. Gadis itu mengangguk. Dan mengikuti Fayza keluar diiringi Tasya yang komat kamit sendari tadi menahan kesal. " Jangan salah kan Tasya ya Allah bakal bikin rumah sakit ini heboh, sabar sabar.. Tasya ingat kalau mau pantat lebar kayak Mami harus sabar... , hidup Mami Lily.. hiduuup" Teriak Tasya dalam hati. Ia perlu meningkat kan imun jiwa pejuang kakak nya di saat ini. Ia tau kakak iparnya saat ini sedang di tengah kebimbangan. Dan ia juga takut kalau Fayza akan dekat lagi dengan Arland. sebisa mungkin ia akan jadi perisai pesona Arland malam ini.
Fayza memilih lorong rumah sakit untuk menjelaskan kepada Vania.
" Kalian bisa mengatasi ini Vania. Kalian pakai alasan apa kek. Aku ga bisa terus-terusan membohongi Tante Rose untuk jadi menantunya! Kamu tau kan aku ini istri seseorang. Dan hari ini aku memilih kalian. Apa kamu bisa mikir bagaimana posisi suami aku saat ini!!! "
Tasya mengangguk angguk setuju dengan jabaran kakak ipar nya yang tergolong lugas. Bahkan kalau ia jadi Vania jelas ia akan mundur alon alon kalau sudah di ucapkan begitu.
" Iya kak. Vania paham. Tapi ini Mama kondisi nya bukan normal kak. Dia sakit. Apa kakak tega kalau Mama terluka lagi. Bayangkan kalau ini Mama nya Kakak sendiri. Kakak pasti akan melakukan apa saja untuk dia kan. Kak... Kakak ga paham sih. Bagaimana di posisi Vania. Papa udah ninggalin kami. Terus Mama kayak gini "
Ucap Vania dengan tangis yang pecah. Arland saat itu juga ikut keluar dan mendengar perdebatan perempuan-perempuan itu.
Fayza menghela nafas panjang apalagi Vania pakai menangia segala seolah ia benar benar jahat saat ini, Kepala nya rasanya ingin sekali ia lempar keluar jendela biar ringan. Ia tentu mengerti bagaimana posisi Vania apalagi dengan kondisi orangtua yang sudah tak lengkap. Tapi ia juga harus memilih salah satu.
" Ipar gue Fayza sendiri punya masalah besar. Loe kalo tau pasti ga mau diposisi dia tau ga. Kakak ipar Fayza ngerti banged kondisi Nyokap loe dan elo. Tapi loe kan dah gede. Jangan bikin beban ini ke ipar gue seorang dong. Noh. . Elo masih punya sodara yang masih bernafas kan. Kalian bawa nyokap loe ke luar negeri kek buat berobat alasan yang masuk akal kek biar nyokap loe ga nyari ipar gue mulu. " Sahut Tasya disana dengan kobar membara. Ia tak mau Fayza akan termakan tangisan Vania.
Mendengar itu dari mulut Tasya. Vania jadi berang. Apalagi tamu datang tak diundang pulang tak diantar itu selalu menyematkan kata kakak ipar seolah olah membentangkan jarak ia dengan Fayza terpampang jelas.
" Aku ga nanya pendapat kamu ya power ranger! " Serang Vania disana naik pitam.
" Ih dasar gegaruk sawah.. " Balas Tasya mendengus sambul menepis rambut pirang nya kebelakang bibirnya komat kamit mengikuti bibir Vania.
" Apa! Kamu bilang apa?? " Berang Vania tak terima.
" Gegaruk sampah. Bisa dengar kan... Hah..
Fayza segera menahan tangan Tasya agar tidak menambah kisruh. Melihat itu Tasya hanya manyun saja sambil terus memicingkan mata kearah Vania. Seolah merapalkan mantera " Loe salah berurusan dengan gue! "
Fayza juga memberikan jarak kedua nya agar tidak serang fisik. Aura kedua nya sudah seperti kucing yang mencuatkan cakarnya.
" Fayza.. Kita ngomong bentar yuk" Kata Arland disana menengahi.
Fayza melihat kearah Arland sebentar seolah mempertanyakan ajakan Arland." Aku disini tidak bermaksud tidak mengerti kalian. Kesulitan kalian. Aku paham betul. Aku akan berusaha membantu sebisa ku tapi aku tak bisa kalau terus ditahan disini sebagai Fayza yang dianggap bisa menenangkan Ibu kalian. Ayolah.. Kalian sudah dewasa. Tolong bantu aku juga agar aku bukan semata mata kunci penolong ibu kalian" Ucap Fayza disana sebisa mungkin tenang dan membuka lebar otak dua manusia keras kepala didepan nya ini.
" Ya.. Kita bicara berdua Fayza!!" Potong Arland juga tampak malas mendengar penuturan Fayza.
" Berdua! No!" Sela Tasya dengan kaki maju sebelah ditengah ketiga manusia disana. Ia mengangkat jari nya keatas dengan mata menukik tajam kearah Arland seolah pelaku kriminal.
" Dilarang pria dan perempuan bukan muhrim berduaan" Seru nya disana dengan mata menuduh pada Arland. Mencurigai Arland yang hanya menggunakan cara Modus Ibunya agar bisa meracuni otak Fayza. Arland menghela nafas. Kemunculan Tasya memang seperti tuman saja saat ini. Tidak kakak, tidak adik sama-sama pengacau.
" Gue ini perwakilan suami nya. Jadi agar tidak menimbulkan fitnah gue hadir disini" Sambung Tasya denga bangga, ia mengerti betul sorotan Arland yang mengintimidasinya.
Arland menyerah kalau berdebat dengan gadis ababil didepan nya ini apalagi tadi sudah mau baku hant dengan adik nya Vania.
" Fine! Okey.. Fayza.. " Suara Arland melembut. Ia memegang bahu Fayza kedua sisi sontak tangan Tasya mendarat memukul tangan Arland.
" Ga boleh pegang-pegang!! "
Pekik Tasya disana langsung menghunuskan sinar ultra pada Arland. Sekarang bagi Arland, Tasya sudah mirip security saja disana. Melihat itupun Vania ikut jengah. Perempuan itu sangat mengganggu sekali!
" Intinya. Keputusan ku ga berubah. Maaf sekali kalau aku mengecewakan kalian. " Ucap Fayza menatap tajam kepada Arland dan Vania lalu beranjak dari sana diikuti Tasya yang melenggang seperti puteri universe. Melengkungkan senyuman kemenangan untuk kedua kali pada Vania.
Fayza masuk kedalam begitu juga Tasya.
" Kak.. ! Aku bawakan baju ganti buat kakak" Kata Tasya mengambil tas nya dan mengeluarkan piyama berwarna pink milik nya.
" Terimkasih ya Tas.. " Ucap Fayza sambil mengambil baju itu.
" Iya kak! Ganti aja. Biar Tasya yang ronda" Kekeh Tasya sambil menjulurkan kaki di sofa empuk disana.
Fayza mengangguk. Ia segera masuk kekamar mandi. Dan saat itu Vania masuk. Menatap sinis pada Tasya. Bibir nya sudah gatal ingin memarahi Tasya.
" Kamu. Ga pulang? " Tanya Vania.
" Engga! Kenapa.. Aah ga usah bahagia gitu tau kok kalian pasti senang kan ada Gue disini.. " Kekeh Tasya sengaja bikin Vania kesal.Ia jelas tau keberadaan nya sama sekali ga diharap.
Vania meringis melihat tingkat kepedean Tasya yang ga ketulungan, ia lalu mendekati Tasya persis didepan nya. Bahkan perempuan itu sibuk menekuri kutek di kuku jari nya sambil bersiul.
" Kamu nyader ga sih. Bikin Kak Fayza sulit mencari kebahagian nya?? "
Tasya menaikan alis nya Ia mendongak kearah Vania didepan nya. " Maksudnya apa?"
" Kamu tau kan. Kak Fayza itu cinta nya sama siapa? Apa kamu ga kasihan melihat dia hidup terpaksa dengan Abang kamu! Jadi pliss deh. Kamu jangan paksa kakak Fayza buat tersiksa begitu. Aku aja kasihan sama Kak Fayza. Dia kalau liat Abang Arland bawaan nya sedih begitu. Jelas banged kak Fay masih cinta sama Bang Arland"
Tasya mencium roma roma konsfirasi dari kalimat Vania. Ia tau betul kisah asmara sepupunya itu dengan Arland juga kehadiran abang nya yang seolah memporak-porandakan hubungan mereka. Tapi menurut nya Fayza sampai meminta bantuan ia datang kesana itu sudah sinyal kalau Fayza sendiri merasa diteguhkan pilihan nya. Dan benar saja dengan mendengar perkataan Vania barusan feeling nya tepat sekali kalau Fayza perlu bantuan nya. Perempuan ini punya taktik untuk meracuni seseorang di balik paras nya yang polos dan imut dan itu sudah terbuktk beberapa kali dari tingkah nya.
Tasya menjentik jari nya beberapa kali kebibirnya seolah berpikir keras lalu ia mengenadah dan bilang kata "oh"dengan panjang dengan meledek tentunya.
" Justru karena itu gue ngebantu ipar gue itu bahagia! Tentu nya sama abang gue dong! Meliviano Andika Alvaro!!! Huahahaaa"
Vania menelan saliva nya ia merasa percuma bicara baik baik dengan wanita ga jelas didepan nya ini. Makin diladeni makin bikin tensi naik.
Tasya berdiri walau badan nya lebih pendek Ia selalu lebih unggul untuk bertingkah songong dengan seseorang yang ia anggap sebagai rival.
" Gue akan bantu dokter ternama buat nyembuhin nyokap loe! Asal jangan ngejerat ipar gue! " Bisik Tasya menyindir dan sengaja menabrak bahu Vania lalu menoleh singkat sambil tersenyum jahat.
Vania merasa di serang merasa darahnya mendesir sampai keubun ubun. Ia tak tahan lagi dan ingin membalas nya tapi keburu Fayza keluar dari kamar mandi dengan piyama yang tampak kekecilan di bagian kaki. Ia menatap bingung kearah Vania dan Tasya yang satu sedang kesal satunya malah cengengesan.
" Omoooo.. Kakak cute sekali. Ponakan aku pasti demen banged liat bunda nya pake pink " Koar Tasya sengaja bikin Vania tambah kesal. Vania berusaha tutup kuping agar darah nya tidak naik keatas lagi.
" Oh ya kak. Tadi Bang Vian pesan katanya harus jaga kakak dari penyihir jahat! Tasya rasa benar banged nih kak.. Oh ho.. Kedatangan Tasya memang benar apa adanya.. Yuhuuuu....
Vania menahan kesal dengan serangan perempuan itu yang mengatai nya penyihir. Tapi Ia tak mau juga bertengkar didepan Fayza, takut Fayza malah illfeel dengan nya. Sebelum Tasya semakin berkobar memicu perang ia segera beranjak dari ruangan itu.
" Ooh.. Kakak tau. Tadi dia coba meracuni pikiran aku tau ga . Ohh untung ya Tasya itu sinyal nya kuat " Keluh Tasya mengadukan nya pada Fayza setelah Vania keluar.
" Sinyal kamu memang kuat Tasya. Malah sangat bertegangan tinggi! "
Tasya hanya terkekeh sendiri "yoi. Keluarga Alvaro itu semua nya tegangan sutet kak. Maka nya kan Kak Fayza bisa langsung jebol gitu"
Fayza melirik tidak suka pada satu sepupu nya yang mulut nya juga bar bar itu. " Tapi Vian ada hubungin kamu ga Tas?? " Tanya nya yang sebenarnya dari tadi ga dapat respon dari Vian. Pesan nya cuman di Read. Ditelepon malah tidak direject.
" Ciye... Yang nyariin suami. Ck! Belum juga sehari pisah" Goda Tasya membuat Fayza jadi salah tingkah.
" Ga ada sih Kak. Bentar coba Tasya telepon ya.. " Tasya berlari kecil menuju tas nya.
" Eeh eeh jangan bilang aku nyari ya. Tadi cuman nanya aja" Kilah Fayza berasa malu sendiri dengan Tasya.
" Tenang! Orang kangen mah selalu punya alasan yang micin"
" Kangen. Ga lah. Aku tu-
" Eeeh nyambung kak" Potong Tasya yang sudah menghubungi Vian disana. Sontak Fayza jadi gugup sendiri. Sekelebat rasa bersalah mendominasi nya. Dan rasa penasaran nya kepada Vian sekarang yang lagi dimana keberadaan nya.
Saat itu Arland hendak membuka pintu tapi ia mengurungkan niat dan mencoba mengetahui apa yang sedang dibicarakan Fayza didalam dengan ipar nya itu.
" Hallo.. Dengan Melviano pria tertampan didunia... " Kata Tasya disana seolah mengatakan password setelah teleponnya diangkat. Fayza mendelik. Ia heran kenapa pesan dan panggilan nya malah direject Vian. Apakah Vian marah. Atau apa!
" Ha.. Abang ngomong apa?? Iiini.. Siapaa ini.... " Seru Tasya disana menarik ponsel nya melihat nama disana, kalo-kalo ia salah orang. Tapi itu memang nama Vian.
Alis Tasya berkerut.
" Abang ngomong apa sih.. Hy.. Melviano... Terganteng sedunia" Teriak Tasya disana berang.
Didepan nya Fayza makin penasaran apa yang terjadi.
Tasya tampak serius mendengarkan lawan bicara nya disana. " Ini bukan abang gue kan. Ini Varo ya??? " Ucap nya membuat Fayza membelalak dan di balik pintu sana Arland menguping jelas walau masih hitam putih ia menangkap hal aneh. Telinga nya semakin tajam disana.
Fayza segera merampas ponsel Tasya.
Ia diam mendengarkan apa yang disampaikan orang disana.
Terdengar suara cekikan yang jelas suara Vian tapi ritme nya berbeda. Dan di sana ada suara gaduh music keras mengalun.
" Dengar adek Vian yang cantik bilang sama wanita sok alim itu buat gugurin kandungan nya!! Atau aku yang akan buat anak itu lahir sebelum waktunya... " Suara Vian yang mendayu khas sedang mabuk. Fayza menegang. Firasat Tasya mengalir kearah nya dan itu ia yakin buka Vian tapi Varo!!!