Didepan ku Vian sedang asik berenang. Ia terlihat sangat menikmati waktu nya. Rambut nya yang coklat terus menari nari di bawah air sana. Dan kulit nya yang bersih seperti sapuan batu pualam yang lagi mengapung di air. Kalau seperti ini Vian itu sungguh mempesona. Dan mungkin saat ini kepala ku disini oleh tata cara mencintai pria ini.
" Jadi! Apakah ada hal yang memicu Varo? " Tanya ku pada Leo.
Kami duduk di kursi santai. Berusaha bicara senatural mungkin dan tentu harus hati-hati juga. Mami tadi sudah masuk kedalam dan Vian kurasa dia masih menikmati renang nya. Aku sengaja mendekati Leo. Karena dia juga sumber informasi ku. Orang yang mendampingi Vian dan Varo dalam waktu lama.
Leo tampak kaget mendengar pertanyaan ku. Ia menoleh ku sebentar dengan wajah datar nya. Rasanya seperti sedang bercermin saja. Kami memiliki kesamaan ekspresi.
"Tuan Varo muncul kalau Tuan Vian tidak bisa mengontrol nya! " Sahut nya juga ikut pelan dan terdengar sedatar mungkin.
" Kemaren aku memanggil nama Varo saat ia bangun tidur. Dan Varo muncul! Apakah itu juga salah satu saat Vian belum menyadarkan dirinya sepenuh nya?? "
" Mungkin saja Nyonya! "
" Lalu. Bagaimana kah Varo itu dimata kamu Leo?? Apakah dia punya kelemahan atau hal yang tidak ia sukai? " Tanya ku.
Dengan mata lurus tetap memperhatikan Vian yang masih kesana kemari berenang.
" Dia pria yang dingin, angkuh dan kejam! Yang tidak ia sukai yang disukai Tuan Vian"
Aku menarik nafas mendengar penuturan Leo.
"Leo!! Bisa kah kamu membantu ku??? " Pinta ku kemudian. Aku melihat Leo dengan serius.
" Aku akan memunculkan Varo! Tolong jaga aku Leo!.
Pria bermata tajam ini seperti mengerti apa yang aku maksud.
" Ini akan sangat berbahaya Nyonya! Dan Tuan Vian pasti menentang nya!!! "
" Aku merasa cukup andil kenapa Varo muncul. Jadi aku ingin menebus nya" Aku mencoba meyakinkan Leo. Dan ini memang ada hubungannya dengan
Leo terdiam. Aku lalu tersenyum kearahnya. Entah kenapa aku merasa mempercayai Leo. Dan dia orang yang bisa membantu ku kalau kalau Varo lepas kendali.
" Saya akan usahakan" Sahut nya kemudian. Aku tersenyum lebar melihat nya.
Tiba-tiba muncul air entah dari mana membasahi aku juga Leo.
" Kenapa kalian senyum senyum" Ternyata itu Vian. Ia muncul di permukaan. Dan melihat kami tidak suka.
" Saya permisi dulu Tuan- Nyonya" Leo segera berdiri lalu menjauh. " Leo! Kamu jangan menggoda istri ku" Teriak Vian disana. Ia lalu keluar dari dalam air. Dan mengambil handuk disana melilit nya dengan asal.
" Kami hanya membicarakan kamu saja! Maksud ku Varo " Kata ku menjelaskan. Karena Vian melihat ku dengan selidik. Apakah ia cemburu? Dengan Leo!!
" Dia bilang apa?"
" Varo itu pelit dan jorok! " Jawab ku asal.
" Apa! Dia bilang apa?? "
Aku terkekeh saja melihat reaksi Vian.
" Ya kamu benar bukan nya jorok dan pelit dia itu sangat jelek. Ga populer dan sok ganteng"
Aku hanya tersenyum saja. Statment terakhir bukan kah itu dia sekali. Tapi melihat nya selesai mandi begini entah mata ku yang salah atau pengaruh alam yang lagi baik. Siang menjelang sore panas nya terlihat cantik. Vian terlihat bersinar bermandikan sinar matahari sore. Sudut wajah nya sangat jelas memberikan kata Ganteng disana. Aku segera mengenyahkan rasa terkesima ku. Bisa bisa dia akan besar kepala aku menatap nya seperti tadi.
" Apa kita akan nginap? " Tanya ku mengganti suasana.
" Nanti saja! Urusan kita belum selesai kan. Siapa tau nanti kalau aku cerita kamu malah mencakar ku!! " Lirik nya sambil menegak orange jus disana.
" Apakah hubungan Varo dengan Deasy sangat dekat? " Tanya ku merasa sebenarnya enggan. Takut jawaban nya malah membuat ku kepikiran.
" Aku tidak tau! Aku selalu lupa kalau menjadi Varo! " Jawab Vian disana lalu mengunyah es batu nya.
" Leo bilang mereka cukup berhubungan baik"
" Oh" Aku tak tau ini baik atau tidak. Rasanya ada yang mencubit saja. Dan perih. Bagaimana pun Varo adalah Vian. Walau beda kepribadian mereka 1 tubuh. Lebih baik dia mereka kembar saja ketimbang memiliki 1 tubuh.
" Jadi kalau aku ada apakah aku akan jadi orang ketiga?? " Tanya ku.
" Tentu saja tidak. Jangan pikirkan mereka. Aku tidak ingin Varo muncul dan Deasy juga sudah aku tegaskan kami tidak ada hubungan apa apa lagi" Sela Vian disana dengan alis berkerut ia tampak mulai malas membahas tentang Varo.
" Kamu menegaskan nya? Apa kamu berbicara dengan Deasy?"
" Ya! Aku sudah tegaskan padanya! Aku bahkan tidak mengerti bagaimana Varo memperlakukan nya. Tapi tenang saja Varo sudah aku kubur, anggap dia masa lalu aku. Okey!! "
Vian bangkit dari sana. Ia terlihat marah dengan sendirinya.
" Ya. Yang menegaskan itu bernama Vian bukan Varo! Kamu tidak akan menyelesaikan masalah kalau seperti itu Vian" Kata ku mencoba memaparkan pendapat ku.
" Tidak ada yang perlu diselesaikan. Varo tidak akan menguasai ku lagi" Ia melihat kearah ku dengan raut kesal.
" Aku akan bantu kamu menyelesaikan nya"
Vian menaikkan alisnya sebelah.
" Kamu bilang Varo ada hubungan nya dengan ku kan. Aku akan mehadapi nya! "
" Ga akan! Varo itu jahat Fayza. Dia akan menyakiti mu" Tolak Vian mentah-mentah.
" Tapi dia tetap kamu! Vian dan Varo itu sama. Kalian sama hanya kalian punya masalah sendiri! Aku akan membantu kamu Vian. Titik! " Aku ikut keras kepala. Menurut ku ini masalah serius. Apalagi ada nama Deasy tersemat bagaimana kalau nanti tiba-tiba Varo. Muncul dan dia membawa Deasy ke dalam rumah seperti kisah di layar ikan terbang itu. Jijay banged aku mehadapi wanita ketiga. Aku bukan wanita yang akan termehek-mehek seperti di film-film itu. Membayangkan nya saja enggan.
Vian mau menyahut lagi tapi tiba-tiba ada suara orang terbentur di belakang kursi santai. Dan gaduhan nya juga terdengar.
Aku dan Vian segera mencari sumber suara. Disana tampak Tasya yang mengusap ubun-ubun kepala nya sambil meringis. Senyum nya memudar saat melihat kami berdua.
Jadi Tasya mendengar percakapan kami barusan.
*
*
Tasya mengerjapkan mata saat mengetahui perihal tentang sodara nya.
" Serius. Abang ada dua! Kepribadian ganda?? " Tanya nya disana dengan wajah masih tidak percaya. Ia lalu mendekati Vian dan memukul mukul pipi Vian.
" Apa sih Tasya. Sakit.!!! "
Tasya meringis ia kembali duduk di atas kasur. Kali ini kami di kamar Vian. Yang tentu kedap suara.
" Kak.. Tabok Tasya deh Kak. Sumpah ini impossible banged" Cicit nya disana.
Aku mendengus dan berharap ini juga mimpi. Tapi aku cukup lega Tasya mengetahui nya. Aku merasa juga perlu bantuan Tasya secara dia sodara terdekatnya.
" Apa sebaiknya ini dibicarakan sama Mami Papi juga bang?? "
" Awas kalo loe sampai bongkar Tasya. Abang akan bikin kepala loe botak" Ancam Vian disana membuat Tasya langsung memegangi rambut panjang nya .
" Ihk.. Jangan dong Bang. Ntar mirip kepala Papi yang tengah nya udah longsor" Sahut Tasya mengulum senyum.
" Makanya jaga mulut kamu ya!"
" Beres Komandan! Tapi kenapa Abang bisa punya kepribadian 2"? Tanya Tasya lagi membuat Vian disana jadi bertingkah aneh.
" Ga tau! Kalau tau juga ga bakalan begini kan"
"Iya juga sih. Terus gimana? Abang udah punya dokter nya juga kan! Perkembangan nya gimana?? "
" Udah! Jangan dipikirkan. Ini ga parah juga kok! "
" Serius ga parah?? Tapi gimana dengan hari itu? Aku liat abang ke rumah wanita yang mengaku hamil anak abang waktu hari pernikahan abang??? "
Glek... Nah nah lho..
Mataku langsung menghujam kearah Vian. Dan pria itu seperti baru keciduk melakukan kesalahan.
" Oh My God... Tasya ga maksud apa apa nih.. " Sontak Tasya juga ikut panik. Dia ikut salah tingkah.
" Kak.. Dengar dulu! Aku kan memang menyelidiki Delisha! Hari itu. Aku diberitahu kalau Abang ada disana dan aku menyusul nya.. Tapi bukan hubungan yang macam-macam kok kak. Aku liat Abang lagi bicara dengan wanita dikursi Roda. Dia bilang kalau mengakhiri hubungan mereka! Itu saja! Aaa aaah.. Aduduh.. Tasya kok jadi berasa ikut campur ya.. Tapi suer Kak.. Abang ga ngapa-ngapain bukti nya muka abang kena pukul mereka kan. Biru-biru begitu" Koar Tasya disana.
" Aku pura-pura menjadi Varo! Dan mengakhiri hubungan mereka! Itu yang aku bilang menegaskan pada Deasy!! " Ucap Vian lebih mengarah kearah ku, mungkin takut aku akan salah paham.
" Itu masuk akal " Kata Tasya mengurut dada. Aku melirik pada Tasya dan gadis itu mengerjapkan matanya.
" Kak aku dipihak Kakak. Tapi apa yang di katakan Abang aku jamin dia bicara jujur!! Sebrengsek-brengsek nya Abang dia ga mungkin khianatin kakak. Sumpah!! " Kata anak itu dengan wajah serius dan menjaminkan namanya sendiri.
Aku mau membuka suara tapi ponsel ku malah bernyanyi. Tadi kuletakkan di nakas dekat Vian. Dan sekarang Vian ikut melihat nama layar disana.
" Arland?? " Ia mendelik kearah ku.
" Jangan diangkat!! " Kataku memperingati.
" Kenapa ga di blokir saja sih" Dengus Vian kudengar. Ia malah mengambil ponsel ku. Aku khawatir ia malah mengangkat telepon dari Arland. Dan benar saja. Belum sampai tangan ku menggapai ia sudah menaikan ikon hijau itu ke atas lalu menekan speaker Sontak aku merasa gugup, tampang Tasya yang mupeng kepo kepo juga ikut tegang disana.
" Fayza. Please kamu dimana... " Terdengar suara lirih yang seperti nya Arland sedang frustasi.
" Mama masuk rumah sakit. Dia mencari kamu terus. Aku perlu kamu Fayza.... " Sambung nya disana.
Kepala ku menjadi tambah puyeng. Ini salah Vian kenapa dia mengangkat telepon Arland. Aku merasa jadi beban begini. Masalah Varo dan Deasy belum juga jelas.
" Ini gue. suami nya!! " Vian angkat bicara dengan teriak. dan Arland diam sesaat.
" Melviano!! Aku perlu Fayza! Ibu ku sakit dia mencari nya! Tolong kasih tau dia!! Dia tau kondisi Ibu ku bagaimana! " Kali ini suara Momohon Arland disana membuat ku jadi ikut kacau.
" Dengar!! Apapun masalah Loe... Fayza saat ini lagi pusing tujuh keliling. Dia lagi hamil muda. Loe jangan gang-
" Fayza.. Mama lagi kritis. " Potong Arland disana. Seolah ia tau aku sedang mendengar nya juga.
Vian melihat kearah ku seperti meminta jawaban. Ini sama sama dikeadaan yang sulit. Tapi bagaimana kalau Tante Rose memang krisis. Arland bukan orang yang mempermainkan masalah nyawa seseorang apalagi ini Mama nya.
Aku mengambil ponsel itu dari Vian. Menurut ku aku harus bersikap manusiawi dulu. Ini masalah kesehatan seseorang dan dia orang tua. Dan jujur aku bukan memandang Arland. Tapi seperti nya aku menyakiti Vian ia langsung bungkam saat ponsel tadi aku ambil.
" Ini aku. Kirim kan saja alamat rumah sakitnya aku dan suami ku akan kesana" Kata ku sekaligus menegaskan pada Arland tentang status ku saat ini.
" Baiklah. Terimakasih " Ucap Arland disana terdengar pelan. Lalu telepon terputus.
" Hmm.. Uhuk uhuk.. Seperti nya pemeran pembantu disini udah selesai ya... Tasya mau pamit balik ke kamar dulu" Kata Tasya disana memecah kesunyian.
" Kak. Nanti kita bicarakan lagi masalah Delisha okey dia itu Tuman.. Tumah ga ada akhlak.. " Seru Tasya disana.
Aku mengangguk mengiyakan. Lalu Gadis itu pun undur diri.
" Apa boleh aku menemui Tante Rose? " Tanya ku pada Vian setelah Tasya benar benar keluar dari kamar.
" Untuk apa kamu tanya lagi. Bukan nya kamu sudah memutuskan nya barusan! " Sahut Vian sinis.
Rasanya seperti menelan cairan empedu. Jadi tadi aku salah. Tadi itu hanya implisit saja agar Arland tidak merongrong dan situasi pelik yang sudah tercipta duluan.
" Kalau kamu ga ngizinin. Aku bisa kirim pesan ke Arland " Kataku mencoba mengalah.
Vian tampak berpikir disana. " Baiklah! Seperti kata kamu aku ikut"
Aku tersenyum mendengar nya.
*
*
Mobil sampai diparkiran Rumah Sakit. Sebelum Vian keluar. Aku menarik baju nya menahan nya sebentar. Aku mendadak grogi. Entah kenapa rasanya aku ingin meyakinkan Vian sesuatu meski ini sangat memalukan bagi ku.
" Ada apa? " Tanya Vian menunggu ku yang melihat nya bengong.
" Anu.. Mmm
" Apa kamu gugup ketemu mantan pacar mu? " Tanya Vian disana ketus.
" Bukan itu. Aku hanya ingin bilang kalau.....
Vian mengerutkan alisnya. Kenapa kata-kata ini susah sekali keluar nya. Aku tidak pernah mengatakan hal hal manis yang berbau perasaan begini.
" Aku! Tidak memikirkan dia. Aku hanya ingin menjenguk tante Rose. Jangan salah paham" Aku langsung memejamkan mata. Malu sekaligus rasa ingin membinasakan diri sendiri langsung ada. Dan sumpah aku tidak ingin melihat wajah Vian sekarang.
Kepala ku diusap pelan. Lalu kurasakan kepala ku malah dicium.
" Aku tau itu! Aku percaya kamu kok" Bisik nya membuat ku rasanya ingin menghilang begitu saja. Apakah ini aku? Aku seperti nya menjadi orang lain juga kalau begini.
" Buruan. Lebih cepat lebih baik" Kata Vian disana yang saat ku buka mata ia sudah diluar mengulurkan tangan nya kearah ku. Aku pelan pela menyambut tangan Vian.
Ya seperti nya jalan kami memang seperti ini.
Vian bersedia memberikan aku waktu untuk menerima nya dan ini dia mempercayaiku untuk melihat arah pilihan ku dengan menemui Arland dan keluarga nya lagi. Aku pun juga berusaha akan mempercayai dia yang nanti nya akan kumunculkan sosok Varo. Aku siap mehadapi Varo dan terus berada di samping nya untuk mendukung nya. Semoga saja aku bisa mehadapi Varo.