Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 32 - Tiga Puluh Dua

Chapter 32 - Tiga Puluh Dua

" Apa ada yang aneh di muka ku?? "

Fayza segera mengalihkan matanya kelain. Sedari tadi ia makan nya bertele-tele. Aduk-aduk suap, aduk aduk lagi minum aduk aduk suap, tapi matanya terus melihat kearah ku. Bahkan sampai Farrel cabut buat sekokah sarapan Fayza ga kelar-kelar.

" Ga ada" Jawab nya tapi malah mengangguk.

Aku meringis melihat keanehan Fayza  apa ini kekuatan gen Melviano dalam perut nya bisa membuat dia sampai aneh begitu.

" Makan yang banyak! Badan kurus gitu.. Nanti kalau 9 bulan gimana bawa debay dalam perut" Kata ku sambil mengambil sebuah apel di atas meja.

" Iya kurus, buluk juga kan" Gerutu nya disana.

" Buluk? Siapa yang buluk? " Tanya ku heran. Perasaan  tadi tidak ada kata buluk. Apa bisa ada penambahan kata. Orang hamil bisa begitu ya???

" Ga ada" Sahut Fayza lalu kembali mengaduk aduk bubur itu yang kemungkinan sudah dingin.

Aku menekuri ponsel. Sekian detik kembali Fayza mencuri curi pandang.

" Fay.. Jangan bikin salah tingkah dong "

Istri ku ini malah mengalihkan pandangan. Pura-pura minum segala.

" Aiiiisss gemes banged deh kamu Fay.. " Kataku serasa icikiwir sendirian.

" Nanti kapan kamu check up luka lagi Vi? " Tanya nya disana.

Aku bahkan lupa kapan disuruh check up, tapi kalau di tanya begitu apa dia mau nemenin aku ya.

" Kenapa? Kamu mau nemenin? "

Ia mengangguk. Aku merasa sangat senang. " Hari ini" Sahut ku asal.

" Hari ini? Jam? "

" Jam 10"

Fayza lalu mengangguk.

" Itu.. Apa aku bisa bekerja di Varo Entertainment??

Aku berhenti mengunyah apel. Meletakkan buah itu ke pinggiran meja beralih kearah nya. Melihat nya sampai beberapa detik. Fayza terlihat serius. Aku sebenarnya ingin ia hanya duduk dirumah apalagi sedang hamil muda. Hanya saja Varo Entertainment itu pekerjaan yang di ciptakan Varo. Aku kadang tidak ingat apa yang Varo lakukan saat menguasai tubuh ku. Dan aku cemas kalau ada perempuan yang tidak aku kenal datang kesana seperti yang sudah-sudah.

" Apa tidak boleh? "

" Hah! Boleh.. Tentu boleh! Tapi kamu kan masih hamil muda. " Aku berharap Fayza berubah pikiran. Apalagi disana bukan bidang nya ya walau di  Departemen Keuangan ia masih bisa tapi ini dunia hiburan.

" Kenapa? Kamu kok pucat Vi? Apa tidak bisa? " Tanya nya lagi membuat ku tertekan.

Aku berhoho ria dengan santai. " Pucat.. Ga ah. Kamu mau kerja di bagian mana?? "

" Aku mau melihat nya dulu sehabis dari Rumah Sakit" Sahut nya disana.

" Ba baik" Aku segera mengesap kopi yang ia bikin kan untuk ku. Kenapa Fayza mendadak berubah seperti ini. Apa jiwa sebagai istri nya semakin kuat atau ini pengaruh gen Melviano!

" Aku mau mandi dulu" Kata ku segera beranjak dari sana.

Fayza nya diam saja. Serasa aman aku segera menghubungi Siska.

" Ganti semua yang berhubungan dengan Varo. Maksud ku. Dekorasi ulang ruangan ku dengan yang minimalis!! Dalam 2 jam! "Perintah ku lalu memutuskan telepon.

Aku juga menghubungi Leo. "Aku dan Fayza akan ke Varo pagi ini. Usahakan wanita wanita Varo tidak muncul! "

Selesai menghubungi mereka semua aku membuang nafas. Aku ragu apakah aku harus bilang sama Fayza. Apa nanti nya dia akan kabur setelah tau semua nya. Tidak! Aku tidak akan bilang Varo sangat membenci nya. Dokter Inggrid Bilang kalau Varo ada hubungan nya dengan Fayza. Varo ini kepribadian lain ku yang sangat dominan bertolak belakang dengan ku. Aku mencintai Fayza sepenuh hati. Sedang kan dia sangat membenci Fayza. Semua yang aku suka dia benci.

Aku mencari kontak dokter Inggrid. Dokter pribadi ku yang selama ini mengobati ku di Jerman. Dia juga orang Indonesia.

" Dok. Apakah nanti bisa ketemu?? " Tanya ku saat telepon ku diangkat.

" Vian? Atau Varo? "

" Orang ganteng se-Indonesia "

Dokter Inggrid tertawa disana "Tentu. Aku juga baru pulang kampung. Kapan bisa menemui ku. Orang ganteng?? "

" Aku akan kirim kamu pesan nanti"

" Baiklah. Pria terganteng! " Sahut Inggrid sambil terkekeh.

Bruk..

Aku segera mematikan telepon dan menoleh kebelakang. Seperti keGep aku salah tingkah tau tau Fayza ada disana. semoga saja dia tidak dengar obrolan ku sebelum nya.

" Eh istri ku.. Mau mandi bareng?? "

Wajah Fayza langsung berubah. Seperti orang menahan mual.

" Ga! Kamu saja"

Aku hanya mengendikkan lalu segera menuju kamar mandi. " Aaah aku lupa" Aku berhenti dan melihat kearah nya.

" Aku tidak bawa baju! Bagaimana kalau kita pulang sekarang? "

" Pulang? "

" Kamu lupa. Rumah kita?? "

Fayza tampak berpikir. " Oh.. Rumah yang itu? "

" Yang mana lagi. Rumah untuk keluarga kecil Melviano " Cengir ku membuat nya menatap ku beberapa detik.

" Tapi apa tidak apa apa tinggal disana? Itukan rumah kamu buat kekasih kamu"

" Hah.. Kekasih? Aku! Aku mana ada kekasih? Kamu lupa aku pernah bilang itu buat aku dan istri dan cetakan biru Melviano"

Dan seperti biasa Fayza diam tanpa ekspresi. Mungkin karena ia berpikir waktu itu aku membual tentang seseorang. Padahal itu untuk dia.

" Aku akan perintah kan orang buat memindahkan semua barang kamu kesana, kita berangkat sekarang! Aku akan panggil Ibuk dan Papa, kita pamit "

Fayza masih melongo disana. "Jangan melamun sayang... Nanti kesambet setan" Goda ku membuat nya mendelik risih.

Aku hanya nyengir lalu keluar dari sana. Aku sudah bilang hal itu ke Ibuk dan Papa Farid sebelum pernikahan jadi mereka tak terlalu kaget.

" Besok malam kita makan malam dirumah baru kita ya Buk! Kita barbekyu. Nanti ada yang jemput kalian. Mami nanti akan bawa banyak seafood" Kata ku menghibur kedua mertua ku yang tampak enggan melepaskan putri mereka.

Ibuk mengangguk lalu kembali memeluk Fayza yang terlihat tidak fokus lagi. Mungkin masih kagok dengan hal tiba-tiba ini.

" Jaga Fayza ya Vian!! Om eh Papa tidak akan segan segan mengebiri kamu kalau kamu selingkuh! " Ancam Papa Farid disana bercanda tapi aku tau dia serius.

" Tenang Pa!  Semua dalam kendali Vian! " Sahut ku. Ya aku tidak akan mungkin bermain wanita selama Varo tidak muncul. Aku harus segera menyembuhkan penyakit ini mencari dalangnya. Lambat laun ini akan membuat rumah tangga ku kacau.

Papa Farid mengangguk. Aku dan Fayza segera mencium punggung tangan mereka dan masuk kedalam mobil. Aku masih belum bisa menyetir sendiri. Tangan kanan ku masih belum normal. Ini aneh padahal tubuh ini sudah sangat sering cedera atas perbuatan Varo tapi hanya karena kecelakaan kecil itu aku harus sampai koma dan kesusahan bergerak luwes.

" Dia Leo" Kata ku mengenalkan pria asal Kalimantan itu pada Fayza. Leo sebenarnya teman ku sewaktu jadi koki setahun di penjara Jerman. Dia mantan narapidana disana dan tentu juga sangat dekat dengan Varo! Tapi Leo juga sangat menurut dengan ku.

Fayza melihat kearah Leo. Pria dengan bekas luka di pipi nya itu terlihat segan berhadapan dengan Fayza, apa karena pembawaannya Fayza yang dingin. Padahal Leo lebih sering menangani kasus kekerasan sama Varo.

" Istri ku cantik kan! Jangan terlalu di tatap! Yang boleh menatap nya hanya Melviano " Kataku menghentikan sorot kedua nya yang tampak saling mengintimidasi. Aku mendorong Fayza untuk segera masuk kedalam lambo kuning.

Setengah jam kemudian kami sampai di rumah yang sudah aku isi dengan perlengkapan rumah tangga sebelum pernikahan kemaren.

Kulihat Fayza diam saat keluar dari mobil, mungkin ia masih tidak mengira kalau dia yang akn menempati rumah ini dengan ku.

Aku menghampiri nya lalu mengamit tangan nya. Ia kembali tersentak kaget.

" Bereskan barang-barang Fayza Leo" Teriak ku sebelum masuk kedalam.

Leo mengangguk disana.

Aku menggiring Fayza dan ia tampak melihat ke semua isi perabotan disana. " Apa kamu suka?? "

Ia tak langsung menjawab. Malah berjalan sendirian dengan pelan-pelan. Kubiarkan Fayza melihat seisi fasilitas disana.

" Kamar kita sebelah kanan. Dan disebelah ini buat tempat bermain anak nanti" Kataku dengan bangga lalu membuka pintu kepintu. Fayza melihat kearah ruangan bermain anak yang sudah aku dekorasi penuh warna.

Wajah nya agak memerah aku tau dia merasa tersanjung.

" Ini kamar kita Fay, sudah kedap suara juga. Jadi kalau wik wik ga bakalan kedengeran" Kekeh ku sukses membuat Fayza membuang muka. Kuping nya sampai ikut memerah.

Ia lalu masuk kedalam kamar kami. Semua sudah lengkap ada Tv. Sofa santai.

" Aku mau mandi dulu! " Kata ku sambil melempar kunci mobil ke kasur. Membiarkan Fayza berkenalan dulu dengan tempat ini.

Aku masuk kedalam kamar mandi, melepas kemeja ini dan menuju wastafel. Mencuci nya sebentar lalu melihat cermin disana. Sontak kepala ku terasa berat. Aku susah menompang nya.

Samar samar ada bisikan dikepala ku.

Aku mencoba mendelik dan melihat cermin. Bayangan wajah ini seperti berubah-ubah. Didalam cermin memang aku tapi gaya rambut spice yang dominan adalah karakter Varo muncul lengkap dengan tindikan ditelinga  nya. Ia menatap ku dengan kemarahan.

" Apa yang kamu lakukan banci! "

Aku merasa kepala ku sangat sakit. Kenapa Varo muncul tiba-tiba. Apa dia tau ini di Indonesia.

" Aaagaggggrrrrh" Aku bahkan lepas kendali menjerit. Berusaha sebisa mungkin menahan nya. Fayza tidak boleh melihat ku seperti ini tapi kepala ku sungguh sakit seperti diinjak injak. Varo sangat suka menyakiti ku. Dia pikir aku lemah.

" Pergi... Pergi.. Jangan ganggu aku Varo!!! " Kataku mengepalkan  tangan rasanya ingin aku tarik rambut ini sampai keakar menghentikan teriakan nya disana. Aku tidak boleh membiarkan Varo muncul. Dia sangat membenci Fayza.

" Pergi...!!! "

" Tok tok tok..

Aku terengat dan terperanjat mendengar suara ketukan di kamar mandi. Beruntung suara Varo menghilang. Dengan tenaga terkuras aku membuka kamar mandi. Melihat Fayza disana rasanya tenang.

" Ada apa? " Tanya nya disana cemas.

" Apa nya? Aku hanya nyanyi rocker" Dalih ku berusaha baik baik saja.

" Hah. Nyanyi?? "

Aku mengangguk menyakinkan Fayza.

" Pergi... Tew... " Nyanyi ku bertembang lagu bang Haji Rhoma yang judulnya Judi hanya di ganti saja lirik nya.

Fayza bengong tapi ia seperti nya percaya. Sampai ia berbalik dan aku kembali menutup pintu. Aku terdiam dengan sejuta kelegaan. Apa kamar mandi ini harus kedap suara. Aku cemas kalau Varo muncul dan aku bertingkah diluar kendali.

Pov Fayza...

Aku mendengar semua nya. Teriakan Vian di kamar mandi. Rasanya dada terasa sakit melihat Vian begini. Apa dia sering begitu? Teriakan nya seperti kemarahan juga rintihan kesakitan. Seolah olah ada yang menyakitinya.Aku sudah mendengar obrolan nya dengan Siska dan Leo saat di rumah Ibuk. Jadi benar dugaan ku. Varo yang mengendalikan Varo Entertainment! Tindakan ku sudah benar bukan! Aku mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan mengenali lingkungan Vian dan Vian berusaha menutupinya dari ku. Apa dia tidak percaya dengan ku! Dengan Fayza. Sepupunya!! Ya sepupu naik jadi istri malah.

Sekarang rasa marah yang kamaren mempengaruhi ku tergantikan dengan kejadian ini. Kalau dibilang takut ada tapi aku juga tidak bisa membiarkan Vian seperti ini apalagi dia suami ku sekarang. Satu-satunya cara adalah memasuki dunia nya. Dan aku membutuhkan komunikasi dengan seorang psikiater tentang kasus Vian. Aku mengirimi Adista pesan, siapa tau dia ada kenalan seseorang psikolog atau psikiater. Kebetulan ipar nya Adista seorang psikiater, dia bilang bisa langsung chat atau telepon permasalahan nya dengan ipar nya tersebut. Aku pun mengikuti intruksi Adista. Kalau telepon tidak mungkin. Nanti kedengaran Vian.

Aku menanyakan tentang mehadapi seseorang yang punya kepribadian ganda.

Chat ku langsung di balas oleh Dokter Irwan itu. Dia bilang harus pelan pelan dan mencoba mendekati setiap karakter yang muncul. Aku merasa bekerja di Varo salah satu saran yang sama. Aku terus konsultasi dengan Dokter Irwan. Hingga knop kamar mandi bergerak. Ponsel itu segera aku sembunyikan dalam tas dan pura pura sedang menonton tv. Tapi aku memang kaku kalau sedang berakting, tapi ini demi Vian aku akan berusaha bersifat natural. Kulihat dari ekor mataku Vian keluar dengan menggunakan handuk dipinggang nya. Jujur ini malah membuat ku gugup saja.

" Okey Fayza. Jangan gagal fokus ini demi Vian" Hati kecil ku bersuara mengingatkan mengenyampingkan  rasa aneh yang menyusup.

Sontak aku kaget melihat Vian tiba-tiba melompat dari atas dan langsung mendarat dengan sukses di sebelah ku.

" Goaaaallllll" Teriak nya seperti anak kecil. Aku menganga kaget melihat kelakuan nya. Lalu mata ku teralih pada paha nya. Handuk nya terbuka dan itu aku menangkap pemandangan yang... Wajah ku langsung memerah. Rasanya darah ku langsung beku. Meneguk air liur pun sangat susah. " Aaaagggghhhh.....

Vian melihat kearah kemana mata ku berlabuh. Spontan ia langsung menutupi burung nya dengan handuk yang terbuka.

" Hhoooo.. Burung Vian nyaris terbang juga.. " Cicit nya disana malah tersenyum lepas tanpa beban.

" Ihk pake malu malu segala. Mau liat lagi... Hmmmm... "

Dia malah membuka nya lagi. Aku langsung menutup mata ku. Astagaa kalau begini terus aku yang gila...! Suami ku ini cabul sekali.