Aku jelas melihat perubahan dari mata Vian dan itu membuat ku meremang takut. Ini bukan sekali atau dua kali aku melihat perubahan itu hanya saja ini terlalu jelas. Dan tepat didepan ku.
" Varo.. Apa kah itu kamu? " Tanya ku mencoba mengikuti siapa yang didepan ku saat ini.
Vian masih bungkam. Bibirnya yang tadi hanya segaris datar sekarang sedikit melengkung bukan senyuman say hello yang biasa ia umbarkan. Ini senyuman berupa seringaian. Matanya juga menyipit melihat ku dengan sorot tidak suka.
" Ini? Kenapa aku ada disini???" Ia berteriak pada ku. Bahkan bisa kulihat urat leher nya mencuat. Aku sampai syok mendengar teriakan nya. Vian tidak pernah berteriak seperti ini. Lalu matanya kembali mengarah padaku. Rasanya jantung ku meluruh takut. Dia benar-benar bukan Vian. Jadi apakah ini Varo? Pria mengerikan yang aku ingat saat di mimpi tadi malam?
" Apakah kamu tuli? Aku tanya ini dimana" Hardik nya lagi memajukan badan nya. Aku mundur mencoba menetralisir kekagetan ku. Otak ku seolah buntu dengan fakta ini. Vian memiliki kepribadian ganda? Dan ini sangat menampar jelas muka ku. Apakah karena ini dia pergi keluar negeri bahkan tidak pernah mengubungi ku. Kalau pun datang juga tidak pernah mengingat ku? Lalu aku? Aku seolah hanya memikirkan diriku saja. Melupakan Vian karena ada sosok pengganti yang menjaga ku. Arland! Aku bahkan tidak pernah menanyakan bagaimana keadaan Vian di luar sana. Mata ku memanas. Apa yang terjadi dengan pria ini.
Dia yang aku kenal Normal-normal saja. Bahkan tidak ada masalah dalam hidup nya. Dia hidup di tengah keluarga harmonis juga humoris. Kedua orang tua yang lengkap serta penyanyang.
Apa yang membuat Varo ini hidup di tubuh Vian?
Aku pernah membaca artikel tentang kepribadian ganda. Itu ada kepribadian nya yang lain yang kadang mengambil kendali dalam bentuk sifat yang bertolak belakang dengan kepribadian nya yang lain dan kebanyakan dipicu oleh trauma masa kecil. Lalu Vian?? Apa ada kejadian masa lalu yang membuat nya menderita hal ini.
" JAWAB AKU! "
aku meneguk liur kembali ke situasi sekarang. Tapi aku harus jawab apa. Atmosfer nya saja terasa mencekam bahkan kulihat tangan nya mengepal disana.
" Vian kembali beberapa yang lalu" Kata ku hati hati berusaha lepas dari sorotan matanya yang mengintimidasi.
" Ck! Apa! Pria bodoh ini? Sialan! Lalu kenapa aku ada disini dengan wanita jelek seperti mu!! Rambut mu itu kusam sekali kulit mu itu juga kenapa tambah buluk!! "
What...!!!
Aku menganga tidak percaya pria ini menghina ku seperti itu. Dan dia sampai berdecih.
Menertawakan ku. Aku menarik nafas dalam. Oke baiklah. Ini bukan Vian. Ini Varo dan aku tidak tau apa mau Varo ini. Hanya saja dari sifat bengis nya seolah menggambarkan dia memang salah satu orang Robert Albagial yang Arland sampaikan waktu itu. Jadi apakah yang bersama Robert itu adalah Varo!! Dan apakah Vian atau Varo ini memang melakukan keburukan didunia itu? Kepalaku kembali ngadat dibuatnya.
" Dimana baju ku! Kenapa aku ada di kamar ini dan apa ini. Mawar? Apakah pria bodoh itu memberi mu mawar mawar ini. Banci sekali dia" Varo dalam tubuh Vian juga mengumpat umpat tentang Vian. Padahal itu dia juga.
Apakah dia juga tak tahu kalau aku baru saja menjadi istri nya.
Rasanya sangat mengerikan kalau ia tau hal itu.
Pria ini melompat turun dari sana menuju lemari baju. Cara berjalan nya juga berbeda. Sedikit aneh. Agak pincang. Vian normal. Kaki nya baik baik saja tadi malam? Apakah ini jenis Varo ?
Ia membuka lemari baju milikku dan ia mencari sesuatu. Bahkan cara nya membuka satu baju ke yang lain sangat kasar. Seperti preman pasar.
" Apa ini. semua baju wanita! Dimana baju ku!!! " Teriak nya disana sangat kesal. Bahkan jantung ku ikut melompat keluar saat ia menginjak lemari ku. Aku sampai kaget. Lemari berkualitas baik itu bobrok ia tendang. Tentu itu sangat kuat. Sudah hampir 10 tahun lebih lemari itu tidak pernah rusak. Sekarang dalam sekali tendang saja sudah memberikan bagian kayunya lepas.
Beruntung kamar ini kedap suara kalau tidak pagi pagi pria ini bikin gaduh pasti akan membuat seluruh keluarga ku mendobrak pintu kamar ini.
Kali ini ku merasa terancam aku seperti berhadapan dengan preman yang mau menyiksa ku. Tapi hanya selang beberapa detik perut ku terasa mual. Seperti ada putaran angin didalam nya mengobok obok perut ini. Kepala ini juga menjadi sangat pusing.
Aku tak tahan lagi. Ubekan diperut ini minta di keluarkan. Segera aku lari ke kamar mandi dan mengeluarkan apa saja yang ada di dalam perut ini. Walau isinya hanya cairan air. Itu membuat mual ku berkurang. Nafas ku tersengal dengan tenaga langsung terkuras.
" Heh jelek! Kau kenapa? Kenapa kamu muntah-muntah pagi pagi begini!!! "
Aku kaget ia sudah ada dibelakang ku. Mata ku melebar melihat pantulan nya di sana yang sedang mengenakan kemeja hitam. Kulihat ia tidak mengancing dua kancing dibagian atas nya. Ternyata selain sifat, Stlye, cara berjalan, mereka juga berbeda.
Aku kembali memuntahkan isi perut ku. Beberapa kali hingga tubuh ku ingin merosot letih.
" Apa kamu hamil!!! " Ini bukan pertanyaan tapi bentakan.
Tangan ku lalu ditarik dari belakang aku yang lemah terhuyung begitu saja.
Aku bingung harus jawab apa! Aku takut ia akan menyakiti janin ini kalau tau aku sedang hamil anak nya. Dia terlihat sangat membenci ku. Dan kurasakan cekalan tangan nya juga sangat menyakitkan.
'' jawab aku.. !!!! Apa kamu sudah jadi j*lang?? Anak siapa itu?? "
Rasanya aku ingin menampar wajah nya tapi kepala ku teramat pusing. Tapi aku tak kuasa menahan kemarahan ku. Dia lah yang br*ngsek sudah menghancurkan masa depan ku.
" Ini anak kamu! Dan kita baru menikah kemaren" Kata ku menatap nya tajam.
Ia melepas cekalan nya lalu tertawa disana.
" Apa anak? Ahahaa kamu bercanda. Wanita seperti mu hamil anak aku?? Tidak salah. Itu pasti bukan anak aku"
" Kamu jangan keterlaluan!! " Sengit ku naik pitam. Aku mendorong nya. Namun apa yang aku dapat. Ia langsung mencekik leher ku. Aku merasa pasokan udara di sana menipis. Mataku ikut tajam melihat Vian ato Varo disana. Tapi yang kulihat ia seolah menikmati rasa sakit yang aku terima. Mata nya sungguh bukan Vian. Ini mata seorang pembunuh.
Lalu apa ia akan membunuh ku??
" Vi.. Vian.. Viaaan. Lepaskan aku.. Vian.. " Kata ku tertatih dengan nafas yang tersisa sekian persen.
Kulihat perubahan mata disana kembali terjadi. Mata Varo menggelap itu memudar berganti dengan mata cokelat muda yang sangat jernih. Tangan nya juga terlepas di leher ku. Aku terbatuk sampai melorot. Tadi itu sangat mengerikan.
Tapi seketika perut ku mual lagi. Meski tak bertenaga tapi aku harus menyelesaikan perut ini.
Pov Vian..
Hueeek
Hueeeek
Samar samar ada suara orang muntah. Mataku terbuka, aku bingung kenapa aku ada didepan kamar mandi. Kepala ku juga sakit sekali. Apa aku melindur saat tidur.
Suara orang muntah terdengar sangat dekat. Aku melihat kesamping ada Fayza istri ku sedang membungkuk mengeluarkan isi perutnya aku ingat Tadi malam aku mengukung nya dalam tidur. Mengingat bagaimana tadi malam Fayza ku taklukan rasanya sungguh keren. Mulut pedas nya ku balas dengan ciuman. Dan dia juga menikmatinya. Ck! Aku tau Fayza itu hanya didepan nya aja susah diatasi. Batu karang kalau keseringan kena ombak juga pasti akan ambyar ya kan pemirsah.
Hueeek.
Ia muntah lagi. Aku mendekatinya
" Fay.. Kamu ga papa! Aku tau efek tidur dengan Melviano dampak nya kuat banged. " Cicit ku mencoba merilekkan keadannya.
Fayza menegakkan tubuh nya. Matanya di cermin menatap ku seperti orang linglung. Ia bahkan berbalik kearah ku.
" Kamu??"
Matanya mendelik seperti tidak mengenali ku saja. Bahkan seperti sedang berhadapan dengan setan. Tubuh nya mematung disana dengan mata sudah tak fokus.
Aku melambaikan tangan di matanya. Baru ia mengedip dan seolah sadar lagi.
Kemudian ia kembali mual mual dan muntah lagi. Aku membantunya mengurut belakang nya walau dia agak malu malu dengan mengendikkan bahunya. Aku tetap mengurutkan punggung juga leher nya. Kasian banged Fayza harus muntah-muntah begitu, pasti rasanya tidak nyaman. Janin Melviano belum apa apa saja sudah bandel gimana nanti nongol nya pasti bikin bundanya pusing tujuh keliling.
Kulihat ia sudah lebih mendingan. Dengan tangan tertatih ia mencari pegangan. Aku segera memapah nya kedalam.
" Ga usah " Sanggah nya.
Aku melihat tangan ku yang di tepisnya.
" Ya ampun.. sabaaar... Sabaaar" Kataku pelan.
Dia kemudian berhenti dan melirik ku lagi. Tatapan nya sungguh aneh. Apakah Fayza kerasukan?? Kenapa dia melihat ku ketakutan begitu bukan sorotan ketidaksukaan nya seperti tadi malam.
Fayza duduk di tepian ranjang. Wajah nya sangat pucat. Tapi ia kembali memperhatikan ku lebih tepatnya ke kaki kanan ku. Aku semakin aneh dengan cara nya melihat ku. Aku lalu membungkuk disana.
" Berbaring lah.. Aku akan pijat kaki mu.."
Ia terlihat mengatur nafas disana mungkin tak ada tenaga lagi untuk menentang ku. Tapi tetap saja belum menurut.
Aku membungkuk dan mengangkat jempol kakinya. Fayza tampak kaget dan berusaha menarik kakinya. Tapi aku tahan.
" Jangan memberontak. Kalo ga mau jempol nya lepas.. "
Kurasakan kaki nya tegang.
Lalu aku mengumbar senyum apa dia menanggapi serius guyonan ku. Fayza aneh sekali!!
Setelah itu ia melemaskan kakinya. Aku mengulum senyum menang. Fayza ini sebenarnya sangat menggemaskan. Kejudesan nya itu punya tantangan nya tersendiri. Aku tak tau apa yang dipikirkan Fayza tapi aku tak peduli.
Setelah memijat nya ia terlihat lebih tenang. " Kamu mau makan apa?
Ia menggeleng enggan. " Masa ga ada! Bukan nya kalau hamil muda ada istilah ngidam?? "
Bibirnya mengerucut bahkan melirik ku dengan hati-hati. Aku tau yang ia pikirkan pasti dia bilang begini dalam hati.
" Ngidam nya ga mau lihat aku"
" Jangan bilang kalau ngidam nya ga mau liat aku! Hati-hati anak nya ntar cetakan akut Vian. Susah ntar bedaain mana suami tercinta sama anak kesayangan!! "
Ppttt.. Aku sendiri geli dengan perkataan ku. Bahkan terlihat jelas wajah mual Fayza. Tapi menggoda Fayza seperti ini memang kegemaran ku. Sedikit membantunya ada muka nya ga datar datar amat. Aku sangat suka lihat kalau dia tersenyum terlihat sangat cantik. Tapi ini lagi ngusahain buat dia tersenyum lepas sebelum ada insiden one night with cousin pervert!
" Aku mau rebahan aja" Katanya disana lalu menarik kaki nya. Ia naik ke tengah kasur dan memiringkan badannya.
" Masih jam 7 pagi. Pengantin baru mah wajar bangun kesiangan. Ya kan sayang.. Sini aku temenin biar kamu rileks.."
Goda ku lagi lalu naik ke atas kasur sana.
Fayza bangun dan menegakkan tubuh nya.
" Aaku mau makan bubur" Katanya disana tergagap. Apa dia berubah pikiran atau tidak mau aku mendekatinya?
" Baik Ratu. Raja akan siapkan" Kataku lalu menarik diri dari sana sambil membungkuk sedikit. Dan mengulas senyum pada nya wajah datar nya terlihat wajah tegang yang seperti melihat ku penuh waspada.
Aku mengerutkan kening. Apa yang terjadi? Fayza sungguh aneh.
Aku segera keluar dari kamar itu. Langkah ku makin lama makin pelan. Aku menebak nebak. Apakah mungkin Varo muncul? Aku ingat aku bangun didepan pintu kamar mandi.
Rasanya tidak mungkin. Aku berbalik lagi menghadap pintu kamar. Ku buka pelan pintu kamar. Kulihat Fayza disana mondar mandir sendirian seperti orang banyak pikiran. Ia seperti ketakutan. Aku tak begitu jelas mendengar umpatan nya.
" Bang... " Aku mengendik saat ada Farrel keluar dari ujung kamar.
" Ciyeee.. Pangeran Vian sudah wik wik sama tuan puteri judes" Lontar nya membuat ku geli sambil menutup kembali pintu kamar itu.
" Dasar bocah! Abang laporin lho ke Ibuk. Kecil-kecil udah tau wik-wik"
" Haha jangan dong bang.. Bisa bisa Fareel masuk pesantren tahun depan" Kata bocah ini.
Aku merangkul nya untuk barengan turun ke bawah.
Tapi kurasakan ada seseorang juga dibelakang. Saat menoleh. Ada Fayza yang tampak kaget aku mencyduknya.
" Aaah.. Aku saja yang buat! " Katanya disana lalu dengan cepat mendahului kami. Ia menoleh kebelakang beberapa detik lalu kembali buru-buru.
" Ciyeee Kak Fay ga pernah salah tingkah begitu bang! Pangeran Vian memang top! " Puji Farrel disana lagi.
Salah tingkah??
Aku mencerna kata-kata Farrel itu tadi bukan salah tingkah lebih ke sikap aneh.
Aku dan Farrel menuju dapur. Disana kulihat Fayza sudah menyalakan kompor.
Dapur tampak lenggang. Seperti nya isi rumah ini masih kecapeaan dengan acara kemaren.
Aku mengambil beberapa daun bawang di kulkas dan sebilah pisau.
" Ga usah. Aku aja. Jangan menyentuh apapun.. " Aku kaget Fayza mengambil pisau itu dan menyembunyikan nya.
" Aku akan buat sendiri! Duduk saja. Aku akan buat kan minum" Katanya disana. Sedikit banyak aku merasa senang dengan perubahan Fayza. Ia seolah mulai menerima ku meski ada firasat buruk ikut melingkupi.
Aku mengangguk lalu ikut bergabung dengan Farrel di meja, ia melahap sarapan nya dengan luwes.
Kuperhatikan ekor matamu Fayza diam diam mencuri mata. Ini bukan Fayza. Apa yang ia sembunyikan!!