Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 30 - Tiga Puluh

Chapter 30 - Tiga Puluh

Flashback on..

Kriiiiiiiiiing

Bell sekolah berbunyi dalam sekejap semua teman teman ku menghambur keluar. Aku dengan lambat membereskan sisa peralatan belajar diatas meja.

" Fayza. Jangan lupa ya.. Di Mini Market pojok " Itu kata Rena teman sebangku ku. Mini Market pojok adalah tempat janjiann kerja kelompok tugas Matematika.

Aku mengangguk. Dan Rena disana berlenggang pergi. Janjian tugas kelompok hanya setengah jam dari sekarang. Aku sengaja mengulur waktu untuk bisa ketempat pertemuan. Kami hanya akan mengerjakan singkat tugas kelompok sebelum ada les tambahan 2 jam dari sekarang.

" Eh.. Denger ga! Sekolah Gemilang bikin masalah lagi lho... Katanya hari ini mereka akan diserang sama Vian Cs. Gua dengar adek nya Raka digangguin sama mereka! Sampe di lecehin gitu"

Aku berhenti membereskan buku. Telinga ku menangkap obrolan teman sekelas ku.

" Apa yang kalian bilang? Vian Cs?? " Tanya ku pada Mira dan Ance yang masih menempati kursi mereka.

" Eh. Loe ga tau Fay? Sepupu loe mau nyerang sekolahan Gemilang lagi.. " Itu malah timpalan dari Mira.

Aku menggeleng mana ada Vian mau bongkar kenakalan nya kepadaku. Apalagi ijin mau berkelahi!!! Aku adalah orang yang selalu menjadi wanita tercerewet selain Tante Lily kalau masalah beginian. Vian itu hoby nya bikin rusuh. Dulu dalam seminggu sewaktu kelas 1 Anak baru dia berkelahi terus sama kakak tingkat. Senior-senior yang merasa berkuasa malah jadi santapan nya.

Dan 3 hari yang lalu saja ia juga berkelahi dengan anak baru kakak tingkat sampai hidung kakak itu patah! Lalu ini? Menyerang sekolahan orang lain?? Itu sama saja sekolah nya akan tawuran. Dan ini buruk! Aku bergegas memasukan sisa peralatam lalu berlari keluar. Tapi naas aku malah menabrak orang, walau tak membuat ku mencium ubin tapi buku-buku yang dibawa siswa ini malah berjatuhan. Segera aku memungutinya.

" Sorry... Ya.. Aku buru-buru" Kata ku pada siswa itu. Aku membaca nama dadanya Arland Anthony.

Aku mendelik. Dia kakak tingkat yang dipatahkan Vian hidung nya.

" Fayza! "

Aku tersenyum ringkih. Ada rasa tak enak dengan kakak kelas ku ini. Kami dekat dalam acar lomba kualifikasi Matematika dalam semester ini. Tapi dia malah terlibat perkelahian dengan sepupu. Entah apa yang mendasarinya.

" Eh hey.. Sorry ya.. Ini sudah rapi" Kataku lagi buru-buru dan mengabaikan Arland yang entah bicara apa. Pikiran ku hanya fokus pada Vian dan sekawanan nya. Semoga saja Vian sama genk nya belum pergi.

Kelas mereka ada di pojok. Dan biasanya kalau pulang sekolah mereka ngumpul dulu disana buat ngecengin adik kelas atau cewek cewek.

Bruumm brummmm Bruuuum

Terdengar suara rentetan motor dengan suara memekikan telinga. Aku mengenali itu motor modifikasi Vian dan kawanan nya. Segera aku putar arah. Pulang sekolah adalah jam sibuk semua siswa berbondong-bondong keluar ke gerbang utama dengan kendaraan pribadi atau hanya jalan kaki. Dan aku terjebak macet disini. Kulihat sekawanan Vian ada di depan sana. Seperti nya aku akan gagal mengejar. Aku pun memilih mengambil kunci motor ku semoga saja masih bisa mengejar.

Aku bisa keluar di menit kesekian. Walau rombongan itu sudah tak terlihat. Aku tau letak sekolahan Gemilang hanya beberapa ratus meter dari sini. Sedikit ragu apakah aku akan kesana atau tidak. Tentu bahaya kalau aku kesana. Kalau mereka langsung saling menyerang gimana? Tapi setidak nya aku bisa menyeret Vian dulu. Dia akan nurut apa saja yang perintahkan.

Dan motor matic ku melaju sendirian ke arah sekolahan itu.

Mereka tak mungkin terang-terangn menyerang. Bisa melibatkan pihak berwajib. Dan itu benar saja sekawanan Vian tidak ada di dekat sekolahan  Gemilang. Hanya saja ku melihat beberapa cowok dari sekolahan sana sedang bergerombol mereka lalu bergerak dengan motor masing masing. Firasat ku buruk. Itu pasti lawan Vian CS. Lalu aku mengikuti mereka. Dari jarak yang cukup sepi. Rombongan itu menuju suatu tempat sebuah gedung tua yang terbengkalai. Aku mengikuti mereka diam diam dan mengendap sendirian di sana. Dan benar saja di dalam gedung itu tampak segerombolan Vian dengan jumlah pasukan nya yang tak kalah banyak. Mereka menunggu Siswa-siswa  sekolahan Gemilang ini untuk berkelahi.

Melihat rombongan lawan datang. Vian CS langsung bergerak. Aku melihat mereka menggunakan beberapa tongkat kayu dan sabuk pinggang. Juga ada yang membawa batu.

Segera aku gopoh ponsel ku.

" Hallo... Pak.. Ini saya Fayza.. Ini.. saya meli-

Ponsel ku tau tau berpindah ke suatu arah. Baru saja aku mau melaporkan kejadian ini ke pihak sekolah.

" Waaah.. Benar aja ada penyusup! "

Aku kaget dan syok melihat siswa sekolahan Gemilang didepan ku. Dan sudah menyita ponsel ku. Dia seorang siswa dengan gampang bringas dan acak acakan. Wajah nya terlihat lebih tua dari umur nya dan aku langsung merasa terancam melihat sorot lapar nya. Matanya merah dan tidak fokus. Dengan kantung mata yang menghitam. Apa dia pemakai? Mata ku menangkao nama Dicky dari dadanya.

Glek..

Ini buruk!!

" Bagus nih buat jajanan malam sore" Katanya disana dengan seringaian lebar. Di sisi lain aku melihat suara teriakan keras dari dalam sana. Mereka sudah mulai saling menyerang.

Aku pun yang merasa terancam mundur hendak melarikan diri tapi tau-tau siswa ini menangkap ku.

Aku berteriak meronta ketakutan. Tapi dia kuat banged. Bahkan rasanya leher ku terjepit dengan lengan nya.

" Teman teman loe lagi sibuk buat berantem. Mending kita senang senang yuk...

Mendengar itu aku semakin kencang teriak nya. Tapi jelas suara teriakan ku kalah nyaring dengan suara pertempuran didalam sana.

Aku diseret oleh siswa ini ke bilik yang lain.

" Viiiiaaaaaan" Teriak ku  melolong..

" Uugggh. Tenaga loe kuat juga ya Nona cantik! Dan tadi loe panggil siapa? Vian.. Hahhaaa kamu pacar nya cowok brengs*k itu. Wah bagus banged ini... Ayo panggil lagi. Siapa tau dia denger...

Aku langsung menyikut dan menyumbat mulut nya dengan tinju ku. Cekalan nya terlepas aku segera lari tapi aku kaget. Ia sangat gesit pria itu menaiki meja lalu melompat kearah ku.

Bruk..

Aku di tindih dari atas dan itu rasanya sangat sakit dagu ku mencium lantai semen yang berbatu.

" Aha.. Kelinci cantik.. Jangan lari dong.. "

Tangan ku lalu di tarik kebelakang. Bisa ku rasakan ada cairan keluar dari dagu ku. Nyeri dan sakit luar biasa seolah mencabik ku. Aku merasa tak berdaya karena pusing yang tiba-tiba datang.

" HEY.. ANJ*NG.. LOE.. LEPASIN DIA.. "

mata ku membelalak melihat Vian di ujung saja. Sedikit senang Vian mendengar teriakan ku. Tapi rasa senang yang singkat dari jarak itu ia berlari kencang dan kulihat ia memakai benda tajam di jarinya lalu matanya? Aku seolah melihat mata serigala saja. Ini masih siang dan aku bisa melihat perubahan mata Vian yang berbeda. Apa ini hanya rasa cemas yang menguasai ku saja? Karena terbiasa melihat Vian selalu mengumbar tawa sekarang dia berubah menjadi seseorang yang berbeda.

Tubuh agak berisi itu berlari dengan gesit ke arah kami. Dan dengan cepat ia menarik bahu siswa dibelakang ini. Aku terdorong kedepan nyaris mencium lantai lagi. Beruntung masih bisa berpegangan dengan tiang. Aku raba dagu ku yang memang sudah berdarah banyak. Tapi fokus ku menuju lantai gedung ini yang sudah memperlihatkan pergelutan 2 siswa dengan porsi tubuh berbeda. Vian yang tinggi berisi menindih siswa yang lebih kurus itu. Dengan membabi buta itu memukuki wajah siswa itu. Aku sampai tak bisa berkedip. Pukulan  Vian yang berutal sangat mengerikan. Tak sampai sedetik ia terus melayangkan pukulan itu dengan jari berduri nya.

" Vian.. Vian.. Hentikan.. Jangan membunuh nya.. " Teriak ku histeris. Tapi Vian tak berhenti dia terus melayangkan pukulan nya. Aku harus cari bantuan.. Segera aku lari dari bilik itu. Kulihat di sana ada beberapa siswa sekolahan Gemilang dan Bobby yang mengejar.

" Boby.. Tolong aku. Vian mau membunuh orang..Lolong ku menghentikan aktivitas mereka yang main uber uberan.

Aku segera menyeret Bobby ketempat Vian mehajar siswa tadi. Ia juga tampak kaget dan gemetaran melihat sosok Vian disana yang seperti kesurupan.

Bobby berlari kesana. Lalu menangkap tubuh besar Vian yang tak terkendali. Tapi Bobby malah terpelanting.

Aku juga tak tinggal diam. Ku tarik Vian dari kepala. Aku bingung harus menangkap yang mana. Takut ia akan membanting ku seperti Bobby barusan.

" Hentikan. Hentikan... Vian. Kamu bisa masuk. Penjaraaa" Teriak ku lalu merasakan pukulan hebat dari pinggang ku. Aku terlempar juga. Dan badan ku menabrak dinding. Rasa sakit kembali menguasai ku. Tapi aku tak bisa membiarkan Vian disana. Nafas ku terasa naik turun. Aku menegakkan  tubuh susah payah. Pukulan nya keras sekali. Hanya saja nafas ku terayun lambat saat melihat Vian sudah tidak berada dibatas siswa yang terkapar dengan luka wajah mengerikan.

Ia berdiri disana menatap ku sangat aneh. Matanya masih sama. Mengerikan  dan aura nya juga mencekam. Dia bukan Vian! Itu yang aku tangkap.

Seminggu dari kejadian itu. Vian di skor oleh sekolah. Siswa yang jadi korban nya juga menuntut Vian kepolisi. Tapi Om Andhika dan keluarga Vian segera melakukan pengupayaan. Vian tak menemui ku selama 1 minggu tepat nya setelah kejadian itu. Tapi kejadian itu tak selesai sampai disana. Sepulang sekolah aku tau tau berada di sebuah tempat asing dengan tangan terikat.

Aku ingat ada beberapa pria dewasa membekap pernafasan ku dan membawa ku masuk dalam mobil box.

Lalu aku disana di gudang lapuk itu dengan kondisi terikat.

" Anak ini sudah bangun" Kata salah satu dari mereka.

" Bagus!!  Cepat siram dia biar lebih segar"

Aku mengendik dan tiba tiba badan ku disiram dengan beberapa campuran es batu. Tusukan es batu langsung membuat kulit ku tercabik. Dingin dan nyeri.

Kulihat didepan ku beberapa pria ini tertawa. Mereka seperti preman pasar dengan tatto dimana mana.

" Dengar.. Gadis manis! Kamu pasti bingung kan siapa kami!! " Kata salah satunya sambil tertawa dan ia memegang pisau kecil.

Plak..

Pipi ku lalu ditampar keras.

Mereka tertawa lagi.

" Ini belum seberapa dari apa yang sepupu kamu lakukan pada Adik ku!!! "

Glek..

Aku melihat wajah pria ini. Ya dia agak mirip dengan siswa yang waktu itu di olah cacat wajah nya sama Vian. Aku ingin menyahut tapi mulut ku di tempel plester ini.

" Cepat rekam... " Perintah nya kepada salah satu teman nya.

Kulihat salah satu dari mereka mengambil ponsel nya dan membidik kearah kami.

Kakak nya Dicky! Siswa yang masih krisis sampai sekarang itu menunduk kearah ku. Nafas nya sangat dekat. Aku seketika menggigil kedinginan dan ketakutan.

" Tidak akan sakit kok gadis kecil. Hanya beberapa gores saja!!! Tak separah wajah Dicky saat ini!! " Katanya disana lalu tersenyum menyeramkan. Pisau kecil nya menepikan rambut ku ketelinga. Ujung tajam nya pisau itu membuat ku ketakutan dan menangis. Bahkan menggores belakang telinga ku. Perih itu yang aku rasakan.

" Kita operasi dari mana??? "Tanya nya seperti menikmati apa yang hendak ia lakukan. Menggeriyangi wajah ku dengan pisau tajam itu. Aku mencoba menatapnya memohon belas kasihnya.

Apa sebaiknya pakai air keras saja? Biar lebih cepat? Pilih mana? Pisau atau-..

DUAAAAAAR

tiba-tiba terdengar suara ledakan dari jarak yang sangat dekat.

Ke 4 pria ini kaget.

" Apa itu! Jeff periksa... " Perintah kakaknya Dicky ini.

Kedua teman nya segera keluar dari sana.

Seketika aku mencium bau bahan bakar yang menyengat.

DUAR..

Kembali ada suara ledakan. Dan warna merah dari atas. Percikan apinya juga tampak menyala.

" Gawaat.. Ada yang melempar ledakan..

Pria tadi kembali dari pintu itu. Hanya sedetik tiba tiba ada hantaman keras dari depan. Aku kaget melihat box yang tadi membawa ku menerobos masuk lalu menabrak teman pria ini dan menghancurkan pintu serta sebagian  bangunan disana.

Pria itu langsung bersimbah darah. Mata ku langsung syok melihat darah yang keluar dari tubuh pria itu. Bahkan mobil itu menggilas nya dengan sadis.

Bersamaan itu pula aku merasa tak kedinginan lagi malah kepanasan. Terlihat dari sela sela lelangitan disana warna orange dan biru yang meletup letup  sepertinya ada kebakaran diluar.

" Kamu.. " Pekik mereka.

Mataku teralih pada sosok Vian yang keluar dari pengemudi mobil Box dan ia memgang sebilah samurai panjang. Jantung ku mati seketika melihat nya. Dan dia malah tersenyum kearah pria-pria dewasa yang lebih besar darinya itu. Aku tak melihat ketakutan dari sosok Vian disana. Berbeda dengan ku yang langsung gemetaran. Jiwa ku seolah langaung skakmat disana. Tapi mata ini juga enggan berpindah kearah depan ini.

Aku seolah melihat Vian yang kemaren. Vian yang seperti kesurupan oleh sesuatu menghajar Dicky tanpa celah. Dan disini ia mengayunkan samurai itu tanpa beban bahkan usia nya yang sekarang seperti sangat lihai menggunakan benda itu. 1 pria tumbang oleh sabetan pisau panjang dan mengerikan itu.

Tersisa 2 pria yang langsung menyerang Vian keroyokan. Mereka terlibat pergumulan hebat. 2 lawan 1 bahkan samurai itu terlempar mata ku terasa perih dengan kabut berwarna hitam. Sekeliling ku sudah sangat panas. Aku syok saat melihat ada api menerobos dari samping. Gudang itu memang terbuat dari anyaman bambu yang lapuk. Sehingga api sangat mudan merayap.

Aku harus lepas dari ikatan ini. Tapi bagimana cara nga? Kaki-tangan ku terikat dan mulut ku masih di lakban. Dengan cara yang bisa kulakukan. Aku  merobohkan diri kesamping. Menggeliat dengan susah payah. Disana juga kulihat Vian masih baku hantam. Aku sempat terperangah tak percaya itu anak laki laki berusia 17 tahun yang sedang berkelahi melawan 3 dewasa. Aku menangkap bagaimana Vian melumpuhkan salah satunya dengan pukulan nya lalu dengan sadis memelintir leher orang itu hingga terdengar suara patah. Untuk kesekian kali aku melihat kengerian disana. Vian bangun dengan langkah gesit. Ia mengarah padaku.

Disana api sudah sangat membesar. Penglihatan ku kembali buram oleh percikan abu abu yang berterbangan.

Lakban dimulut ku ditarik. Vian lalu memotong tali yang ada di tangan dan di kaki ku.

" Cepat pergi dari sini!!! " Katanya dengan suara serak.

" Vian.. Kita harus pergi sama sama !! " Kata ku dengan ketakutan dan terus melihat kearah mata nya yang berbeda itu.

Tiba tiba rambut ku malah dijambak" Disini tidak ada Vian! Panggil aku Varo" Bisik nya samar membuat ku merinding.

Varo.. Siapa itu Varo. Aku sampai tak bisa buka suara

Tiba-tiba ada batu melayang dan medarat di kepala Vian.

2 pria disana yang sudah nyaris babak belur kembali menyerang. Di atas tiba tiba juga ada tiang menyala yang jatuh. Vian langsung mendorong ku  tiang tebal itu nyaris saja mengenai kamu berdua.

" Cepat pergi " Teriak Vian disana dengan mata menyala. Ia lalu balas menyerang 2 pria itu. Aku berjingkit kaget saat lengan ku malah ada apinya. Baju ku terbakar. Aku berusaha memadamkan nya.

" Fayza... Buruan... " Terdengar suara Vian didepan sana. Aku tak melihat lagi 2 pria tadi. Apa mereka Melarikan diri karena tempat itu terbakar atau terjadi sesuatu.

Sekeliling semakin terbakar hebat.

Kurasakan tangan ku di tarik oleh Vian yang menerobos. Ia menyeret ku untuk segera keluar dari sana.

" Mobil akan segera meledak kalau telat" Itu kalimat yang aku dengar. Dan ia semakin kencang larinya. Vian benar ada mobil Box disana yang sudah dikelilingi api. Aku semakin ketakutan dan terus berlari. Hingga berada diluar Vian terus menarik ku menjauh. Sampai aku merasa tubuh ku di dorong kebawah.

Seketika itu suara ledakan mengerikan membumbung memekikan telinga.

" Aaaaaggggggrrrhhhhh

Sontak aku bangun dengan banjir keringat. Nafas ku tersengal sengal. Mimpi lama yang merupakan ingatan pahit tentang 8 tahun yang lalu. Kenapa kembali muncul.

Aku bangun di atas ranjang yang penuh dengan bunga mawar. Masih seperti kemaren. Dan ada lengan telanjang yang melingkari tubuh ku.

Aku kaget seolah baru ditampar oleh mimpi barusan.

Aku ingat aku baru menikah dengan pria yang mengerikan dalam mimpi barusan. dan pria ini terbangun oleh teriakan ku.

" Huhh.. Siapa yang teriak. Berisik sekali.. " Cicit nya.

aku segera menepis tangan nya. Vian seolah makin sadar. Aku melihat nya dengan rasa campur aduk. Masa lalu dan sekarang.

" Varo.. Siapa itu Varo?? " Tanya ku membuat mata jernih nya yang semula belum terkumpul nyawanya seketika menajam dan melihat ku seperti tatapa serigala.