" Dia pake pingsan. Ga rame banged" Gerutu Vian disebelah ku.
" Apa yang kamu lakukan? " Tanya ku mengintimidasinya.
" Memberinya nya pelajaran" Sahut Vian disana sudah dengan aura nya yang biasa aku kenali.
Aku mendelik kearah Vian. " Siapa kamu sebenarnya Vi? "
Vian mengangkat alisnya dan melihat ku bingung. " Aku calon suami kamu plus ayah dari janin yang kamu kandung"ia berbisik dengan nada sensual. Membuat bulu kuduk ku meremang. Mungkin niat nya mau mengajak ku bercanda. Tapi aku malas meladeninya.
Aku memutar bola mata jengah. Bukan itu yang aku maksud. Dia pura pura oon atau apa! Bukan sembarang orang bisa menimbulkan skandal yang besar seperti itu. Lawan nya bukan hanya gadis mantan artis. Tapi juga pria nya akan dicari dan dia anggota dewan. Apakah Vian sudah berpikir jauh sampai kesana.
" Sudah selesai kan. Sebaiknya kita pulang! "
Aku masih menatapnya tajam. Tapi aku juga menurut. Tujuan ku sudah selesai.
Kami segera berjalan keluar. Tapi di pintu utama tampak Erwin muncul dengan atasanya. Siapa lagi kalau bukan Arland. Ia juga langsung berhenti ditempat tampak kaget melihat aku datang ke kantor apalagi bersama Vian. Aku juga bereaksi sama. Rasa gugup menguasai ku.
" Hmm.. Lurus jalan pulang atau dia mau aku bikin malu seperti Gladys? " Aku kaget mendengar ancaman dari Vian. Vian tersenyum jumawa seolah ancaman nya hanya perkara kecil, tapi tidak terdengar bagus buat ku. Aku menarik nafas dan mengangguk. Cukup kegilaan Vian hari ini. Aku tidak mau ia menyeret Arland sampai kebawah.
" Bagus, istri yang solehah" Bisik nya terdengar mengejek ku. Ia lalu merenggangkan lengan nya. Harus kah aku begini didepan Arland.
Tapi aku juga tidak mau Vian berbuat nekat lagi. Lengan kirinya aku rengkuh. Badan ku rasanya kaget dengan kulit Vian yang agak panas. Apa dia demam? Ia menatap ku pias lalu mengajak ku dalam rengkuhan ku.
Maaf.. Maaf Arland semua sudah berakhir.
Lima tahun bukan waktu sedikit untuk menjadikan kamu seseorang yang istimewa.
Untuk sekarang dan seterusnya kita hanya masa lalu.
Selamat tinggal..
Aku berpapasan dengan nya dengan mata ku lurus seolah tidak mengenali nya. Aku sudah terbiasa dengan Wajah judes begini jadi ini tidak masalah dan bisa kurasakan Arland bergerak lambat dan ia juga menoleh.
" Tunggu...
Itu suara nya. Ia memanggil disana. Aku berusaha menyeret Vian tapi ia menahan nya. Kulihat Vian dengan bingung. Hanya wajah tanpa ekspresi.
" Apa anda memanggil kami? " Kata Vian beralih pada Arland. Dan lagi aku merasa di tengah-tengah mereka. Ini tak baik. Apalagi didepan karyawan disini yang baru saja gempor oleh perbuatan Vian.
" Aku ingin bicara dengan Fayza, berdua! "
Vian lalu melepaskan tangan ku " Pergilah.. Selesaikan sampai tak tersisa! Setelah ini aku tidak akan berbelas kasih"
Aku segera menarik tangan ku. Melihat nya sepintas hanya sebagian wajah yang bisa aku lihat. Vian sudah meluruskan matanya kedepan sana, aku pun segera mengikuti Arland.
" Aku akan membantu mu" Kata Arland menawarkan bantuan nya.
" Tidak perlu! Aku bisa" Sanggah ku lalu melanjutkan langkah meski dengan tongkat. Aku tidak mau memperbesar masalah dengan menerima bantuannya.
Dan disini sekarang diruangan nya. Hanya ada aku dan Arland. Setengah menit berlalu tidak ada suara. Hanya kegugupan yang menguasai ku. Baiklah Fayza. Selesaikan semua nya.
" Aku sudah menyerahkan surat risgn! 3 hari lagi aku akan menikah dengan Vian! Aku akan menjadi istri nya yang baik! Terimakasih atas segalanya! Terimakasih sudah mengenal ku" Umbar ku dengan lancar.
Terdengar suara nafas nya yang berat.
" Apa kamu sudah memikirkan nya? Kamu sudah yakin akan bahagia dengan Melviano? "
" Kebahagian tidak bisa muncul tanpa dicari"
" Kalian tidak saling mencintai"
" Kita dulu juga! Tapi perasaan akan muncul dengan sendirinya kan!! "
"Apa kamu tau siapa Melviano itu?? "
" Dia calon suami ku plus ayah janin ku" Sahut ku mengcopy paste ucapan Vian sebelumnya.
Arland tertawa singkat. Ia lalu mengambil sesuatu dari meja disana.
Ada gambaran foto tatto kecil. Aku mengingatnya itu tatto yang ada di punggung Vian.
" Ini lambang keluarga Albagail! Dia tak sebersih yang kamu kira! Dia anak angkat Robert Albagail! Apa kamu tau siapa itu Robert Albagail? Dia salah satu orang politik di Jerman yang berpengaruh tapi Dia punya punya daftar hitam di sana, pemilik club malam dengan rumah bordil dimana-mana. Club LGBT dan tempat pelacuran lainnya. Semua yang terkait dengan Robert Albagail tidak ada yang beres. Dan dunia itu aku tau jelas keburukan nya! Melviano dikenal kaki tangan nya nama nya Varo. Dan Varo adalah Ceo dari Varo Entertainment yang sudah berkembang di Negara ini 5 tahun belakangan. Dunia hiburan yang ia geluti tak lepas dari dunia gelap ayah angkatnya. Apa mau aku jelaskan detail nya. Siapa saja wanita yang berhubungan dengan nya disana. Itu juga menyangkut kebakaran waktu itu. Kamu masih ingat kan... "
Aku diam dengan semua yang ia jabarkan apalagi Alrand bilang ada sangkut pautnya dengan kebakaran dulu! Dan ini memang mengejutkan dan seperti membuka mataku lebar-lebar tentang siapa Vian selama bertahun tahun ini menghilang. Tapi ini kesan nya ia memburukan Vian. Apa dia hanya ingin memprovokasi ku. Ingin aku membatalkan pernikahan di depan mata. Kalau itu tujuan nya dia salah.
" Itu artinya dia pria yang hebat! Seorang CEO di dunia Entertainment. Dan punya backingan mafia! Berarti aku beruntung menjadi istrinya, tidak ada yang berani menindasku" Sahut ku dengan datar. Niat ku memang ingin menyelesaikan urusan ku dengannya. Bukan untuk kembali. Karena aku sadar keadaan kami tidak memungkinkan lagi.
" Fayza!!!! " Ia malah meneriaki ku dengan nada kesal.
Aku langsung bangkit dari sana.
" Undangannya akan menyusul. Selamat siang. Tuan Arland.. " Aku membungkuk sedikit lalu berbalik, aku tidak akan berbalik lagi. Tetap lurus Fay! Batin ku menguatkan. Aku menutup telinga rapat-rapat. Arland terus memanggil ku tapi aku tak mempedulikan kan nya. Karena semua nya sudah berakhir. Bagaimana pun ia memprovokasi ku tidak akan mengubah takdir.
Saat aku keluar aku kaget Vian ada di dekat meja Nola.
" Sudah selesai? "
Aku mengangguk.
" Yakin tidak ada yang tersisa??
Aku melihat nya jengah.
" Tidak ada ciuman perpisahan kan?? " Tanya nya disana dengan santai. Padahal ada Nola yang sibuk dengan pekerjaan nya tapi aku yakin telinga nya melebar.
Aku mengabaikan nya. Vian pikir aku wanita yang bagaimana. Mau menikah malah ciuman dengan pria lain. Bukan seperti dia yang mudah nya menciumi wanita. Aku jadi tambah kesal.
Ia lalu menjentikan jari. " Sip! Kalau begitu kita pulang!" Serunya disana lalu mengamit jari ku secara tiba-tiba. Suhu badan nya masih sama, agak panas.
Saat di lift aku melepas tangan nya, aku rasa ia tidak seenak nya begitu walau karena calon suami ku. Apa dia lupa bagaimana hubungan kami terjadi kalau bukan paksaan keadaan aku tidak akan mau menikah dengan Vian.
" Dengar.. Walau kamu adalah ayah dari janin ini. Aku harap kamu jaga jarak dengan ku. Aku akan tetap mengandung anak ini hingga melahirkan dan membesarkan nya tapi tidak dengan hubungan kita! Dan setelah menikah kamu jangan terbebani. Aku membebaskan mu dengan siapa saja"
Aku memperingati nya agar dia bisa mengartikan jenis apa yang ada diantara kami.
Lagi lagi aku melihat respon sorot nya yang susah aku artikan.
" Jadi tadi kalian bersepakat akan tetap berhubungan walau sudah menikah dengan ku? "
Katanya berasumsi sendiri. Bisa kulihat ia tersenyum sinis. Aku membiarkan nya berasumsi seperti itu. Mungkin karena ucapan ku barusan.
Sungguh aku masih belum memandang Vian sebagai pria. Aku menganggap nya hanya sebagai keluarga dan ini sulit untuk ku menerima posisi nya sekarang. Aku sulit menerima seseorang. Itulah aku Fayza.
"Aku berdecih dengan angkuh. " Kamu pikir aku semurah itu? Aku akan mencoba berperan sebagai istri seorang Varo! Atau Melviano. Tapi perasaan ku kamu tau siapa yang memilikinya!! "
Ucap ku lugas, dan riak diwajah nya berubah dratis. Apa ia kaget aku menyebut nama Varo! Dan menekan kan jenis seperti apa hubungan kami yang terikat oleh janin ini.
Ting!
Hingga lift terbuka. Ia melongos duluan melangkah pergi. Apa dia marah?? Ah aku tidak peduli. Aku memang harus menekan kan sesuatu padanya, sungguh aku tidak bisa berpura-pura menerima nya sebagai pria ku.
Ternyata diluar sedang hujan. Dan Vian entah ada dimana. Tau tau kulihat ia melintas dengan mobil lambonya. Tapi bukan ia yang menyetir. Tampang nya lurus kedepan seperti tidak melihat ku saja. Padahal aku yakin dia melihat ku. Jadi dia sengaja bertingkah acuh.
" Ck" Jadi dia marah!! Bagus" Cicit ku acuh tak acuh.
" Permisi! "
Aku menoleh kebelakang. Ada seorang gadis semampai yang cantik. Dibalut dress knit berwatna hijau botol dengan blazer di bahunya. Pinggul nya tercetak sempurna. Tanpa lemak tentunya. Aku mengerinyit dengan perempuan ini.
" Apa anda Noma Fayza?? " Tanya nya dengan ulasan senyum.
" Ya! "
" Pak Melviano meminta saya untuk mengantar anda pulang!" Ucapnya disana.
Aku kembali mengerinyit alis sebelah. " Kamu siapa? "
" Saya Siska! Sekretaris Pak Melviano! Mari ikut saya" Katanya disana dengan ramah.
" Sekretaris??
" Disebelah sini Nona!! "
" Aku bawa mobil " Sanggah ku.
" Mobil anda sudah di bawa supir kembali kerumah"
" Apa?? " Lantas aku pergi ke parkiran dan benar saja mobil ku sudah tidak ada. Aku lalu menoleh lagi kepada Siska. Aku tak percaya dia begitu saja. Apa sebaiknya aku menelepon Vian untuk memastikan. Tapi tadi dia lagi merajuk.
" Aku tidak percaya kamu orang Vian? Kamu bukan penculik kan" Cecar ku.
Dia tersenyum geli" Sebentar saya hubungin Pak Vian"
Kubiarkan ia menelepon Vian. Dan kemudian telepon nya tersambung.
" Maaf pak, Nona Fayza tidak percaya saya sekretaris anda"
" Ya! Biarkan saja dia, dia bisa pesan ojol! Cepat lah kembali"
Itu memang suara Vian. Tapi dia malah seenaknya melemparku ke Ojol.
" Baik pak. " Siska mematikan telepon. Ia tampak tak enak kearah ku.
" Aku sudah dengar silahkan pergi" Kataku dingin dan segera beranjak dari sana. Jadi aku harus kemana dulu. Aku tidak mungkin masuk kedalam sambil nunggu jemputan datang. Bisa-bisa ketemu Arland atau pasukan bawahan Gladys untuk balas dendam. Kenapa Vian malah membawa mobil ku segala sih! Dia nya sendiri ngambek dan kabur duluan.
Aku diam sejenak. Apa kata-kata ku barusan keterlaluan?? Aku menggeleng. Tidak. Itu memang harus aku ungkapkan. Itu juga bagus buat dia agar tidak terlalu bersikap baik dengan ku. Aku rasa juga pernikahan ini akan memberatkan nya. Vian sang petualang wanita. Pasti tak nyaman malah menikahi sepupu sendiri. Apalagi dia seorang CEO didunia hiburan juga bergelut di dunia ayah angkatnya. Tipe nya bukan wanita kutu buku yang senang berhitung juga membosankan seperti aku.
*
*
Dan ini hari yang aku tunggu.
Semua kerabat, keluarga datang dari segala penjuru. Penikahan dadakan ku. Semua nya disiapkan matang oleh Tante Lily dan Ibuk Acara di laksanakan dirumah ku. Dan aku juga tidak pernah ketemu dengan Vian lagi setelah hari itu. Menerima pesan atau telepon nya pun tidak. Rupanya dia benar benar marah.
Bagaimana kalau dia melarikan diri?? "
Itu sempat terpikir. Mengingat siapa Melviano menurut Alrand. Tapi aku rasa dia tidak berani menyakiti keluarga ku atau keluarga nya. Vian sangat menyanyangi keluarga nya, Tapi Vian adalah orang yang tidak bisa ditebak. Bagaimana kalau itu terjadi?? Apakah itu hal bagus atau tidak.
Aah.
Aku sampai pusing sendiri apalagi pusing ini disebab kan dua faktor. Salah satunya adalah morning sickness. Beruntung penata rias datang setelah aku mehabiskan isi perut ku. Dan hanya menyisakan kepala yang teramat pusing.
Dan sekarang dicermin aku sudah selesai dirias. Alis ku mengerut dalam melihat aku disana. Aku akhirnya menikah. Semua wanita memimpikan itu. Tapi semua punya cerita sendiri. Dan cerita ku sangat tak beruntung. Menikah bukan dengan pria pilihan sendiri. Ini malah dengan sepupu sendiri yang ternyata punya kehidupan buruk.
Seperti berkubang ke lumpur hidup.
Aku membuang nafas panjang. Cukup lelah juga terus menyalahi keadaan.
Ini sudah jam 10 pagi lewat 15 menit.
Aku tak melihat kedatangan rombongan Vian dari jendela kamar ku.
" Seperti nya mereka terlambat" Kata Naya Sepupu ku dari keluarga Ibuk.
Aku hanya diam termangu walau pemikiran ku barusan malah menggerogoti ku.
10 menit berlalu. Aku malah merasa sesak. Harus kah aku telepon dia? Tidak!! Itu tidak mungkin.
" Mungkin macet" Kata Naya lagi, apa dia tau keresahan ku??
Kulihat beberapa keluarga ku bolak balik masuk ke kamar ku. " Fay.. Coba telepon Vian! Ini sudah sangat terlambat! " Itu dari Tante Mery! Adik Ibuk.
Aku mengambil ponsel dan menekurinya " Apa aku benar-benar menghubungi nya!!, kalau ia tidak datang dan pernikahan ini batal apakah akhirnya kami tidak jadi menikah? Dan kesalahan akan dilimpahkan pada Vian! Aku bisa lepas dari pernikahan yang mengikat ini.