Tanggal pernikahan sudah ditetapkan. 1 minggu dari sekarang.
" Mau apa! " Ketus Fayza melihat Vian mendekat dengan bantuan Tasya di sebelah nya. Tasya lalu meletakkan abang kesayangan nya itu disamping sofa yang Fayza tempati. Mereka masih di rumah sakit. Dan saat ini setelah rapat genting antar keluarga selesai. Di pojok sana keluarga satu aliran itu sedang sibuk mengatur resepsi Vian dan Fayza. Terlihat juga Nenek Rum yang tajam mendengarkan koaran Lily yang paling antusias. Berbeda dengan Liana yang sudah siuman masih mencoba menenangkan diri.
Vian tersenyum pahit. Bibir nya susah digerakan dan kondisinya benar-benar robek oleh cincin batu akik milik Papi nya yang merobek bibir seksi nya sampai agak dower.
" Sudah sana Maimunah...Pergi" Usir nya pada Tasya yang masih menunggu disana.
" Cih tega loe bang.. Gue udah jadi perawat pribadi elo dari tadi ngitilin mulu kayam upil. Giliran ketemu kak Fay langsung kacang lupa kulitnya" Dongkol Tasya mengomel.
" Ya.. Nanti tas Chan*l limited edition nya menanti" Kata Vian langsung membuat Tasya melebarkan senyum.
" Yes. Janjinya bang. Awas.. Kalau bohong"
" Hmm udah sana!! "
Tasya segera pergi dan bergabung dengan obrolan keluarga besar nya disana. Untuk memberikan saran nya yang kekinian tentunya.
Vian melihat arah mata Fayza yang kosong melihat kerumunan keluarga besar mereka yang baru membuat nya disidang.
" Jangan cemas! Mami akan mengurus semua nya! Kita hanya tinggal duduk dipelaminan" Kata Vian sengaja menggoda Fayza.
Mendengar itu Fayza kembali menoleh dan melihat Vian dengan dingin. Tapi Vian nya belagak acuh.
Fayza ingin mencaci pria ini tapi ia tau amarah nya akan percuma. Tidak ada yang bisa merubah keadaan saat ini. Kemudian ia kaget perut nya diusap Vian. Ia ingin menepis tangan itu tapi juga ada sisi hatinya melarang. Bahkan ia sampai menahan nafas karena kaget. Dilihat nya Vian juga sangat serius menatap area perutnya itu.
" Sudah! Dia senang liat bapak-ibu nya bersama saat ini! Dia bilang kepada Ibu nya jangan patah hati, bersama Papa Melviano jauh lebih bahagia daripada dengan Arland, kekayaan nya juga bisa sejagad raya pokok nya Papa Melviano ga kalah keren dari Arland atau Govinda itu. " Ucap Vian disana masih dengan kenarsisan nya. Ia juga sambil menyindir Fayza. Vian tau dan sadar diri kalau Fayza pasti kecewa ia siuman disaat ia akan kembali dengan Arland. Pria pujaan nya.
" Apaan sih" Dengus Fayza menepis tangan Vian diperut nya. Ia lalu merebahkan diri dan membelakangi Vian. Kepala nya terasa sangat pusing. Hari ini adalah hari terhebat yang pernah ada. Meski menguak sesuatu hal, dan juga merupakan hal terburuk baginya. Ia tidak tau harus bagaimana lagi.
Dibelakang nya Vian tentu merasa sakit juga. Fayza masih mencintai pria lain. Bahkan sedikit pun Fayza tidak mencintainnya. Ingin rasanya ia menjelaskan perasaan nya tapi sekali lagi ia takut mendengar kata-kata Fayza yang menyakitkan. Ia lebih melakukan tindakan ketimbang sebuah kata-kata. Berharap Fayza bisa percaya dan juga bisa menerimanya.
*
*
3 hari sebelum Resepsi.
Sekarang Fayza sudah keluar dari Rumah Sakit meski masih dalam rawat jalan dan kaki nya sudah bisa di gerakan dengan bantuan tongkat. Dan Vian juga sudah pulang ke rumah Maminya. Ia ngotot pulang meski kondisinya belum memungkinkan.
Saat ini di tangan Fayza ada surat pengunduran dirinya. Sejak tadi pagi surat itu terus ia pegang dan pelototi.
Kemaren-kemaren ia mantap akan segera keluar dari perusahaan Arland. Tapi sekarang terasa berat memberikan surat itu. Ia juga sudah tidak berani lagi mengangkat telepon Arland atau membalas chat nya. Sisi pengecutnya muncul begitu saja dan juga ia tak mau membuka harapan palsu karena akhirnya ia akan tetap dinikahka denga Vian. Si ayan jabang bayi. Tapi ia tetap merasa harus menyelesaikan nya dan menemui Arland sendiri sebagai bentuk perpisahan nya. Ia harus melakukan nya hari ini.
Sesaat rasa pusing kembali menghinggapi. Akhir-akhir ini ia selalu pusing dan mual apalagi kalau pagi. Gejala kehamilan nya memang tidak terlalu parah tapi cukup membuat nya lemas. Dan selama 3 hari ini ia dikamar saja. Jadi kaum rebahan. Sementara keluarga nya sedang Mempersiapkan pernikahan yang hanya tinggal hitung hari. Ia memang tak bisa mengikuti jenis dan pakai konsep apa. Semua sudah di atur Ibuk dan Tante Lily.
Ia memantapkan lagi diri dan kembali mematut diri ke cermin didepan nya.
Wajah nya terlihat lebih bercahaya. Mungkin karena efek kehamilan nya tapi tubuh nya malah kembali menyusut. Kalau pagi tidak ada yang bisa ia makan. semua nya keluar dan menguras tenaga nya. Hanya buah segar dan susu kehamilan yang ia konsumsi.
Senyum nya terlihat rapuh dicermin itu. Sosok ia yang bertubuh tinggi. Dengan rambut lurus menonton berwarna hitam dan terlihat seperti robot tanpa Ekspresi malah kalau lagi senyum jadi mirip joker. Itulah dia Fayza dan Takdirnya berakhir seperti itu. Nafas nya kembali keluar dari mulutnya. Ia berhenti banyak berpikir. Mending sekarang ia segera keluar dan menemui Arland untuk perpisahan.
Saat turun dari tangga. Terdengar suara berisik di sudut ruangan lain. Ia mengenali suara itu. Itu Vian, rasanya Fayza seperti sedang melakukan kesalahan saja. Ia tiba tiba takut juga gugup. Sepupu alias calon suami nya itu malah ada disana. Ia berharap Vian tidak melihat nya. Bisa kacau kalau anak itu tau ka keluar rumah untuk pergi kekantor.
Melintasi tangga dan ruang dapur lolos.
" Eh.. Kakak.. Keluar juga ternyata " Hal lain yang tidak di duga malah muncul. Nyaris berhasil lolos. Tau-tau Farrel muncul di ambang pintu dengan seragam pramuka nya.
" Ssssst.. Diam! " Sungut Fayza menutupi mulut Farrel. Ia lalu menarik Farrel masuk. Segera Fayza keluar di luar ada beberapa keluarga nya yang lain dari Bogor, mereka terlihat asik. Mengobrol didepan toko Ibuk. Sebelum mereka melihat Fayza. Wanita itu melebarkan langkah menuju mobil nya yang sudah sehat pasca kecelakaan, tapi berlari dengan bantuan tongkat tidak semulus berlari dengan 2 kaki. Namun itu berjalan sukses. Ia bisa meraih pintu mobil. Hanya saja Fayza keliru. Selain ia yang masuk. Ada makhluk lain juga masuk di bangku penumpang.
" Jadi kita akan kencan dulu sebelum menikah? "
" Kyaaaaa"
Teriak wanita itu sangat kaget saat ada orang lain di bangku penumpang. Vian sampai menutup telingan nya yang langsung mendengung.
" Kamu kenapa bisa" Lolong Fayza setelah teriakan nya disiang bolong.
Vian tersenyum sejuta watt "Apa yang tidak bisa oleh Melviano?? Hmmm"
Fayza menyesal menanyakan hal itu. Disana Vian sudah berapik diri dengan cara nya yang sangat narsis..
" Keluar lah. Aku hanya pergi sebentar" Ucap Fayza lagi. Ia malas berdebat atau mengulur waktu. Disisi lain ia merasa canggung dengan Vian saat ini hanya saja intonasi suaranya yang sudah terbiasa datar terdengar dingin.
" Kita baru mengalami kecelakaan! Apa kamu tidak trauma sama sekali menyetir sendirian. Ini mobil juga harus nya di musnahkan. Beli yang baru.. " Kata anak itu malah asik mengomentari mobil buluk Fayza dan mengingat bagaimana kaca mobil didepan ini pecah saat tubuh nya menjadi pengganti. Rasa nyilu menggerogoti Vian.
Fayza sebenarnya agak takut menyetir. Tapi ia tak ada pilihan sama sekali. Ditambah ada Vian membuat keadaan yang serupa saat kecelakaan.
" Karena itu keluar lah. Trauma ku muncul kalau kamu ada disana" Sahut Fay datar.
" Dan aku juga tidak akan membiarkan mu pergi menyetir dengan mobil ini! " Balas Vian mengikuti intonasi Fay.
" Aku malas berdebat! Aku hanya ke kantor sebentar. Setelah itu pulang"
Mendengar nama tempat itu Vian mendelik " Kantor? Oh no no.. Kamu mau menemui mantan mu dulu! Atau mau kabur dengan nya!! "
" Hey... " Teriak Fayza tidak suka. Ia menoleh pada Vian. Tapi bukan wajah selenyekkan yang Vian perlihatkan. Tampang Vian dengan alis mengerut. Ia terlihat tidak suka. Rasa gugup Fayza kembali muncul.
" Aku hanya mengantarkan surat risgn" Entah kenapa ia menjelaskan nya, sesaat riak air muka Vian berubah normal kembali.
" Risgn!!! Kalau begitu biar aku yang antar.. "
Fayza terdiam. Ia seolah bingung pakai alasan apalagi.
" Aku memberi mu kesempatan mengantar surat itu! Tapi aku harus ikut" Kata Vian dengan suara menekan. Walau ia terlihat tidak rela. Tapi Vian juga tidak mau Fayza sangat tertekan. Wanita itu hanya mengurung diri di kamar setelah pulang dari Rumah Sakit. Tak mau keluar. Makan pun hanya diantar ke kamar nya. Jujur Vian merasa sedih melihat Fayza seperti itu. Penolakan nya semakin jelas terlihat.
Dan lagi wanita ini tampak enggan. " Kamu itu calon istri ku. Menemani kamu bertemu mantan pacar kamu. Apa itu bisa disebut toleransi yang pantas! "
Fayza melirik mendengar kata calon istri dari mulut Vian. Rasanya aneh tapi ia seolah menyentil hati nya lagi. Mengingatkan nya dengan takdir yang harus ia terima. Dan seolah peran ia sebagai calon istri seseorang juga calon ibu sedang di pertanyakan.
" Aku tidak menemui nya. Aku hanya mengantarkan saja surat ini ke HRD" Sahut Fayza. Padahal ia memang ingin menemui Arland. Menyelesaikan semua nya serta ingin melihat Arland terakhir kali. Tapi setelah di katakan begitu oleh Vian ia juga harus mengokohkan harga dirinya.
" Oh. Kalau begitu! Ayok"
" Hah..
" Cepat jalan kan mobilnya" Cecar Vian disana menunjuk kearah stir mobil.
Fayza akhirnya menurut. Akhirnya ia juga kalah dalam negoisasi saat ini.
...
Pov Fayza.
Sepanjang jalan seperti berjalan di atas jalan beraspal yang penuh dengan paku. Vian hanya diam seribu bahasa di bangku penumpang disana. Itu hal yang bagus. Tapi ini mengingatkan akan siapa dia saat ini.
Calon suami ku dan juga bapak dari calon bayi dalam perut ku. Aku tidak tau bagaimana jalan nya rumah tangga ku dengan Vian nanti. Pernikahan ini terjadi karena kecelakaan dan tanpa ada perasaan sama sekali. Kalau boleh memilih aku ingin kabur saja. Menikah dengan paksaan keadaan begini pasti hasil nya tidak baik. Tapi dia sepupu ku. Kalau aku kabur. Banyak orang terdekat ku yang akan terluka. Seperti Papa, ibuk, tante lily dan Om Andhika. Bahkan seluruh keluarga juga terlibat. Dan kabur memang bukan jalan yang bagus. Satu-satu cara adalah dengan menerima nya. Menerima Vian sebagai suami dan ayah anak ini.
Mobil berhenti di parkiran perusahan yang hampir 1 bulan tidak aku injak. Kali ini atmosfer hati ku yang berubah menjadi galau.
Aku mengurungkan niat untuk bertemu Arland. Sebagai bentuk menghargai ku dengan Vian tapi tetap saja ada rasa takut untuk kembali ke kantor ini.
" Sudah sampai" Kataku kaku
" Ya" Sahut pria ini mendadak datar.
Aku segera keluar dari mobil. Cukup susah juga dengan bantuan tongkat ini. Sebenar nya kaki ku sudah bisa menginjak ke tanah. Hanya saja masih mati rasa kalau terlalu lama di gerakkan. Kulihat Vian juga keluar dari dalam mobil. Ia lalu mengitari mobil dan membantu ku dengan satu tangan nya. Sebelah nya terlihat hanya pajangan saja. Tidak bergerak sama sekali. Aku penasaran bagaimana keadaan Vian saat ini. Tapi aku juga gengsi menanyakan nya.
" Tidak usah! Aku bisa" Tolak ku lalu melangkahkan kaki dengan tongkat juga kaki ku sebelah. Vian mengekori ku di belakang tanpa komentar apa apa.
Kami menuju front office.
Disana aku merasa langsung menjadi pusat perhatian. Entah siapa yang jadi objek mereka. Aku atau Vian atau malah kedua nya. Tapi rasa takut menggerogoti ku. Aku cemas kalau mereka tau aku sedang isi. Dan mereka jelas tau aku belum menikah. Rasanya aku seperti dilempar dengan telur busuk saat ini.
" Selamat siang Mbak Fayza? " Sapa reception dengan ramah meski kulihat ia agak kaget juga bertanya-tanya.
" Ya! Aku mau memberikan ini ke bagian HRD" Kataku sambil meletakkan tongkat dan mengambil surat risgn ku.
Wanita bertag name Dina itu mengambil nya. Matanya melebar membaca keterangan di depan amplop.
" Ini-
" Tolong sampai kan ke Pak Haris, kepala HRD" Kataku pelan. Ini bentuk permintaan bantuan ku pada Dina.
Ia tampak ragu" Baik Mbak"
" Terimakasih " Ucap ku tulus.
Dina kembali mengangguk disana.
" Waaah siapa ini?? "
Aku kaget dengan suara itu.
Saat aku menoleh ada sosok yang tidak ingin aku lihat.
Dia Gladys dengan Tari dan Santi di belakang.
Wanita bak model itu sedang melipat tangan nya di dada dan bibir nya menyungingkan senyuman sinis. Seperti nya ia terang-terangan memperlihatkan sifat aslinya disini. Terlihat matanya yang sangat sinis dan gaya angkuh nya mendominasi. Apa mungkin dia mau balas dendam karena Arland sudah mengacuhkan nya. Entahlah.
" Wow.. Kamu sudah kembali Fayza? " Katanya disana dengan menilik aku dari atas sampai bawah. Dan kulihat ia mencibir.
" Kamu kecelakaan sungguhan? Aku pikir itu hanya berita hoax" Umbarnya lagi.
" Ya! Ada apa? Senang kan melihat ku kembali?? " Kata ku disana dengan datar.
Ia terkekeh " Yaa.. Senang sih. Aku pikir kamu akan berhenti bekerja. Apalagi semua orang membicarakan mu disini"
Hati ku seperti nya merasakan firasat buruk. Wanita itu kembali tersenyum sinis. Matanya lalu menuju kearah perut ku. Skakmat!! Jadi dugaan ku benar. Ini saat yang membuat nyali ku menciut. Tapi tidak di depan wanita ini aku masih berusaha meninggikan martabat ku.
" Ternyata kamu lebih mengerikan dari yang aku bayangkan ya.. Uuhh.. Aku sangat tersentuh Fayza! Kupikir kamu wanita terhormat"
Tetap saja kalimat itu menyakitiku. Dan serasa semua orang melihat kearah ku dan berbisik bisik lalu menggunjing ku, mereka terlihat sok suci dan paling sempurna kalau sedang menilai seseorang secara sepihak.
" Jaga bicara kamu Nona Gladys " Aku menoleh pada Vian. Ia mendekat kesamping ku dengan tenang. Tapi malah menimbulkan kharisma. Vian itu kalau sedang tidak bertingkah konyol dia lebih menyerupai devil.
" Fayza lebih terhormat dari pada kamu! Sudah berapa kali bayi yang kamu gugurkan! "
Aku kaget mendengarnya. Vian mengatakan nya dengn lugas seolah di tempat ini tak ada telinga. Kulihat Gladys wajah nya seperti kepiting rebus.
" Hey! Jaga bicara anda! Jangan memfitnah saya ya! " Elak nya disana tak kalah nyaring.
Bahu ku di rengkuh Vian " Oh.. Kita lihat saja! Apakah sebentar lagi anda masih bilang omongan saya fitnah atau bukan"
" Apa maksud kamu" Tunjuk Gladys lagi menyipitkan mata.
Aku juga tidak mengerti. Apa maksud Vian. Ia mengancam dan mau melakukan apa pada Gladys, setau ku Vian bukan tipe penyerang terhadap wanita. Apa ia tidak terima aku di hina seperti tadi.
" Sebaiknya kamu hati-hati kalau sedang berbicara dengan calon istri Melviano. Menyinggung nya sama saja membunuh diri kamu sendiri" Koar nya lagi terdengar sangat meyakinkan. Tapi penekanan kalimat nya seolah mempunyai efek kekuatan yang dalam. Seperti bukan Vian sepupu ku yang mesum dan suka bergurau.
Vian lalu merogoh saku nya dan mengambil ponsel nya.
Ia menghubungi seseorang juga menekan speaker disana.
" Ya tuan" Jawab seorang pria diseberang sana.
" Buat rame media sosial dong! Kirim durasi pendek video panas mantan artis itu dengan anggota DPR yang baru masuk Bui karena korupsi! Cowok nya ga usah di perlihatkan. Cewek nya aja biar ia tambah terkenal badan nya di konsumsi publik "
" Baik Tuan"
Telepon lalu ditutup Vian. Kulihat Vin tersenyum penuh arti padaku. " Tidak usah bilang makasih" Katanya disana membuat ku terperangah, mata ku beralih ke objek didepan kami. Gladys terlihat memucat dan orang orang disekitar nya seolah ganti membicarakan nya.
" Ini sama saja memfitnah saya! Anggota DPR apa! Kamu terang-terangan membuat saya tercemar disini" Berang Gladys dengan kata kata blepotan. Ya dia benar Vian seolah hanya menakuti Gladys saja. Komunikasi nya barusan seolah hanya menyebarkan fitnah tanpa bukti. Aku jadi cemas kalau Vian hanya menakuti nya.
Beberapa detik kemudian riak wajah dari Santi dan Tari berubah saat mereka membuka ponsel nya.
" Ini ... Beneran terjadi.. Mbak Gladys.. Ini anda? " Kata Santi menudingkan sebuah ponsel nya kepada Gladys dan semua yang disana juga langsung mencari ponsel masing-masing.
Kulihat Vian dengan senyuman khas nya. Meski aku tak melihat apa yang ada di ponsel mereka tapi itu sudah menggambarkan apa yang di koarkan Vian barusan tadi terjadi.
Seketika disana langsung heboh tak terkecuali Gladys yang wajah nya sangat memucat. Dan bergetar hebat. Tiba-tiba saja wanita itu roboh alias pingsan. Santi dan Tari kelimpungan disana.
Suasana front Office yang tadi nya tenang beberapa menit yang lalu sekarang terlihat seperti pasar. Heboh!!
Kulihat lagi Vian yang menajamkan matanya ke arah wanita yang pingsan itu auranya berbeda. Ia semacam kepuasan nya bersamaan dengan rasa bangga nya.
Jadi siapa kah Vian ini? Yang bisa menggerakkan satu langkah untuk membunuh 1 karakter orang hanya dalam bentuk perintah??? Dan itu terjadi tidak sampai 1 menit!