Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 26 - Dua Puluh Enam

Chapter 26 - Dua Puluh Enam

" Pelan pelan  dong bang... Ini baru pulih dari koma kok udah bar bar sih" Sewot Tasya susah payah memapah Vian yang tak sabaran berjalan padahal baru bangun setengah jam yang lalu tapi sudah melompat turun dari bangsal mencari Fayza. Tasya panik melihat sodara nya ini yang masih pucat pasi. Jalan aja terseok seok sok kuat. Mami nya saja tidak sanggup lari mengejar Vian.

Vian sendiri mendadak pusing. Ia nyaris ambruk beruntung Tasya memeganginya. Tapi tubuh kecil Tasya tidak kuat juga menangkap.

" Yaa paman paman yang di sana, tolong dong" Teriak Tasya asal. Ia melihat Gavin sedang mengintip di jendela ruang terapi pasien yang rata rata mengalami kelumpuhan berjalan. Saat itu Gavin memang sedang melow melihat kedekatan Fayza dan Arland.

Gavin yang merasa terpanggil celingukan dan yang disana hanya ia saja seorang diri selebihnya nenek nenek tua. " Paman" Runtuk nya kesal lagi. Dan tentu ia mengenali Tasya yang notabeni adalah gadis kecil yang beberapa kali mengerjainya.

" Bantuan dong..

" Aah yaa. " Gavin segera membantu Tasya yang keberatan menompang Vian. Sekilas ia juga kaget melihat Vian. Ia tau itu Vian sepupu Fayza yang juga mengalami kecelakaan bersama.

" Gua bisa gua bisa" Kata anak itu tapi malah menarik bahu Gavin sebagai pegangan Ia tidak tau itu Gavin. Pria yang dijodohkan dengan Fayza. Kalau tau mungkin Vian sudah melompat kaget dan mengutuk nya.

"Dibilangin juga. Ayo paman. Bantu bantu.. " Koar Tasya seenaknya. Dia sendiri hanya bisa memerintah.

Gavin menompang lengan Vian satunya ke bahunya dan membantunya berjalan.

Sepintas Vian menoleh. Dan memang saat ini ia lagi perlu bantuan. Ia pikir Gavin ini perawat karena mengenakan kemeja putih. Meski wajah Gavin familiar. Ia lupa pernah ketemu di Mall.

" Gue mau ke ruangan itu" Kata Vian menuntut. " Ya ya.. Gua bantu" Sahut Gavin sedikit membuat Vian ngeh. Ada ya perawat yang pakai elo-gue sama pasien tapi ia mengabaikan nya. Dibelakang Tasya hanya mengekori.

Sebelum masuk kedalam ruangan itu. Vian berhenti di depan estalase. Ia mendengus kaget melihat Fayza disana lagi latihan berjalan di dua penyangga di tangan nya. Lalu tiba-tiba saja Fayza terjatuh. Arland yang dibelakang nya langsung menangkap Fayza dengan memeluk nya di belakang. Melihat itu Gavin juga kaget  spontan ia melepas tangan nya. Akibat nya Vian merosot disana.

" Bang.. " Jerit Tasya kaget.

" waduh.. Sorry-sorry" Gavin kembali membantu Vian disana.

" Udah ga usah gua bisa kok. Ngomong-ngomong kita pernah ketemu? Muka loe kok kayak kenal!? " Tanya Vian melihat benar benar wajah Gavin yang tidak asing.

Tasya juga melihat wajah Gavin yang ia panggil paman uzur itu dengan baik-baik. Matanya melebar ia baru ingat itu adalah Gavin. Pria yang dijodohkan dengan Fayza. Segera Tasya menarik baju kiri Kakak nya dan langsung berbisik " Dia yang mau dijodohkan dengan kak Fay"

Vian langsung menghindari Gavin dan melihat pria itu sekali lagi. Matanya membulat mengingat dimana ia pernah melihat Gavin.

" Loe.. Yang di mall itu kan! Loe.. "

Gavin menaikkan alis nya bingung melihat dia beradik ini melihat nya seperti musuh. Padahal tadi ia sudah menolong Vian.

" Jangan dekat dekat.. " Koar Vian lagi makin membuat Gavin melotot gede. Kaget ia dilihat seperti orang punya seksual yang menyimpang.

" Paman sorry ya! Terimakasih tadi atas bantuan nya" Kata Tasya menengok dari punggung Vian.

" Eh! Bocil.. Loe panggil gua apa?? "

" Bocil? Bocil.. Siapa? Tanya Tasya dengan kaget.

Gavin mengukur tinggi badan nya yang memang perfect untuk ukuran pria matang nan dewasa. lalu menurunkan tangan nya seukuran bahu nya yang setinggi Tasya. Mulut nya menyemaratkan kata Bocil untuk Tasya. Gadis itu langsung terperangah. Tapi ia juga tidak bisa mengabaikan kakak nya yang tidak bisa sendiri berjalan. Tasya memperingati Gavin dengan dua jari di matanya. Dan mengolok nya disana.

" Kamu baik baik saja? " Tanya Arland yang menahan Fayza dan membantunya berdiri.

Sekuat tenaga Fayza menumpu energi nya pada Arland. Kaki nya tiba tiba mati rasa saat berusaha menginjak lantai. " Kaki ku kram" Keluhnya.

"Sebaiknya istirahat! " Ajak Arland lalu membantu Fayza lagi ke kursi roda. Ia lantas membungkuk dan melepaskan kaus kaki yang Fayza kenakan.

Melihat itu Fayza serasa kaku. Ia tidak mau Arland sampai sebegitu nya tapi ia juga masih kesakitan. Disana Arland mengusap kaki nya dan menekan mata kaki itu yang sudah ada bekas jahitan bekas kecelakaan itu. Perlahan ia melonggarkan pergelangan kaki Fayza memutar satu arah. Diam diam Fayza menahan senyum. Arland sangat manis kalau bersikap seperti itu. Hatinya seolah bergetar kembali  merasakan rasa yang sama setiap kali pria itu memanjakan nya. Meski begitu ia masih merasa ragu dengan situasi nya saat ini. Apakah keputusan nya benar. Menikah dengan Arland dalam posisi hamil anak pria lain. Dan pria itu lagi koma, namun juga ada anak lain yang di perut perempuan lain.

" Aaw..

" Ah! Apakah sakit.. Aku akan memijat nya saja"

Fayza mengangguk dan mengulum senyum lagi. Matanya mengerjap saat bertemu dengan sorot Arland disana.

Tapi kemudian kursi roda yang Fayza duduki mundur dan tangan Arland terlepas disana.

" Excuse me.. Apakah melviano datang diwaktu yang tepat? "

Fayza maupun Arland tentu kaget dengan suara itu. Suara pria dengan bahasa logat yang khas. Fayza langsung menoleh kebelakang ia nyaris melemah melihat sosok Vian disana, juga Arland sontak langsung bangun. Sosok pria yang sebelumnya mereka kunjungi beberapa jam terbaring lemah di bangsal sekarang ada didepan mereka menatap tajam.

" Vian.. Kamu sudah siuman? " Ucap Fayza masih tidak percaya.

" Ya.. Aku bangun. Aku seperti mendengar ada yang tidak mau bertemu dengan ku lagi! "

Sesaat Fayza ingat apa yang ia ucapkan saat melihat Vian sebelum chek up.

" Kalau begitu bagus lah" Sahut Fayza kemudian. Ia terlalu kaget dengan kehadiran Vian yang mendadak seperti ini. Tapi ia tidak akan memberitahu tentang kehamilan nya. Pasti nya Vian juga sudah bertemu dengan tunangan nya itu saat sadar.

Fayza menoleh pada Arland. Lelaki itu juga seolah masih kaget dengan kejutan Vian. Dan itu ancaman besar buat nya!! Vian sadar terlalu cepat! Ia cemas kalau Vian tahu kehamilan Fayza.

" Baguslah kalau loe sudah siuman! Itu artinya loe bisa menghadiri pernikahan kami nanti" Kata Arland disana mencoba membentengi diri untuk merasa sudah menang dari Vian.

Vian tersenyum masam mendengar nya  ia menoleh pada Fayza yang juga tampak diam saja tapi sorot matanya seolah membenarkan ucapan Arland.

" Me menikah.. Kalian akan menikah? " Cicit Tasya disana ia menganga syok.

" Ho hooo.. Ga semudah itu Ferguson... " Pekik Vian menghunus tajam kearah Arland dan tersenyum penuh arti. Ia lalu menarik kursi roda Fayza padahal kondisinya saja masih lemah dan jangan lupa tangan nya yang cedera parah disana. Tasya sampai siaga di belakang siapa tau Vian akan ambruk lagi.

" Apa yang loe lakukan" Arland menangkap lengan Vian yang cedera. Vian seolah kembali di serbu tombak. Tapi Arland tak peduli Rahang nya mengeras. Dua manusia ini saling menatap tajam dengan aura yang sama sama ingin mengeluarkan amarahnya.

" Membawa Fayza! Emang apa lagi! " Sahut Vian santai.

Fayza sendiri merasa takut dengan situasi itu.

" Loe tau! Dia calon istri gue! Dia gue yang urus! " Sahut Arland tertawa mengejek.

" Oh. Kalau gitu gue mau bawa ibu anak gue balik.. Husss jauhkan tangan loe... Loe ga geli pegang pegang gue! Awas jatuh cinta"

Tasya nyaris ngakak mendengar perkataan abang nya ini. Dia mau perang atau melawak. Kalau tidak dalam kondisi tegang begini ia pasti akan menjambak rambut abangnya.

Spontan Arland langsung melepas tangan nya karena di bilang akan jatuh cinta pada Vian, seketika perut nya langsung kembung. Sementara Fayza berusaha meredam gejolak yang ia tahan apalagi mendengar perkataan Vian barusan seolah mengetahui kehamilan nya.

" Jangan kaget sayang!! Aku sudah tau ada anak kita di perut kamu kan" Vian menunduk dan berbisik kearah Fayza.

Fayza memejamkan matanya. Tangan nya mengepal apalagi ada kata sayang disana membuat nya jijik.

" Plak!

Fayza langsung menampar Vian disana. Ia lalu menarik kursi roda nya dan mendekati Arland.

" Antar aku kembali keruangan ku Arland.. " Pinta nya disana masih dengan serbuan rasa yang campur aduk.

Arland segera mengambil alih dan menjalankan kursi roda itu untuk segera keluar dari sana.

" Bang... " Senggol Tasya pada Vian yang diam saja.

Vian tau dari sikap Fayza ia sudah di tolak. Menyakitkan tentu tapi ia tidak mungkin menyerah begitu saja, bagaimana nasib debay nya. Calon darah seorang Melviano. Ia tidak mau anak nya malah di akui pria lain. Susah susah ia merapalkan doa sepanjang malam hanya untuk menginginkan gen nya sukses membuahi sel telur Fayza.

" Biar saja dulu! " Sahut Vian disana merasakan sakit di bahu nya. Ia lalu meringis dan nyaris ambruk lagi. Beruntung Gavin yang menonton ikut membantu Tasya lagi yang kesusahan menompang tubuh besar kakak nya.

" Kita sama sama ditolak jadi jangan malu!" Kata Gavin terkekeh melihat Vian yang merasa ogah-ogahan dibantu oleh nya.

" Level kita berbeda Bro" Sungut Vian jutek. Melihat Gavin.

*

*

" Aku ingin pulang.. " Kata Fayza cemas juga gelisah saat sampai di ruang inapnya.

Arland mengambil ponsel nya dan menghubungi Erwin.

" Urus sekarang juga berkas keluar Fayza! Ia pulang hari ini. Sekarang!!! " Teriak nya disana lalu mematikan telepon.

Pria itu menarik nafas panjang lagi. Kepala nya serasa mau pecah. Mengutuk dan mengumpat tentang Vian sudah ia sematkan dalam hati sepanjang jalan menuju ruang inap Fayza. Tapi tetap saja tidak merubah keadaan. Pria itu sudah tau Fayza positif.

Dilihatnya disana Fayza juga seperti orang linglung, Resah. Kedua tangan nya ia remas remas sendiri.

*

*

" Apaa.. Vian sudah siuman" Pekik Liana kaget saat melihat Lily yang nyasar mencari tempat terapi tujuan Vian saat melompat dari bangsal. Mereka berpapasan saat di lorong. Dan Liana bersama Nenek Pur juga Farhan. Adik nya Papa Farid.

" Iya.. Dia kabur saat dengar Fayza dilamar Arland" Kata Lily bercerita seolah tak ada beban. Pikiran nya lagi disibukan  kemana putera puteri nya itu membolang.

Liana kaget begitu juga Nenek Pur dan Farhan.

" Fayza? Fayza puteri kamu kan Liana? " Tanya sang Farhan.

" Belum tau ini Far! Li.. Lily" Panggil Liana mencegat ibuk ibuk satu itu yang sibuk sendiri disana seperti kehilangan anak ayam nya.

" Ada apa? "

" Maksud kamu tadi apa ly? Fayza mana yang di lamar? " Ulang Liana penasaran.

" Itu- " Lily mengerutkan bibirnya. Ia baru sadar kalau 3 anggota Keluarga dengan 1 Nenek legend yang disegani.

" Itu belum pasti! Tapi yang pasti nya Vian akan segera jadi ayah"cicit Lily malah membuat mereka semua kaget.

" Jadi ayah? Maksud nya bagaimana? " Tanya Liana lagi.

" Bukan nya Vian belum menikah" Timpal Farhan.

Lily sudah keseleo lidah, ia menatap takut pada Nenek Pur disana. Meski Nenek Pur bukan mertua nya tetap saja Nenek Pur ini ibarat sesepuh keluarga besar. Karena beliau Anak tertua.

" Fay dan Vian.. Mereka. Ah.. Aduuh.. Farhan.. Tolong " Lily semakin susah untuk menutupi kebenaran. Wajah nya memucat dan bersembunyi di punggung sepupu suaminya itu.

" Fay.. Fay siapa" Cecar Liana juga merasa tak enak. Dan mengekori Lily.

Lily menarik nafas dalam dalam. Ia tidak bisa berkelit lagi sekarang. Ini adalah kesalahan nya sebagai ibu pelaku yang sudah merusak masa depan Fayza. Selebihnya ia juga merasa menang diatas segala-galanya Fayza bisa terjerat oleh Vian. Walau dengan cara yang salah

"Lily berbisik pada Liana.

" Apa! Fayza Hamil?? "

Lily mengangguk takut-takut dan langsung merapatkan matanya saat ditatap Nenek Pur juga Farhan.

Tiba tiba saja Liana langsung ambruk. Pingsan karena terlalu kaget.

*

*

Fayza dan Arland sudah bersiap untuk keluar dari Rumah Sakit.

Langkah mereka terhenti saat melihat beberapa perawat membawa seseorang dalam bangsal yang berjalan cepat. Fayza mengenali baju Ibuk nya dan di belakang juga ada Tante Lily sedang menggangdeng Nenek tua yang ia segani. Dibelakangnya ada Om nya yang juga sangat galak.

" Ibuk... " Pekik nya segera menjalankan kursi rodanya mengejar perawat yang membawa Ibuk nya kedalam ruangan.

" Apa yang terjadi? Kenapa dengan Ibuk? " Tanya Fayza panik. Ia lalu menuju Tante Lily.

" Ibuk kenapa??

" Fayza! Jelaskan ke Nenek. Apa kamu hamil?? "

Duaaar...

Fayza hanya bisa menganga kaget. Nenek nya sangat blak blakan. Bahkan  dimata nya tersemat kemarahan juga kekecewaan.

Disisi lain Arland pasrah kesempatan nya untuk membawa Fayza pergi hilang. sekarang keluarga nya sudah tau. Sipenanam benih juga sudah siuman.

" Nek itu..

Duk.!. Nenek Pur memukul tongkat nya ke lantai dengan keras. Sampai Fayza bergidik takut.

" Cepat panggil Vian kehadapan ku Li" Perintah Nenek Pur disana.

" Iya Nek, " Lily beringsut menjauh.

" Farhan. Hubungi juga Farid dan Andhika"

" Iya bu"

Fayza hanya bisa memejamkan mata. Ia tak menyangka ia ketahuan secepat ini.

*

*

" Bugh" Bongkahan menghantam Vian. Itu dari Andhika. Papi nya Vian. Meski putera nya baru saja siuman amarah menguasai nya ia merasa gagal sebagai seorang ayah apalagi Vian malah mehamili sodara nya sendiri. walau Fayza anak sepupunya tapi Fayza sudah seperti puteri nya sendiri.

Semua yang disana mengurut dada dan meringis melihat kondisi Vian yang sudah lemah duluan. Walau ia terlihat kuat.

Papa Farid juga ingin sekali memukul Vian. Tapi mencoba menahan nya apalagi Andhika sudah mewakilinya.

" Pi.. Sudah pi.. Jangan pukul lagi... Vian baru siuman.. " Tangis Lily menahan tubuh Andhika dari belakang. " Jangan membela nya Ly! Dia tidak pantas di anggap anak! Aku sama sekali tidak pernah mengajar kan berbuat bejat seperti itu! Apalagi ini Fayza.. Dia Fayza... " Seru Andhika sekali lagi ingin menyerang Vian yang diam saja melihat amukan bapaknya yang seperti preman. Tapi ia maklum saja Papi nya begitu.

" Tenangkan emosi kamu Pi. Mami mohon.. Vian akan tanggung jawab kok sama Fayza... " Bujuk Lily terus menangis.

" Ya. Dia harus tanggung jawab kalau perlu penjara kan dulu biar dia jera" Ucap Andhika disana.

Lily semakin menangis deras begitu juga Tasya syok. Papi nya ini cukup tegas kalau memutuskan sesuatu.

" Jangan diperbesarkan! Kalau sampai dipenjara nanti keluarga juga malu" Kata Farhan menengahi dan mendapat dukungan penuh dari pihak Vian. Lily dan Tasya.

" Jadi! Apa kamu mau tanggung jawab Vian? " Kali ini Farid bertanya secara pribadi pada pemuda yang baru mengalami pecah bibir oleh tonjokan orangtua nya.

" Tentu Om! Saya pasti bertanggungjawab" Jawab Vian dengan suara lugas. Jelas ini yang ia nantikan. Dan semua mata melihat keseriusan Vian.

" Apa kamu juga akan bertanggungjawab dengan wanita lain yang kamu hamili juga? " Pertanyaan itu keluar dari Fayza. Yang duduk disebelah Vian.

Vian mendelik dengan heran sedangkan lawan nya menatap nya dengan garang.

" Apa maksud nya? Mehamili siapa lagi? Teriak Andhika murka dan ingin kembali melompat untuk membuat Vian babak belur.

" Tenang Pi.. Tenang.. Farhan. Tolong doong" Cicit Lily. Farhan segera membantu Lily menahan Andhika yang seperti orang kesurupan.

" Mehamili siapa? Aku? " Tanya Vian menunjuk dirinya sendiri.

Fayza tidak menjawab. Tentu saja itu Vian. Siapa lagi.

Vian menganga meski mulut nya perih. Sesaat ini ingat dengan Delisha. Wanita gila yang mengaku ngaku hamil anak nya beberapa jam yang lalu.

" Itu semua bohong kak Fayza. Perempuan itu hanya mengaku-ngaku saja! Saya dan Mami saksi nya! Saat Abang Vian sadar. Dia ketakutan. Beruntung Bang Vian ga amnesia. Kalo ga cerita kalian akan kayak sinetron penuh drama" Koar Tasya disana.

Fayza menoleh pada Tante Lily dan wanita itu mengangguk membenarkan. " Dia sudah Mami usir! "

Sesaat rasa gugup menguasai Fayza. Ia merasa sedikit tenang sekarang. Ternyata ia salah menilai Vian. Tapi tetap saja kenyataan ia akan menikah dengan Vian tidak terelakan. Lalu bagaimana dengan Arland. Pria yang ia cintai dan pasti juga mengalami kebingungan saat ini. Rasa sedih melingkupinya. Kenapa kisah cinta nya berakhir seperti ini? Dan malah dengan sepupu seblak nya ini??