Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 25 - Dua Puluh Lima

Chapter 25 - Dua Puluh Lima

Tasya sibuk memilih milih snack untuk persedian nya malam hari nanti. Hari ini ia giliran jaga kakak nya Vian. Jadi nyetok cemilan itu wajib.

Ia paling suka kripik singkong. Di keranjang terlihat tinggal satu. dengan antusias tangan nya mengulur panjang.

Grap..

Ada satu tangan lain mengambil diwaktu yang bersamaan.

Matanya melebar dan melihat kesamping.

Ternyata itu Gavin. Duren yang nyasar di minimarket Rumah Sakit.

" Eh.. Ini gua duluan" Serbu Tasya dengan serakah merampas kripik itu. Matanya melotot garang. Ia tak peduli duren keren ini bakal mengaku-ngaku itu milik nya.

Dengan lincah Tasya segera balik haluan tapi tau tau keranjang nya ditarik. Tasya menoleh kebelakang dengan kesal.

" Wah Dek.. Itu tadi saya yang duluan ngambil nya" Kata Gavin tidak mau kalah.

" Enak aja. Paman jangan seenak nya dong. Ini gue yang liat duluan. Ini punya gue" Kata Tasya tidak peduli. Ia kesal juga di panggil Dek. Padahal ia sudah 22 tahun makanya ia balas panggil paman biar duren itu kesal.

Tasya segera menepis tangan Gavin. Tapi tangan itu masih nyangkut juga

Bugh..

Dengan kekuatan super Tasya langsung menginjak kaki Gavin. Lalu melarikan diri kekasir.

Gavin tergopoh-gopoh dengan kaki yang sakit nya minta ampun apa lagi yang nginjam itu heel runcing dan kekuatan kuda. Sedang kan ia hanya memakai sendal terbuka. Rasanya kepalanya langsung berkunang kunang melihat kedepan.

" Awaas kamu..  Anak kecilBar bar" Jerit nya lalu kembali menjerit kesakitan.

Disana Tasya tak peduli. Ia segera memburu si kasir untuk menyelesaikan hitungan nya.

Beruntung semua nya selesai Gavin ga sempat menuntut perhitungan.

" Dasar paman paman uzur! " Umpat nya setelah keluar dari pintu Mini market.

" Muka nya kayak kenal deh. Duh dimana yaaa. Ah sudah lah.. " Tasya melongos pergi. Ia segera membuka salah satu snack di dalam tas belanjaan nya dan memakan nya sambil jalan.

Selesai kuliah ia langsung ke Rumah Sakit. Walau capek banged tapi Tasya tetap mengusahakan buat nemenin abang tercinta nya itu.

Saat melintasi lorong yang berbelok ia kaget melihat Fayza, sepupu nya di tepian lorong dan ada pacar nya juga yang tampak serius bicara dengan nya.

Tadinya ia mau berteriak memanggil Fayza tapi ga jadi. Ia menangkap obrolan yang patut ia kuping baik baik.

" Aku perlu status mu juga Fayza! Saat ini aku juga di tuntut menikah! Om ku sudah menjodohkan ku dengan beberapa wanita. Aku hanya mau kamu. Apapun keadaan kamu aku terima! Meski itu anak sepupu mu atau anak siapapun aku tidak peduli! Kau tau aku bahkan lebih buruk dari sepupu mu itu. Aku ingin berubah dan membayar kesalahan ku.

Tolong beri aku kesempatan merubah hidup. Aku ingin kamu yang menemani ku merubah ku jadi lebih baik"

Semua belanjaan Tasya terjatuh. Tapi ia buru buru bersembunyi.

Telinga nya masih nyut nyutan mendengar perkataan pacar Fayza. Anak- sepupu! Point yang nyaris membuat nya gila.

" Apa-apaan ini? Sepupu siapa maksud nya?? Apakah itu abang gue" Tanya nya dalam hati yang langsung meronta ronta. Syok setengah mati. Baru saja beberapa hari lalu ada wanita mengaku dihamili abang nya lalu ini??

Fayza dan Vian??

Rasanya Tasya mau pingsan ditempat. Kaki nya sampai gemetaran. Ia juga tau abang nya itu suka sama Fayza! Mami nya yang bongkar! Tapi kalau mehamili Fayza!! Rasanya ini terlalu extrem.

" Ya ampun bang.. Ga ada akhlak banged sih loe.. Ngamilin cewek dalam waktu bersamaan!! " Ringis nya pelan.

" Mau bikin kebon anak apa! "

" Hamil? Siapa hamil?

Tasnya mau memekik keras. Saat melihat wajah Gavin ada di depan nya. Spontan ia langsung berjingkit. Maklum tubuh nya hanya berkembang 154 cm dan pria didepan nya ini 170 cm. Jadilah Tasya susah payah menutup mulut Gavin yang langsung ia lengserkan ke dinding.

" Ssssst diam! " Katanya disana belum sadar betul itu pria yang baru ia buat berlubang kaki nya.

Tasya kembali mencondongkan kepala nya kesana. Dilihat nya Arland memeluk Fayza. Mereka terlihat sangat merindukan satu sama lain. Tapi Tasya sih ga mudeng. Pikiran nya masih bertegangan tinggi dengan informasi yang diluar nalarnya.

Sementara itu Gavin tampak kesusahan bergerak. Apalagi tenaga Tasya super kuda. Ia sampai miring miring dengan mulut di bekap gadis itu.

" Ya Ampun.. Bang Vian buruan bangun...! Gue yakin kalau loe bangun loe bakal dapat bapao 10 di kepala loe sama Papa! Ngamilin 2 cewek. Ambyaaar loe bang ambyaaar" Cicit Tasya disana dengan gemas menguyel uyel bibir Gavin sebagai tanduk rasa gemas nya pada Abang nya itu.

Sesaat Tasya merasa tangan nya lembek lembek berair gitu. Ia menoleh ke samping. Dan menjerit kaget. Lalu menutup mulut nya. Sambil menengok ke samping. Pasangan Arland dan Fayza sudah cukup jauh di lorong sana. Ia sedikit lega. Tapi hanya sebentar saat melihat Paman paman uzur yang ia sebut tadi didepan nya dengan kepala goyang goyang akibat ulah nya. Gavin tampak mabuk.

" Aah.. Sorry Paman! Ga sengaja" Pekik Tasya merasa tak aman sekarang.

Lantas ia segera mengambil tas belanjanya dan mau kabur.

Tapi Gavin sudah lebih dulu menghalangi jalan nya.

" Adeeeek.. Tanggung jawab sama kaki paman ya dek. Liat nih. Bolong... " Kata Gavin menahan kesal. Ia memperlihatkan cetakan heel Tasya yang masih membekas di kaki nya.

Tasya melotot gede. " Hm paman.. Ini kan karena paman duluan yang mau ambil kripik gue! Jadi aaah lihat ada meteor... " Pekik Tasya menunjuk ke atas.

Gavin yang terpedaya melihat keatas telunjuk Tasya. Padahal itu siang hari tapi otak cerdas nya serasa tumpul gara gara di obok obok Tasya barusan.

" Mana...

" Tapi boobg. Weeee.. " Tasya segera melarikan diri. Dan dengan lantang memberi telunjuk tengah pada Gavin yang tampak linglilung baru di kerjain bocah baru gede itu.

*

*

Tasya ngos ngosan sampai kamar inap kakak nya. Ia yakin tidak akan selamat kalau ketemu lagi dengan pria tadi.

3 detik menyesuaikan diri. Tasya melihat kesekeliling kamar abang nya itu di sofa tampak wanita yang mengaku dihamilin Vian sedang tertidur. Mami nya apalagi. Tertidur di tempat tidur disana. Lalu mata nya baru ngeh saat melihat seseorang yang duduk di kasur pasien yang seharusnya sedang koma.

Pria itu mengenakan baju rumah sakit yang sama. Postur tubuh nya juga sama dengan abang nya. Bahkan lilitan perban nya juga masih mirip. Lalu dia..

Glek.

" Abang Vian" Teriak Tasya untuk kesekian kalinya.

Syok-kaget-senang- sedih. Jadi nano nano saat melihat pria menyerupai sodara nya itu sudah suiuman dalam posisi terduduk sendiri disana.

Mendengar jeritan Tasya yang keras spontan Tante Lily nyaris terjatuh dari ranjang.

Delisha juga sama ia bangun seketika.

Tapi sumber kericuhan itu di nomor duakan saat mata mereka juga menangkap Vian yang duduk dengan mata kosong lurus kedepan.

" Vian.. Astaghfirullah Vian.. Kamu sudah sadar " Jerit Lily langsung menghambur kearah anak nya itu. Memeluk Vian dengan rakus bahkan menciumi mata Vian membabi buta.

Vian yang masih belum mengumpulkan nyawa- kayak tidur aja! Tampak ogah ogahan di ciumi Lily.

" Panggil dokter.. Panggil.... " Jerit Lily heboh.

Tasya langsung lari ke luar.

Tapi Delisha sudah memencet tombol disana.

Kadang kalau lagi Darurat otak semua ga jalan. Kasian Tasya

yang lari lari ke meja perawat dengan sepatu berheel tinggi. Tapi ia tidak masalah yang penting abang tercintanya sudah siuman dan mulut nya sudah tak tahan untuk mengatakan apa yang ia dengar barusan.

Saat ia kembali kesana. Dokter dan perawat sudah memenuhi kamar kakak nya

" Lha. Mereka datang dari mana" Cicit nya sambil menarik nafas banyak banyak.

" Dari atap" Sahut Lily asal. Tangan nya sambil menumpu. Cemas dengan hasil dokter didalam sana. Sekilas Lily melirik pada wanita yang mengaku hamil cucu nya.

Delisha tampak gugup juga disana.

Dari pengakuan wanita itu ia tidak pernah mau mengajak ngobrol. Wanita itu datang dengan inisiatif sendirinya seolah olah sangat peduli dengan Putera nya. Tapi ia juga tidak mau bertindak kasar. Ia takut kalau anak itu memang cucu nya dan takut menyesal dikemudian hari.

" Mami... Udh boleh masuk.. Boleh itu. Buruan.. " Ajak Tasya dengan antusias.

Mereka semua masuk keruang itu. Disana Dokter nya sudah membereskan peralatan pemeriksaan.

" Bagaimana anak saya dok? Apakah ia amnesia? Atau.. Ad gangguan lainnya?? Saat sadar di bengong aja kayam orang aneh!! Tanya Lily dengan cemas.

" Semua nya baik! Bu.. Putera anda hanya sedikit bingung. Itu normal kepada pasien yang mengalami koma singkat.

Kalian bisa mengajak nya bicara dan berinteraksi itu akan membantunya kembali kedirinya lagi.

Mendengr itu Lily tak kuasa menahan senyum. Ia bahkan beberapa kali menyebut kata syukur kepada sang pencipta.

" Kalau gitu kami permisi" Kata Dokter tadi dan ia pergi dengan pasukan berbaju putih nya.

Lily dan Tasya segera menghambur suka cita pada Vian yang melihat kosong ke arah tangan nya yang masih diperban.

" Woy.. Bang.. Bangun bangun.. Ini gua.. Adek tercantik loe. Tasya Andhika Alvaro.. Si unyu unyu " Seru Tasya disana dengan semangat 45. Sampai Vian yang masih kebingungan kaget.

Tasya nyengir dengan gaya ala bob marley " Whatsapp Bro.. Mari kita rayakan kebahagian ini" Katanya disana sambil ngerep juga.

" Owow wowo wowo.. " Ia lalu berteriak menyerupai tarzan.

Rambut nya langsung dijambak Lily dengan sadis.

" Ya ampun Tasya! Ga begitu juga kali. Kasian abang kamu jadi ketakutan liat tingkah kamu yang seperti itu! " Omel Lily heran dengan tingkah puteri nya satu ini yang memang juga 11-12 sama putera nya kalau lagi mode normal.

Tasya hanya nyegir" Habis kata Dokter kita harus menyadarkan nya kan Mom.. "

" Iya. Tapi jangan seperti orang gila! "

Tasya mendengus dibilang gila.

" Vian.. Vian.. Kok bengong. Masih pusing ya? " Lily mendekat dengan lebih lembut. Diam nya Vian itu membuat nya lebih khawatir.

" Ini tanggal berapa Mami? "

Lily makin kaget dengan pertanyan Vian.

" Tanggal tanggal.. 14 "

Sahut Lily segera ngecek layar ponsel nya.

Vian merenung. Ia juga melirik penghuni disana satu satu. Lalu berhenti di Delisha. Mata nya menyipit tapi mengabaikan nya. Ia masih menghitung dan mengingat ngingat. Lalu wajahnya beriak dengan mata melebar

" Bagaimana dengan kabar anak Vian? "

Mendengar itu Lily kembali terkaget-kaget. Matanya langsung meluruh ke Delisha.

Disana wanita ini seolah kebingungan. Kehamilan nya adalah kebohongan tapi dari mana Vian tau tentang berita anak.

" Jadi.. Kalian memang membuatkan Mami cucu ya Vi? " Ringis Lily masih tidak mau menerima.

Vian mengangguk dengan yakin.

Lily melirik lagi pada Delisha dan menarik wanita itu ke depan sana.

" Maaf Mami sempat ga percaya waktu itu. Soal ya ini sangat mengejutkan. Mau ga mau Mami merestui kalian" Lirih Lily melepas keegoisan nya.

Vian mencerna kata-kata Mami nya dan tukar pandang dari Mami ke Delisha.

" Delisha kan ya?? Kok ada disini? " Tanya Vian masih buram buram mengenali Delisha yang adalah salah satu Model di perusahaan nya.

Delisha langsung mingkem. Ia melirik takut pada Lily dan Tasya yang juga tiba-tiba nongol di antara pinggang Lily dan Delisha.

" Aku dengar kamu kecelakaan jadi segera ke sini" Aku wanita ini lalu meringis. Ia merasa di zona yang sedang mencekam.

" Ini bagaimana sih. Vian kok nanya dia disini! Dia pacar kamu kan!! " Tuntut Lily sudah mulai curiga.

Vian melirik Delisha. " Pacar? Vian lupa kalau ada pacar? Terakhir di Jerman udah Vian kasih ke kedutaan Indonesia disana! Minta jagain Biar ga nyusul ke Indonesia" Sahut anak nya itu dengan datar.

Pluuk

Kepala nya lalu ditimpuk Lily dengan bantal " Lalu dia ini apa! Dia bilang dia hamil anak kamu! VIAN BISA JELASKAN SEMUA NYA KE MAMI" Teriak Lily disana berubah 180 derajat. Bahkan Tasya dan Delisha kaget. Vian baru sadar koma berminggu-minggu langsung di serang Induknya sedemikian rupa.

" Aaah Mami.. Apa apaan sih. Siapa yang ngamilin dia! Dia ini kerja sama Vian! Bukan pacar Vian.. " Jerit Vian disana misuh misuh takut bantal itu menimpuk kepala nya lagi. Apalagi bahu nya kram. Sakit yang bertubi-tubi saat refleks melindungi diri.

Lily mendengus

Seperti banteng yang mengeluarkan nafas nya dari hidung, ia menoleh pada Delisha dengan gertakan gigi nya.

Delisha disana merasa terancam. Kebohongan nya terbongkar dengan cepat. Ia pun tak menyiapkan apa apa untuk menyelamatkan posisi nya saat ini.

" Saya bisa jelaskan Tante.. "

" Pergi" Teriak Lily disana sudah lepas kendali. 3 hari ini darah tinggi nya kumat gara-gara pengakuan wanita itu. Beruntung putera nya segera bangun kalau tidak mungkin sampai Delisha berojol ia akan tertipu.

" Pak Vian.. " Cicit Delisha disana dengan bibir menurun.

" Saya bisa jelaskan semuanya..

Vian melihat kearah Mami nya. Dan wanita itu langsung mengerahkan kemurkaan nya untuk kembali meneriaki Delisha.

" Pergi dari sini atau aku tuntut kamu hah"

" Tante.. Tenang Tante.. Saya pergi! Saya pergi" Delisha segera berbalik dan mengambil tas nya disana.

Hosh.. Lily merasa 1 jarum baru meleset keluar dari kepalanya. " Jadi Vi anak yang kamu bilang tadi anak kamu dengan siapa? " Koar nya masih perlu menyidang anak nya ini.

Tasya menerobos lagi " Tasya tau.. Abang sudah hamilin siapa" Katanya dengan wajah sumringah dan merasa bangga ia tau hal mengejutkan itu.

" Cepat bilang Tasya! Jangan bikin darah Mami kamu mendidih lagi" Hardik Lily harus menyiapkan mentalnya.

Tasya melirik kearan sodara nya dengan senyum merekah. " Aaah.. Tapi kakak janji ya. Harus tenang setelah Tasya cerita in!! "

" Cepat bilang Tasya! Ya ampun. Ini anak..

" Ya ampun emak emak bar bar ga sabaran banged sih! " Balas Tasya yang mau minta timpuk wajah nya oleh Lily.

" Hee iyaaa Mommy.. Sabar sabar.. Orang sabar pantat nya lebar" Bisik Tasya lalu cekikikan.

Hmmm hmmm

Tasya mengatur intonasi suara nya ia bolak balik melihat kakak nya dan induk nya disana. Satu berwajah tak sabaran satunya lagi menunggu perkataan nya.

" Tadi Tasya ga sengaja dengar di lorong. Katanya Kak Fay positif hamil dengan sepupu nya. Tasya nebak sepupu itu siapa lagi kalau bukan bang Vian. Ngaku bang. Benar ga?? "

Kepala Lily langsung meledak mendengar nya.

Sedangkan Vian merasakan ada yang merekah di dalam perut nya. " Positif?? Fayza positif?? " Ia tak bisa berhenti untuk tersenyum. Rasanya ada gelombang ombak bergelung dalam jiwanya. Kalau saja tangan nya bisa digerakkan. Ia pasti akan berteriak merdeka lalu keliling Rumah Sakit ini 10 kali putaran.

" Jadi abang beneran melakukan nya dengan kak Fay? " Tanya Tasya lagi masih tidak yakin. Lily juga menatap Vian dengan tajam.

" Kamu ngamilin Fayza Vi?? Serius???

" Bukan salah Fayza Mami. Ini kecelakaan saat dia mabuk patah hati dan setan waktu itu bilang kalau itu kesempatan Vian buat mendapatkan Fayza. Jadi terjadi begitu saja" Vian menjelaskan dengan baik. Ia takut kalau Fayza di nilai buruk. Biar saja ia yang di hujat.

Lily dan Tasya tidak tau harus komentar bagaimana lagi kalau sudah seperti itu.

" Sepertinya Tuhan masih ngedukung abang deh! Kalau seminggu lagi abang baru belek. Aaah kak fay udah jadi istri Arland" Kata Tasya disana mendengus sambil Sendekapan

" Arland?? "

" Maksud nya apa an Tasya? Fayza mau nikah sama Arland? " Tanya Lily juga tak paham.

" Iya! Tasya dengar sih begitu. Arland mau nikahin kakak Fayza meski itu bukan anak nya" Cecar Tasya langsung membakar jenggot Vian.

" What. Gue yang nanem dia yang manen. Ga bisa!! Mommy! Buruan pesan WO! Vian mau ajak Fayza nikah besok!! "