Lily menggeleng geleng. Kepala nya sudah berdenyut mendengar berita buruk yang dibawa wanita ini.
" Kamu pasti bohong. Vian tidak mungkin...
Wanita ini semakin kencang nangisnya.
" Ga mungkin! Vian mehamili mu! "Teriak Lily sekali lagi. " Vian memang bandel tapi dia tidak asal menanam benih.
" Iya tante. Ini anak Melviano. Kami sudah serumah di Jerman selama setahun ini"
Delisha kembali memamerkan hasil USG itu membuat Lily benar benar ingin pingsan.
" Saya harus gimana tante.. Ini anak Vian. sekarang dia koma. Saya takut kalau pulang ke rumah anak kami akan di gugurkan, ayah saya akan mengusir saya juga" Cicit Delisha lagi sambil berdiri dan menunduk sedih"
" Stop!! " Pekik Lily lalu terduduk. Mengurut dahi nya yang keringatan.
" Excuse me Bunda Ratu secan-"
Suara Tasya nongol di ambang pintu. Ia mematung kaget melihat Mami terguncang di kursi lalu ada wanita didepan nya dengan mata merah habis menangis.
" Ho ho.. Ada apa ini?? Mami kenapa? " Tasya segera berlari dan melirik menuduh pada Delisha.
" Ini parah Tasya! Abang kamu ngamilin dia" Sahut Lily disana dengan suara sumbang.
" What the hell... " Pekik Tasya dan langsung membekap mulutnya sendiri. Lalu melihat Delisha yang kembali menangis penuh kesedihan.
Tasya lalu berbisik pada Lily? " Mom.. Yakin? Abang anuan si mba mba ini? "
Lily yang sudah mabok kebanyakan pikiran hanya geleng geleng " Tau tanya sendiri. Mami pusing"
Tasya mendelik dan meluruskan lagi tubuh nya yang jangkung itu. Ia mendekati Delisha dengan serius.
" Jadi kamu punya ponakan unyu Tasya dalam perut kamu?"
Delisha mengangguk lirih.
" Ihk wow.. Bagus dong! Berarti sebentar lagi Tasya punya ponakan. Waah abang hebat!! " Jerit anak ini bukan memecahkan masalah Lily. Tapi malah mendukung perempuan itu.
" Iiyaa.. Jadi kamu percaya kan? " Tanya Delisha hati-hati
Tasya menyembikan senyum nya. " Tentu saja. Kalau bibit membibit sih abang jago nya! Ayo sini kak peluk dulu... " Koar Tasya disana dengan tangan lebar.
Delisha lega akhirnya ia dipercaya salah satu keluarga Vian, ia merasa sudah dapat lampu hijau dan gadis didepan nya ini tampak mudah sekali di bodohi. Ia pun memeluk adik Vian satu-satunya itu.
Tasya segera memeluk Delisha dengan erat ia lalu tersenyum sinis yang penuh arti dengan sejuta pemikiran di kepala nya.
" Ga semudah itu Ferguson... "
*
*
" Fayza...
Fayza segera mehapus air mata nya. Saat suara tante Lily mendekat. Ia sudah cukup terpuruk beberapa hari ini dengan fakta kalau Vian adalah b*jing*n yang menanam benih dimana mana. Bakhan tega pada dirinya yang adalah sepupu sendiri.
Fayza membalik badan nya tampak disana Tante lily terlihat kuyu dan aura keceriaan nya menyusut. Biasanya tante Lily selalu menggunakan make up dan selalu glamor tak kalah dengan pamor Syahrini. Tapi kali ini ia hanya menebalkan alis nya.
Sudah 3 hari ini Fayza atau sejak ia mendengar dibalik pintu itu ia tak lagi menjenguk Vian atau menemui tante Lily.
Fayza diam saja mengawasi langkah wanita yang masih cantik itu mendekat.
" Bagaimana keadaan kamu? "
Fayza mengangguk, rasanya ia mau menangis. Tapi lagi lagi fakta kalau yang ia tangisi belum tentu akan memungkinkan ia hamil. " Besok mau chek up bagian dalam lagi tante" Jawab Fayza sekenanya.
Lily melihat Fayza dengan sendu. Ia juga masih terpukul dengan kemunculan Delisha beberapa hari yang lalu. Dan wanita yang berbaring ini seolah sudah pupus harapan nya sebagai menantu nya.
" Tante cari kamu! Kamu biasanya ada ke ruangan Vian" Katanya dengan pelan.
Bagaimana bisa Fayza melihat Vian lagi setelah rasa marah bercampur sedih nya pada pria itu. Bahkan ia sangat tidak ingin melihat Vian lagi. Mendengar nama Vian aja tekat membunuhnya malah muncul. Vian adalah penghancur masa depan nya.
" Maaf tante habis terapi, saya kelelahan" Sahut Fayza mencari alasan yang memungkinkan.
Lily mengangguk mengerti, rasanya ia ingin sekali bicara dengan Fayza tentang Putera nya. Ia ingin bilang kalau Vian akan sangat senang jika Fayza mengunjungi nya. Tapi ia mengurungkan nya. Melihat Fayza juga tampak kelelahan disana.
" Apakah ada perkembangan? "
" Sudah bisa berdiri tapi cuman sebentar, belum bisa jalan" Sahut Fayza.
" Dan besok adalah kepastian apakah aku hamil cucu anda atau tidak" Sambung nya miris dalam hati dan tersenyum diluar pada tante nya itu.
" Bagus lah. Tante sangat senang. Semoga Vian segera bangun. Tante sangat sedih melihat nya betah tiduran aja"
" Ya lebih baik dia tidur saja Tante. Ketimbang saya akan menggantung nya " Jawab Fayza dalam hati. Ia hanya melihat tante Lily dengan nanar.
" Permisi..
Suara Ibuk nongol di pintu.
" Eh Ly.. Kamu toh.. Kirain wanita dari mana" Kata Ibuk disana sambil meletakkan tas belanjaan nya.
" Iya Na. Oh ya.. Nenek Rum datang ya? "
Nenek Rum itu nenek nya Fayza. Ibu Papa Farid. Atau Nenek Rum kakak nya Nenek nya Vian, karena Mereka sepupu 1 kali.
" Iya! Ada Nenek di rumah. Nanti besok mau ke rumah sakit" Jawab Liana.
Fayza yang dengar tambah tertekan. Nenek nya satu itu sangat disegani dalam keluarga. Ia hanya berharap semoga saja ia tidak hamil. Kalau ia hamil bisa bisa ia akan disidang oleh keluarga besarnya.
Lalu ia harus menjelaskan apa. Bilang itu anak Vian?
Ckckck. Apakah semua bisa percaya? Selain menganggap nya mengada-ngada ia akan di kucilkan dalam keluarga.
Tapi bagaimana dengan nasib perempuan itu?? Ia sendiri yang belum dapat kepastian sudah ketar ketir sendiri. Lha perempuan itu sudah jelas mengatakan itu anak Vian.
Fayza berharap semoga saja ia bisa terhindar dari masalah ini.
*
*
Esok yang Fayza tunggu tiba. Bahkan matanya sampai menjadi panda. Semalaman ia tak tenang. Kalau saja ia bisa ke apotek sendiri maka ia akan beli test pack. Sayang nya ruangan nya cukup jauh dari apotek. Dan tentu akan sangat mencolok kalau ia membeli benda itu sendirian yang susah payah mendorong kursi roda nya.
Andai ia punya teman perempuan. Pasti ia akan meminta tolong pada teman nya itu.
Fayza melihat Ibuk nya disana yang terlihat sibuk sendiri.
" Ibu saja yang temenin ya" Kata Fayza yang cemas kalau Papa nya yang menemani.
" Papa katanya mau kesini nanti Fay. Ibuk mau jemput Nenek Rum..
Fayza meringis. Ia sampai menggigit bibir bawah nya karena gugup melanda.
" Tapi Papa kan harus kerja buk..
" Sudah ijin juga sama Boss Andhika " Sahut Ibuk nya disana kembali sibuk membereskan selimut-selimut di sana.
" Biar saya yang menemin Fayza"
Ibu dan anak itu menoleh ke belakang. Fayza kaget melihat Arland yang nongol. Kali ini ia juga memangkas kumis dan janggut nya. Terlihat lebih mulus lagi. Dan lebih mudaa dari stlye brewoknya. Liana saja terperangah melihat pemuda tampan itu.
" Sebentar lagi kan! " Kata pria itu sembari berjalan mendekati Fayza. Parfum yang Arland kenakan seperti membawa udara sedar disana.
Fayza sendiri terus mengawasi Arland. Dari mana pria ini mengetahui ia kan chek up dan dia kenapa muncul lagi setelah hari itu?? Rasa cemas menggerogotinya.
" Untung lah kalau begitu! Ibuk bisa telponon Papa dulu" Kata Liana menghela nafas panjang ia lalu mengambil ponsel nya daa keluar dari sana. Liana selalu memberi ruang kepada dua pasangan yang selalu bersitegang itu.
" Kamu- kenapa kesini! " Tanya Fayza dengan ketus. Ia bahkan rasanya tak nyaman ketemu dengan Arland setelah percakapan waktu itu.
" Aku akan melihat hasil nya hari ini" Jawab Arland lagi riak wajah nya tampak dingin membuat Fayza tambah gugup.
Fayza terdiam. Tangan nya bergelut sendiri dengan tangan nya yang satu nya. Ini tak baik kalau ia bersama Arland. Tapi lebih buruk lagi kalau Papa yang menemani nya.
" Tapi..
" Apapun hasil nya tidak akan mengubah perasaan ku pada kamu Fayza. Lagian.. Sepupu mu itu juga mehamili wanita lain. Mereka melakukan nya karena ada hubungan. Kalau kalian. Tidak ada perasaan yang terlibat! Itu juga sangat memberatkan mu di mata keluarga mu. Yang kamu butuhkan adalah aku! Aku yang akan tanggung jawab!! "
Fayza membisu. Perkataan Arland seolah benturan keras di otak nya. Bagaimana bisa pria ini bilang ia yang akan tanggung jawab dengan kehamilan nya bersama Vian. Ia sampai melihat Arland matang matang. Apakah Arland sedang mabuk atau apa.
" Sekarang kita setara kan. Aku punya kesalahan. Kamu juga! Aku akan menanggung mu dan anak mu sebagai bukti aku mencintai mu. Aku akan mencintai nya seperti anak kandung ku" Bisik Arland disana masih membuat Fayza tak begeming. Bahkan hasil nya belum keluar tapi Arland sudah menekan kan kalimat itu.
" Aku ga -
" Papa.. Balik lagi ke kantor Fay.. " Kemunculan Liana memotong pembicaraan serius dua insan yang bersitegang itu. Liana hanya senyum kaku kedatangan disaat yang tidak tepat. Rasanya dua muda mudi ini selalu memberika hawa panas.
" Baiklah. Kita ke ruangan sekarang" Kata Arland disana. Lalu mengambil kursi roda Fayza.
Fayza yang bengong masih mode bingung. Ia bahkan baru sadar saat Arland mengangkatnya. Padahal ia sudah bisa berdiri. Wajah Liana langsung merah melihat Arland sebegitu peduli nya dengan putri nya sampai di gendong segala.
" Ibuk akan jemput Nenek Rum dulu" Katanya salah tingkah dan segera keluar lagi.
Fayza menarik nafas nya.
" Baiklah kita lihat hasil nya dulu" Katanya dalam hati. Dan roda itu mulai di dorong Arland.
" Bisa kah kita masuk sebentar?" Pinta nya saat didepan ruangan Vian.
Arland memburu nafas. Tapi ia juga tidak bisa membantah. Walau ia enggan sekali melihat wajah Vian disana.
Bahkan kalau saja ia boleh membunuh. Pria itu ingin ia lenyapkan. Pria itu sungguh tidak berbohong saat mengatakan nya waktu itu dan ia sangat membencinya sekarang. Wanita yang sudah ia jaga ternyata malah di tikung oleh orang lain yang berkedok keluarga.
Pintu kamar Vian ia buka dan Fayza menjalankan roda nya sendiri.
Suara pendeteksi Jantung kembali terdengar. Dan bau obat-obatan yang khas.
Didalam ruangan itu nampak lenggang dan ternyata ada perempuan itu di dekat pintu. Fayza tidak menoleh ia terus mendorong kursi itu.
Disebelah sana tante Lily nampak tertidur disebuah kasur berbeda.
Sedangkan Vian disana di atas bangsal yang masih memejamkan mata terlihat tenang seperti sedang tertidur meski wajah nya pucat. Rasa amarah nya berkecamuk hebat apalagi dibayangan pantulan gelas ia melihat wajah perempuan di belakang nya mendekat. Delisha nampak bingung dengan kedatangan Fayza yang masuk begitu saja. Ia ingin bertanya tapi merasa enggan melihat bagaimana cara Fayza melihat Vian penuh amarah. Tapi ia sangat penasaran siapa perempuan berkursi roda ini.
Fayza melihat tangan Vian disana. Ia mengenggam tangan itu dengan erat. Rasa amarah nya seakan ingin ia salurkan dari sana.
" Ini pertemuan terakhir kita Vian! " Katanya disana lalu tersenyum pahit.
" Kamu siapa? " Tanya Delisha disana.
Fayza hanya diam saja dan meelpas tangan nya, Ia lalu memutar roda itu dan menatap lurus kedepan dengan datar., seolah Delisha adalah makhluk kasat mata yang tak terlihat.
Wanita cantik itu tampak kaget dengan wajah jutek Fayza yang terlihat sangat angkuh disana.
" Hey. Apa kamu mendengar ku?? " Tanya Delisha lagi mengekoti.
Arland mengetahui perasaan Fayza saat ini. Wanita itu sangat buruk mood nya sekarang.
" Maaf permisi " Katanya segera mengambil alih Fayza dan mendorong Fayza keluar dari sana.
" Hmm siapa ya. Datang begitu saja, tapi cowok nya manly banged hm" Runtuk nya tersenyum lebar lalu mengendik dan kembali duduk manis di sofa sana sambil menekuri ponsel nya lagi.
*
*
Setengah jam Fayza melakukan berbagai pemeriksaan terkait luka luka akibat kecelakaan itu dan perkembangan tulang kaki nya saat ini. Semua nya memang membuah kan hasil yang bagus tapi tidak pada saat USG organ dalam. Fayza meminta untuk usg bagian perut nya. Biasanya kalau seumur begitu kalau ada kehamilan akan muncul kantung janin yang kecil.
Dengan erat ia menggenggam tangan nya sendiri. Bahkan bernafas saja tidak berani saat alat medis itu menelusuri bagian perut nya.
Dokter yang menangani bolak balik mengusap hingga ia berhenti disatu titik. Lalu merekam nya kelayar. Rasanya melihat dokter begitu Fayza sudah lemas. Ia tidak sanggup mendengar apa yang Dokter ucapkan kemudian. Tidak mungkin dokter itu merekam jejak hasil penelusuran nya kalau tidak ada sesuatu dalam rahimnya.
" Beruntung, kandungan nya tidak kenapa-napa meski Usia nya masih sangat muda dan sangat rentan. Ini kandungan yang termasuk kuat setelah kecelakaan yang anda alamai. Anda bisa ke bagian spesialis kandungan ya Mbak Fayza"
Fayza diam saja mendengar kalimat itu. Ia hamil. Itu yang ada di kepala nya. Kuping nya sudah penuh dengan petasan yang meletup letup.
Sementara di kursi sana Arland juga merasakan hal yang sama. Kecewa, Marah dan hancur! Fayza yang ia perjuangan berminggu untuk kembali padanya ternyata malah berakhir begini. Meski belum dapat maaf dan penerimaan nya sekarang wanita itu malah mengandung anak pria lain. Walau semua tetap karena kesalahan nya dan mungkin ini lagi lagi cara Tuhan membalas apa yang sudah ia perbuat kepada banyak wanita.
Mungkin begini perasaan perempuan yang ia tinggalkan begitu saja.
Arland menarik nafas lagi. Ia sudah berpikir puluhan kali tentang semua fakta ini.
Menerima Fayza dan memiliki nya atau tidak memiliki nya sama sekali. Lagi pula tuntutan Om nya juga mempengaruhi keputusan nya. Om nya sudah menyiapkan beberapa calon untuk memberikan pernikahan kontrak pada nya. Hanya untuk status nanti wanita itu akan pergi dalam 1 tahun.
Hanya saja saat mendengar ide gila Om nya Arland hanya ketawa. Apa beda nya dia dengan Papi nya dulu. Yang hanya menginginkan kekuasaan dan mengorbankan seorang wanita dalam bentuk istri sahnya.
Satu-satunya cara adalah mengikat Fayza. Ia akan memiliki Fayza sepaket anak plus kedudukan nya juga akan selamat.
*
" Hasil nya sudah keluar! Ini batas akhir semua nya Arland! Aku akan membesarkan sendiri anak ini! Walau bagaimana pun dia darah daging ku"
Kata Fayza dengan mata nanar, suaranya terdengar mantap walau hatinya masih melayang kemana-mana.
Mereka berhenti sebelum sampai di Ruang Terapi. Untuk proses berikutnya.
" Aku sudah bilang. Hasil nya tidak mempengaruhi apapun.
Membesarkan anak seorang diri tidak semudah yang dibayangkan! Kamu kuat apa anak kamu nanti kuat lahir tanpa ayahnya?? "
Mendengar itu Fayza terdiam. Yang dikatakan Arland memang benar. Bahkan membayangkan kemurkaan Papa nya sana ia masih gemetaran. Merasa jadi anak yang gagal dan melihat kekecewaan orang tua tentu membuat luka yang sangat dalam.
" Tapi ini -
" Aku perlu status mu juga Fayza! Saat ini aku juga di tuntut menikah! Om ku sudah menjodohkan ku dengan beberapa wanita. Aku hanya mau kamu. Apapun keadaan kamu aku terima! Meski itu anak sepupu mu atau anak siapapun aku tidak peduli! Kau tau aku bahkan lebih buruk dari sepupu mu itu. Aku ingin berubah dan membayar kesalahan ku.
Tolong beri aku kesempatan merubah hidup. Aku ingin kamu yang menemani ku merubah ku jadi lebih baik"
Fayza langsung blank mendengar semua itu. Bahkan saat ini Arland duduk didepan nya. Kedua bola matanya bergetar dengan sudut bibir yang hanya tersenyum kecil.
" Aku ingin berubah menjadi lebih baik bersama kamu"
Pria ini menatap Fayza dengan sungguh- sungguh. Dan itu memang keputusan Arland.
Tenggorokan Fayza kembali mengering. Ia susah mengenyahkan Arland di hidup nya. Bahkan dalam keadaan nya seperti ini ia sudah menyerah! Dan ia yakin Arland juga akan menyerah. Hubungan mereka tidak akan pernah lagi bersatu.
Tapi malah dalam keadaan seperti ini membuat peluang mengisi malah semakin besar dengan perasaan yang sama. Ia mencintai pria ini dan Arland juga mencintainya.
Fayza lalu mengangguk. Dan itu disambut Arland dengan suka cita. Ia langsung memeluk Fayza dengan rindu yang dalam.
Kesalahan mengajarkan banyak kepada mereka untuk menjadi lebih baik.
****
三三ᕕ( ᐛ )ᕗ
Pasti readers gemas Vian belum bangun. 😄😄😄
Vian bentar lagi bangun kok.. Tapi apakah setelah mereka menikah Vian baru bangun?
Atau Vian bangun sebelum mereka menikah..
Baik nya gimana. Saran di komentar yaaa