Arland Pov.
Aku terbangun, kepala ku terasa sangat sakit. Ini karena minuman yang aku minum. Selama 2 hari ini aku hanya begini. Minum minuman dan tidur tak sadarkan diri.
Apalagi 2 malam sebelumnya aku ketemu Melviano dan dia langsung menyerang ku.
Bahkan nyeri hidung ku masih terasa sakit oleh tinju brutal dari nya. Ia datang tiba tiba dan tidak memberi ku waktu membalas.
Tapi kata-katanya disana itu cukup membuat ku kacau.
Ternyata Fayza mengetahui sendiri kebejatan ku di Pub Dan itu lebih parah dari pada dia mendengar dari perkataan Gladys!! Serasa nyali ku diciut kan untuk menemuinya.
Lalu 1 informasi lagi yang membuat ku ingin sekali membunuh Melviano
Pria urakan itu bilang kalau Fayza sedang hamil anak nya!!!
Aku hanya sempat menghajar wajah nya sebelum sekawanan nya datang melerai. Aku anggap ia berbohong! Fayza bukan wanita murahan yang mudah ditiduri begitu saja. Melviano pasti hanya ingin membuat ku kesal!!
Fayza..
Fayza..
Nafas ku terengah dengan nama yang ku sebut. Perlahan aku bangun. Kaki ku menginjak botol bekas minuman. Entah berapa botol yang habiskan selama 2 hari ini.
Perut ku juga menjadi sakit seperti kram. Tapi aku tetap menyeret tubuh ku ke kamar mandi.
Bukan hanya permasalahan Fayza tapi juga tuntutan Om ku yang menginginkan ku menikah agar Jabatan sekarang tidak diberikan pada Ronald. Adik tiri ku dan penyihir itu yang terus menggunakan segala cara untuk menguasai harta Papi.
Aku mencuci muka di wastafel dengan natas memburu.
Didalam sana suara ponsel ku terus berbunyi. Sedikit mengumpulkan nyawa aku termenung didepan cermin sana. Hidung ini masih agak bengkak. Dan wajah baj*ngan ini terlihat semakin kacau. Entah sudah berapa lama aku tidak mencukur bulu bulu yang tumbuh di wajah ini. Aku bahkan lupa kapan. Yang jelas saat Fayza sudah tidak menginjak kaki ke apartment ini lagi.
Aku tersenyum sinis melihat aku yang baj*ng*n disana begitu menyedihkan. Dia pasti sangat membenci ku! Pria bajingan seperti ku jelas ia hindari. Fayza perempuan baik baik yang penuh perhitungan untuk semua hal yang ia pilih. Lalu mengalami kesialan bertemu dengan ku. Ckck!!
Ada kepedihan disini yang menertawakan ku. Aku tidak pantas di maafkan itu yang utama bahkan melihat bayang ku saja dia pasti lari!!Jadi ini hukuman untuk ku dari kebejatan ku!! Kehilangan Fayza adalah yang hukuman yang setimpal.
Aku kembali masuk kedalam kamar yang sudah seperti kapal pecah. Aroma minuman pun menambah pusing kepala ini.
Pintu dikamar ini terbuka. Mata ku yang terasa berat langsung terbuka melihat wanita berambut hitam panjang dengan dress selutut berwarna putih. Dia Fayza!!
Aku merasa tak percaya itu dia.
" Kenapa melihat ku seperti itu? " Tanya nya disana dengan senyum nya yang manis dan ku rindukan. Ia lalu menyebik lagi dan tertawa kecil. Rentetan gigi putih nya seolah senada dengan riak diwajahnya. Bersinar dan indah.
" Kamu terlihat seperti pria hutan" Pekik nya melihat ku sambil tertawa lagi.
Lalu ia mendekat dengan setengah berlari. Di tangan nya ada sekeranjang buah. Ia meletakkan nya diatas kasur kemudian memeluk ku.
Tubuh ku terasa kaku menerima tubuh yang serasa sangat lama tidak berlari seperti ini.
Wangi tubuh nya yang sangat harum. Mengisi paru paru ku. Sangat nyaman dan perasaan mendamba seolah tidak tertahan. Ku peluk ia dengan erat. Menghirup lagi wangi lemon dari rambut indah nya.
Ia mengurai pelukkan nya melihat ku dengan bertanya tanya. Kepala nya miring dan mengerjap, bulu mata panjang nya seolah naik turun dan bibir tipis itu terayum tersenyum.
" Apa kamu merindukan ku? " Tanya nya disana.
" Tentu. Aku sangat merindukan kamu..
Ia kembali memeluk ku dengan erat.
" Maaf.. Maaf kan aku Fayza. Beri aku kesempatan... " Ucap ku dengan dalam menghirup aroma tubuh nya.
Ia kembali mengurai pelukan nya.
Mata indah nya mendelik lagi. Seolah ada banyak bintang didalam manik hitam itu.
" Memaafkan mu.. Memberimu kesempatan apa?? " Tanya nya disana dengan polos.
Aku menarik nya lagi. Tak akan kulepaskan ia. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan ku itu yang aku sematkan terus dan terus memeluk nya.
Suara ponsel ku berbunyi lagi. Mata ku mengerjap dan didepan ku tidak ada Fayza. Aku bengong seketika. Jadi aku hanya berhalusinasi?
Kepala ku kembali berdenyut. Aku pikir itu nyata. Tapi tadi seolah benar benar Fayza. Bahkan hangat tubuh nya seperti ada di tubuhku.
Segera ku cari ponsel itu yang masih menempel dengan kabel charger nya.
Ada nama Erwin disana dan panggilan tak terjawab lebih 20 kali.
Aku menghubungi nya balik.
" Ada apa? "
" Pak.. Apa anda tau berita mbak Fayza kecelakaan?? "
Seperti disiram air dingin kepala ku langsung terbangun. " Fayza? Kecelakaan? " Ulang ku tentu kaget dan rasanya ini tidak mungkin.
" Iya pak. Tadi malam! Sekarang ada di Rumah Sakit! Kondisi nya kritis dan belum sadarkan diri"
" Beri aku nama Rumah Sakit nya" Kataku disana segera mengambil baju, dompet dan kunci mobil.
Aku berlari seperti orang gila. Jantung ku seperti di pukul pakai palu besar. Tadi itu aku berhalusinasi atau apa tadi sungguh Fayza kan! apa.. Tadi itu sebuah pertanda!!
Ketakutan ku menjalar hebat.
Aku bahkan belum meminta maaf padanya. Bahkan mata ini terasa panas. Tak ingin rasanya Sesuatu terjadi padanya.
Kehilangan Fayza beberapa hari saja membuat ku kacau apalagi kalau ia menghilang selama lama nya.
*
*
Erwin menunggu ku di lorong Rumah sakit. Wajah nya tampak tegang dan lelah.
" Bagaimana kejadian nya?? " Tanya ku sambil melangkah lebar lebar.
" Dari keterangan Ibu nya dia sedang keluar untuk menemui Gavin, pria yang akan di jodohkan dengan nya! "
Aku berhenti mendengarnya dijodohkan? Gavin???
Erwin terlihat pucat disana melihat ku berhenti dan melotot padanya.
" Terus?? "
" Dia mengalami kecelakaan dengan sepupu nya Pak!
" Sepupu nya? Apa Melviano? " Tanya ku lagi.
Erwin tampak bingung " Kata Ibu nya nama nya Vian.
" Ya! Terus?? "
" Hujan deras dan jarak pandang yang minin. Mereka bertabrakan dengan truk besar tapi..
Aku berhenti lagi menatap Erwin yang berbelit-belit.
" Mobil mereka terlempar dan menabrak mobil pick up yang sedang mengangkut Kawat Besi" Erwin menarik nafas panjang disana aku semakin menatap nya tajam.
" Mereka mereka tertusuk kawat itu" Sambung Erwin dengan bibir bergetar. Aku bahkan rasanya langsung melemah.
Bayangan ku seperti ikut dalam kejadian mengerikan yang menimpa Fayza.
" Yang lebih parah sepupu nya pak. Katanya saat di evakuasi posisi nya sepupu nya ini melindungi Mba Fayza. Kawat itu menusuk bahu dan bagin dada. Mba Fayza juga terkena tembusan dri bahu sepupunya ini tapi kepala Mba Fayza cedera parah terbentur sesuatu, mereka sudah di operasi tapi masih belum ada yang sadar!! "
Aku melihat Erwin dengan nanar. Jadi Melviano melindungi Fayza. Harus bersyukur atau apa tapi kedua nya masih koma.
" Pak baik baik saja? "
Sesaat aku bisa seperti di tompang Erwin.
"Apa ini hukuman Tuhan padaku??? " Tanya ku pada pria ini.
Erwin terlihat menahan kesedihan nya disana.
" Tuhan pasti sangat marah dengan ku!! "
" Yang sabar Pak! Sekarang Mba Fayza sedang koma dan berjuang hidup. Bapak bisa melihat nya di ruang ICU" Kata Erwin mencoba menenangkan ku.
Aku mengangguk dan mengumpulkan keberanian ku untuk menemui Fayza! Bahkan harusnya aku menemui nya dengan berlutut dan memohon maaf padanya bukan keadaan seperti ini.
Saat aku datang di depan ruang ICU itu. Banyak wajah yang tak kukenali. Tapi dari wajah mereka mereka sama terpukul nya.
Aku mengarah pada pria kurus berkacamata yang sangat mirip dengan Melviano ia sedang memeluk seorang wanita yang menangis. Kemungkinan itu Ibu nya Melviano. Di sebelah nya ada wanita muda yang juga tampak kacau aku menebak mereka keluarga Alvaro.
Disisi lain aku mengenali wajah wanita yang pernah ku lihat di wisuda Fayza dulu. Fayza memanggil nya Ibuk dan sama seperti Ibu Melviano wanita itu juga masih terpukul. Matanya tampak bengkak. Disamping nya ada Adik Fayza yang masih kecil. Ia terus menenangkan Ibu nya.
Lalu disisi lain yang kulihat adalah Papa nya Fayza. Pria berkulit sawo matang dengan mata mirip Fayza. Beliau terlihat lebih tenang. Walau matanya tampak sangat cemas. Dan ada pemuda didepan nya ini membelakangi arah kedatangan ku.
Bahu nya tampak lebar dari belakang dan terlihat maskulin. Aku menebak nebak dia adalah pria yang dikenalkan kepada Fayza.
" Permisi.. Selamat siang" Kata ku membelah interaksi 2 generasi disana. Aku lebih dulu tersenyum ramah dengan Bapak nya Fayza. Sebagai salam hormat ku sambil menyalami beliau. Di sebelah nya pria ini ikut menoleh. Senyum ku memudar saat melihat pria ini. Aku tak mengenalnya tapi wajah nya terasa familiar.
Aku hanya bersalaman antar pria saja dengan nya wajah aku lihat ia juga menilik ku dengan menilai. Senyum nya terbit meski aku merasa ia merasakan apa yang aku rasakan.
" Maaf! kamu teman nya Fayza? " Tanya Bapak nya Fayza dengan sorot penasaran.
Aku membenarkan dasi di leherku rasanya sedikit Nervous. Tapi dengan yakin aku berucap " Saya Arland Pak. Pacar nya Fayza"
Air muka bapak Fayza tampak kaget begitu juga atmosfer disana. Dan Ibuk nya Fayza berlari kearah ku. Membalik badan ku dengan sudut pandang mencurigai juga tidak percaya. Apa Fayza sungguh tidak pernah menceritakan tentang aku dengan keluarga nya?? Aku sedikit kecewa pantas saja ia selalu menolak kalau di antar kerumah, kecewa ada tapi aku kesampingkan. Aku sangat ingin melihat Fayza sekarang.
" Maaf, nak Arland.. Fayza tidak pernah menceritakan mu" Kata Bapak nya tampak masih kaget juga ia tak nyaman dengan pria di sebelah ini.
" Benar!! Fayza tidak pernah bilang punya pacar! Kamu sungguh pacar puteri Ibuk?? "
Aku melirik kearah Erwin. Ia segera paham dan mengeluarkan ponselnya.
" Mbak Fayza kerja di tempat Pak Arland, tante! Mungkin dia tidak enak menceritakan nya. Ini foto mereka" Kata Erwin disana sambil memperlihatkan foto aku dengan Fayza.
Mendengar perwakilan dari Erwin sedikit banyak aku bisa angkat dagu kearah pria disebelah ini. Dan wajah Bapak Fayza terlihat makin tak nyaman dengan pria itu. Bisa aku tebak kemungkinan dukungan pria ini banyak ke Bapak Fayza. Mungkin kenalan keluarga nya dekat dengan Bapak Fayza. Tapi sorry Bro!! Fayza itu lebel nya milik Arland! Sebaiknya loe tau diri kalau Fayza sudah ada yang punya.
Aku kembali kedua orang tua Fayza yang terlihat kaget. Bahkan adik nya juga bergabung melihat di belakang. " Kakak Fayza terlihat manusia dengan abang ini? Dia bisa senyum cantik gitu ya" Celetuk anak kecil itu sedikit banyak membuat ku terhibur. Aku membayangkan bagaimana Fayza di rumah nya pasti banyak di goda adiknya ini.
Kepala bocah ini ditoyor Ibuk nya dengan keras" Jangan bicara seperti itu. Kakak mu tentu manusia. Memang kamu dedemit"
Aku meringis melihat wajah adek Fayza yang terperangah tapi juga menggelikan.
" Maaf ya! Ngomong nya suka asal" Kata Ibuk Fayza sambil tersenyum kecil lalu melirik pada Bapak nya Fayza.
"Hmm baiklah Nak Arland! Salam kenal. Apa kamu kesini mau menemui Fayza? " Kata Bapak Fayza dengan tenang caranya bicara sangat mirip dengan Fayza.
" Aah iya! Saya minta izin mau melihat Fayza" Kata ku dengan segala keramahan ku. Serasa sedang menemui Papi Anthony saja yang selalu beraura tajam. Dan ini Bapak nya Fayza. Aku harus mendapatkan kesan yang baik pada nya.
" Fayza pasti punya alasan kenapa dia tidak menceritakan anda kepada keluarga nya" Aku menoleh kearah pria di sebelah Bapak Fayza ini. Ia tersenyum dingin. Lalu mengulurkan tangan.
" Perkenalkan saya Gavin. Pria yang di jodohkan dengan Fayza! Gavin Ferdian Hafizi! "
Sebut pria ini dengan nama yang ia sandang seperti nya aku sungguh mengenal nama itu tapi dimana.
Dia mengibarkan bendera perang rupanya. Aku menyambut tangan itu dan menilik nya dengan datar. "Kalian baru melakukan pertemuan. Bukan perjodohan.. Dan Fayza wanita yang tidak bisa di paksa. Benarkan Buk? " Aku menoleh kearah Ibuk Fayza yang menegang. Spontan Ibuk Fayza mengangguk juga terlihat kebingungan.
" Oh...! Mungkin juga setelah mereka tahu siapa anda! Perjodohan ini akan menjadi paksaan untuk Fayza! " Ucap pria ini lagi dengan sangat angkuh. Dan ia menyematkan kalimat mengetahui aku!! What The Fuck! Dia sungguh ingin menyerang ku langsung! Nyali nya besar juga.
" Mungkin anda lupa dengan saya! Saya pernah menemui anda 1 tahun yang lalu dengan Amanda! Apa nama ini mengingat kan mu dengan sesuatu?? "
Deg..
Rasanya seperti ada meteor diatas kepala ku. Nama wanita itu pernah membuat Fayza curiga. Dia itu pernah ONS (One Night Stand) di Pub Kemudian sebulan berikut nya ia mengejar ku dan bilang aku anak diperutnya.! Tentu aku mengelak nya!! Di Pub wanita semua dianggap sama dan aku bukan pria yang menyetubuhinya pertama kali. Aku yakin itu!
Tenggorokan ku rasanya mengering. Pria ini punya kelemahan ku. Aku berusaha tidak goyah! Di sengaja mengumbarnya disini agar nama ku cacat di depan kedua orang tua Fayza.
" Oh kamu teman nya Amanda waktu itu. Pantas wajah nya familiar. Hmm waktu itu sudah diurus dengan pengacara keluarga aku bukan! Jadi permasalahan nya sudah selesai" Sahut ku lalu mengumbar senyum kemenangan. Tampak jelas matanya tersulut dendam. Aku jadi curiga dia mendekati Fayza berhubungan dengan gadis malang itu!
" Idiiiw .. kak Fayza hebat juga yaa direbutkan dua cowok ganteng. Coba aja Pangeran Vian sudah sembuh dia bakal ga percaya ini" Celetuk bocah itu lagi. Membuat suasana tadi terasa panas sedikit melebur. Jidat nya kembali di pletuk Ibuk Fayza.
" Diam kamu! Anak kecil tidak tau apa apa"
" Tau lah Buk. Sudah ganteng gini dah ga pakai popok lagi kan!!
" Nak Arland. Silahkan menemui Fayza" Suara itu muncul dari Bapak nya Fayza. Ia mencoba menengahi situasi yang di bikin pelik oleh Gavin ini.
" Baik terimakasih Pak" Kataku lalu beranjak dari sana. Aku melihat sekilas dengan Gavin yang terlihat sudah kesal.
Aki sendiri berusaha terlihat tenang dan tidak terprovokasi oleh Gavin. Ini menyangkut image ku didepan orang tua Fayza. Dan satu peringatan untuk ku. Gavin ini akan membuat ku semakin tidak diterima keluarga nya.
Aku segera mengenakan pakaian steril. Erwin juga ikut di belakang ku.
Kami dipandu seorang perawat wanita.
" Silahkan sebelah sini Mas"
Aku mengangguk dan mengikuti nya di belakang. Lo
Kami melewati beberapa ruang yang didalam nya ada beberapa pasien dengan kondisi memprihatinkan. Aku kembali merasa sakit disini. Rasa ingin melihat Fayza berubah menjadi keperihan. Dia pasti sangat kesakitan disana.
" Dimana ruangan Melviano? " Tanya ku pada perawat itu.
" Melviano? Pasien yang mengalami kecelakaan dengan Mbak Fayza? " Tanya perawat itu lagi.
Aku mengangguk.
" Disebelah Mbak Fayza, Mas" Jawab perawat itu.
Aku ingin protes kenapa mereka diletakkan bersebelahan tapi aku sadar ini bukan kuasa aku untuk mengatur Fayza saat ini. Aku harus menghormati keluarga besar nya walau sebenarnya ingin sekali Fayza aku pindahkan ke sebuah rumah khusus yang tentu lengkap alat medis nya.
" Disebelah sini! " Perawat itu berhenti didepan sebuah ruangan besar. Dari luar ada estalase besar. Ada dua pasien disana walau jarak nya berjauhan tapi mereka 1 ruang dan semua nya terlihat dipenuhi alat medis canggih.
Aku melangkah masuk kedalam ruangan itu. Suara EKG (Elektrokardiogram) atau alat perekam denyut jantung disana sangat berirama lambat dan jantung ku ikut mengikuti suaranya. Kulihat wajah Fayza seputih kapas dengan kepala di balut kain putih. Bibir merah nya seolah memutih dia terlihat seperti malaikat yang sedang tertidur. Rona lebam di bawah mata dan pipinya seperti mencetus rasa sakit yang aku rasakan. Rasa panas mengalir di pelupuk mata ku. Dia pasti sangat kesakitan!!