Ini sudah 5 hari sejak aku siuman. Luka ku berangsur pulih kecuali bagian kaki yang masih belum bisa berjalan dan mati rasa.
" Terimakasih Mas.. Maaf merepotkan kamu"
Kataku merasa tidak nyaman dengan Gavin yang menemani ku terapi berjalan.
Aku tak memintanya hanya saja tadi sewaktu dia datang jadwal aku terapi.
" Sama sama!. Aku dulu juga pernah patah dan nyaris lumpuh.. Tapi karena terus berusaha dan rutin latihan. Akhirnya bisa " Katanya disana membuat ku merasa kembali ada harapan.
Ia lalu memapah ku lagi dan tangan ku memegang penyangga, andai tidak ada luka di bahu mungkin tangan ini bisa menumpu kuat. Ini sekali jalan saja rasanya tulang ku meluruh kebawah.
" Awas...
Aku nyaris terjerembab, beruntung Gavin menangkap ku. Jantung ku juga terasa melompat keluar. Ia membantu ku berdiri lagi, aku segera menyangga tubuh ku ke peyangga.
" Maaf..
Gavin hanya tersenyum dan lesung pipit nya langsung terlihat ia lalu membantu ku lagi. Aku sebenarnya enggan merepotkan orang lain. Tapi Papa juga tidak bisa terus-terusan menemani ku di rumah sakit. Jam segini Papa kerja. Dan sudah kebanyakan izin. Ibuk? Juga harus menyetok persediaan roti dan kue di toko agar Sri tidak kehabisan persediaan. Dan Farrel tentu dia sekolah. Arland?
Arland masih mengunjungi ku. Tapi ia seolah membatasi diri. Lebih pendiam dan seolah takut berbicara dengan ku. Dia juga masih membawakan ku mawar. Sebenarnya aku merasa sangat jahat dengan nya memperlakukan nya seperti kasat mata. Tapi aku tidak bisa berbuat banyak, aku juga masih di dalam zona tak aman. Kalau aku positif Hamil dan sudah memperbaiki hubungan dengan Arland! Apakah itu lebih menyakitinya. Dan Gavin aku rasa dia juga sadar prilaku ku padanya hanya sebatas teman.
Di jendela kulihat ada Arland. Ia berdiri disana melihat ku dengan sorot sendu. Entahlah ia terlihat sedih saja tapi hanya disana berdiri tidak tahun sejak kapan.
" Aku bisa! " Kata ku sesudah berada di atas kursi roda. Nafas ku tersengal dan energi juga terkuras habis.
" Aku yakin kamu bisa kembali berjalan normal Fayza! Semangat mu kuat sekali" Kata Gavin lagi.
" Yaa.. Aku harus bisa sembuh dan bisa berjalan normal" Sahut ku setengah menerawang. Aku hanya tak ingin lebih menyedihkan. Kalau aku benar benar hamil dan masih tidak bisa berjalan. Kemana aku mengadu?? Vian?? Dia saja masih belum siuman!! Aku pusing tujuh keliling memikirkan kata positif nantinya! Keluarga pasti mengamuk dan aku tidak bisa kabur dengan keadaan tidak berdaya begini!
" Fayza...
Aku tersentak mendengar nama ku di panggil Gavin." Ah ya...
" Ga papa! Kamu melamun. Aku pikir kamu tidur! "
Aku tersenyum samar. Dan menggeleng.
" Mas Gavin..
" Ya..
" Menurut mu aku bagaimana orangnya??
Gavin terlihat kaget disana. Apa pertanyaan ku terdengar horor ya?
Aku mencoba merileks kan wajah ku. Mungkin karena terbiasa berwajah kaku sulit rasanya membuka kalimat yang aku anggap santai.
" Aku sangat susah bersosialisasi dengan orang. Bahkan teman pun tidak ada yang dekat! Apa kamu bisa jadi teman ku?? "
Mas Gavin mendelik lagi. Aku jadi heran apa kalimat ku salah lagi. Memintanya menjadi teman ku? Aku hanya berusaha diterima orang lain apalagi seorang teman.
" Ah ya tentu saja. Kenapa tidak! " Sahut nya disana lalu senyum samar.
" Terimakasih " Ucap ku sungguh-sungguh. Kulihat kearah nya yang diam sejenak dan menarik nafas.
" Okey. Sama sama Fayza! "
Ponsel ku kemudian berbunyi. Ada nama Adista disana.
" Sorry aku angkat ini! " Kataku memperlihatkan ponsel ku.
Gavin mengangguk.
" Ya Hallo..
" Fayza. Kamu di ruangan mana? Aku sudah sampai di ruangan yang kamu kasih tadi"
" Ah. Aku baru saja selesai terapi. Ini aku mau kesana. Sebentar ya"
" Baiklah..
Aku lalu menutup telepon. Dan menoleh kebelakang Gavin dengan senyum sejuta watt nya.
*
Di ruang rawat inap ku tampak wanita berjilbab yang kurus dan tinggi. Itu Adista. Dosen yang masih cantik dan tentu sangat baik, dia sudah jadi Ibu tapi prilaku nya masih seperti Abg. Dan sekarang ia menjerit melihat ku, langsung memeluk ku.
" Fayza.. Ya ampun. Alhamdulilah.. Senang banged bisa melihat kamu sudah siuman! " Ujar nya disana. Aku dengar dari Ibuk juga. Adista ada jenguk aku sewaktu belum sadar.
" Iyah Dis.. Terimakasih.. "
Aku berbincang sekenanya mengenai kecelakaan yang menimpa ku juga tentang kampus. Dan Gavin sudah pamit sekitar 15 menit yang lalu karena ada pekerjaan juga.
" Be te we.. Pria tadi siapa Fay? Kayak pernah liat di kampus" Kata Adista, pasti maksud nya adalah Gavin.
" Oh.. Itu. Dia kuliah di S1 sore! Juga kerabatnya Papa" Jawab ku sekenanya.
Adista merenung. Ia lalu memekik " Aah aku ingat Fay! Aku kan sering bantu Pak Bayu di sekretariat! Pernah liat dia juga disana sama Rektor. Terus aku bantu Bayu FotoCopy. Ada ijazah nya dia sih udah S3 cuy.. Keluaran dari Universitas luar! Yaa aku yakin. Muka nya sama!" Pekik Adista. Lalu ia melirih " Wajah nya itu most wanted jadi aku ingat " Kekeh nya.
Aku melirik pada Adista. " S3? Lalu untuk apa ia kuliah balik ke S1? "
" Permisi, selamat siang"
Kami berdua berbalik kedepan pintu. Ada Pak Andre, Diba, Dimas dan anak Keuangan juga Auditing lainnya dimuara pintu.
Senyum ku langsung lebar melihat besukan mereka semua. Dan siang itu ruang inap ku agak penuh dengan mereka juga obrolan mereka yang tak pernah lepas dari kata candaan, ledekan juga entahlah kata kata vulgar juga muncul. Dan seperti biasa aku mengikuti obrolan mereka sekena nya. Menjawab jika ditanya saja.
" Fayza. Sudah 1 jam. Aku pamit dulu ya. Anak aku pasti nyariin. "
" Ah. Iya. Terima kasih ya Dis. Salam juga buat anak kamu dan keluarga" Kata ku lalu menerima cipika cipiki nya.
" Tentu..
Adista lalu berlalu disana.
Dan tersisa pasukan Tim Accounting plus Auditing ini di ruangan ku.
Tiba tiba mereka semua bungkam. Aku sendiri yang sambil menonton tv segera mengalihkan pandangan kearah mereka. Semua mata mereka jatuh ke satu sosok yang masuk ke ruangan. Dia juga tampak kaget menjadi objek pandangan banyak pasang mata. Aku sendiri mendadak gugup. Bagaimana ini! Semua nya melihat Presdir itu ada di rumah sakit ini di ruangan ku.
" Pak.. Arland? " Suara Pak Andre memecah keheningan. Seketika tawa jumawa mereka lenyap secara misterius. Bahkan Dimas tadi yang berkoar paling vulgar juga kaku, semuanya bergantikan sikap sopan dan kikuk juga dan kulihat mereka senggol senggolan.
" Kalian! " Kata Arland disana yang sedang menenteng plastik isinya ada beberapa botol infuse, ia melirik ku sebentar lalu dengan tenang meletakkan botol-botol itu ke atas meja. " Ini semua sudah diambil! Tadi perawat ada ke sini mengasih tau" Katanya padaku yang juga masih membisu, tampak Arland disana masih kaku dengan atmosfer aneh ditengah orang-orang kantor yang pasti bertanya kenapa atasan mereka ada di tempat ku bahkan mengmbilkan pasokan infus untuk ku.
Aku mendehem nyaring. Seketika mereka semua langsung cengengesan kalem kalem begitu.
" Lanjutkan saja. Aku juga masih ada kerjaan" Kata Arland disana tampak acuh.
Mereka semua manggut manggut. Dan tetap mengawasi geram gerik CEO itu yang nyasar disana.
Aku berharap Arland keluar ruangan ternyata tidak dia malah ditempat favorite nya di sofa sana dengan laptop nya yang sudah ada disana dari kemaren-kemaren. Apa ia mau jadi bahan gosip di kantor. Dan aku jelas dapat gunjingan lagi. Aku membuang nafas dengan berat. Bahkan aku yang ingin keluar dari perusahaan itu saja belum mengundurkan diri sampai sekarang. Semua nya terkendala karena kecelakaan ini.
" Mba Fay. Kok bisa Pak Arland ada disini? " Itu pertanyaan sulit dari Pak Andre. Aku juga bingung harus menjelaskan bagaimana. Harus kah aku bilang dia kesini hanya membesuk. Tapi dari cara nya duduk disana seolah menjelaskan itu tempat sudah ia miliki dari kemaren-kemaren.
Kalau aku bilang kami sebenarnya keluarga. Itu juga tak mungkin. Lalu aku bilang apa??
Dibelakang sana Diba cs juga seperti nya menunggu jawaban ku. Tapi mereka enggan mendesak nya mungkin karena pembawaan ku masih enggan di korek-korek.
" Dia-
" Fayza! Aku keluar sebentar! Tadi Dokter Stephen minta bicara keruangan nya. Nanti Erwin juga ada antar selimut baru. Itu suara Arland disana. Ia berdiri lalu dengan acuh berlenggang seolah ditempat ini tidak ada orang kantor yang mengenalinya dan apakah dia sadar dengan perkataan nya barusan. Itu sam saja menjelaskan kalau aku dan dia itu dekat. Bukan hanya sekedar atasan dan bawahan.
Aku hanya bisa meneguk air liur semua yang dikatakan Arland seolah menjelaskan seperti apa hubungan kami. dan wajah syok terpapar jelas di wajah Pak Andre juga pasukan nya ini. Mereka pasti salah paham.
" Lalu bagaimana dengan gosip nya Mbak Gladys yang berjam jam di ruangan nya itu.. " Aku mendengar bisikan Santi disana. Diba langsung menyikut Santi. "Diam ah! itu kan hanya gosip! Lu ah.. "
Rasanya ada yang mencubit di dada. Walau berita nya gosip tapi tetap saja menyakitkan.
Kemudian suasana sudah tak serame tadi. Mereka kemudian pamit pulang tak lama saat Arland kembali. Dan disini menyisakan aku dan Arland saja.
Aku melihat nya jengah. Rasa sakit hati yang baru seperti nya mempengaruhi ku lagi.
" Apa kamu mau berbaring? Tanya nya disana.
Aku mengabaikan nya. Mendorong kursi roda ku sendiri.
" Jangan ikuti aku! Apa kamu tidak sadar sudah membuat kisruh omongan di kantor! " Kataku dingin.
" Kisruh? Apa?
Aku memejamkan mata. Geram plus dongkol. " Mereka bingung kamu ada disini! Sedangkan mereka sudah tau hubungan mu dengan Gladys. Kalian menganggap kantor kamar hotel. Hah. Kalian menjijikan" Kata ku yang sudah tidak bisa mengontrol emosi. Harusnya aku tidak memusingkan gosip itu. Tapi aku merasa itu bukan gosip sama sekali. Bisa saja mereka berduaan di sana kan saat aku tak ada. Ya walau itu mungkin saja. Tapi emosi ku tak menerima kalau sudah mengetahuinya begini.
Aku segera mendorong kursi roda untuk keluar ruangan. Rasa gerah menguasai ku kalau lama lama disana.
" Apa kamu cemburu? " Katanya disana.
" Tidak! Aku hanya kasian dengan Gladys! Mau mau nya dia di bodohi penjahat k*lamin seperti mu" Ucap ku bahkan ini kalimat terparah yang aku sampaikan ke orang. Dan ini untuk Arland. Pria yang membuat ku mendambakan nya bertahun tahun. Memperlakukan nya seperti bayi besar dan tentu juga sangat menyanyangi nya.
Selesai mengatakan nya aku kembali mendorong kursi roda ku keluar. Dan sial nya aku masih saja menangisinya.
Aku menuju ruangan Vian.
Biasanya ada Tasya disana atau Tante Lily. Setidak nya mendengar mereka bergurau membuat ku lupa dengan Arland.
Saat aku menarik gagang pintu. Aku kaget mendengar suara teriakan tante Lily.
" Ga mungkin! Vian mehamili mu! "
Gubrak..
Jantung ku seperti pecah! Kaget.
Ku dorong lagi pintu. Kulihat ada wanita membelakangi pintu ia berlutut dan menangis. Dari gestur nya itu bukan Tasya. Lalu siapa.
" Iya tante. Ini anak Melviano. Kami sudah serumah di Jerman selama setahun ini"
Tangan ku langsung terlepas mendengar perkataan wanita itu yang diiringi tangisan. Kulihat ia menjulurkan sebuah hasil usg kearah Tante Lily.
Kepala ku rasanya langsung pusing.
"Vian mehamili wanita itu. Lalu aku bagaimana?? Bagaimana kalau aku juga hamil??? " Pekik ku syok!
Dengan tubuh gemetar aku memundurkan kursi roda ku. Tapi terhalang oleh seseorang. Arland disana. Dan sepertinya dia juga mendengar percakapan didalam sana juga gerutuan ku barusan. Aku jantungan dua kali. Kali ini aku menangkap pandangan amarah berkecamuk di mata pria ini.
Ia lalu menarik kursi roda ku dan menjalankan sekehendak hatinya. Aku yang masih syok dua kali sampai tak menyadari kursi roda ku sudah berada di ruangan ku lagi. Bahkan Arland menguncinya.
" Apa maksud kamu Fayza? Kamu dengan Vian kenapa?? "
Aku terperanjat dan melihat nya dengan kosong. Apakah tadi aku sungguh mengatakan nya dengan jelas. dan Arland mendengarnya.
" Tidak ada" Jawab ku segera mengganti pandangan ke lain arah. Kurasakan ia mendekati ku. Dan berdiri didepan ku. Dagu ku lalu ia naikan keatas, bisa kurasakan jarinya menyakitiku disana.
Matanya berkelebat dengan emosi yang tidak pernah aku temui sebelum nya.
" Apa dia sudah menyetubuhi mu? Seperti yang dia bilang waktu itu? "
Mata ku melebar. Skakmat. Aku tidak bisa menghindar. Dan bagaimana Arland mengetahui nya. Apakah ia pernah ketemu Vian? Lalu Vian mengatakan nya juga!!
" Itu-
Matanya memejam dan kulihat rahang nya mengeras. Buku buku tangan nya juga mengepal. Apa ia akan memperlakukan ku seperti kemaren? Menganggap aku seperti j*l*ng!
Aku menarik roda kursi ini.
" Semua nya tidak disengaja! Aku mabuk saat melihat mu bersama Gladys. Dan semua nya kesalahan ku. Minuman itu membuat ku hilang akal sehat. Aku juga tidak mengingat nya. Tapi Vian bilang kami melakukan nya! "
Aku membeberkannya entah untuk apa tapi aku hanya ingin mengatakan nya saja.
".... "
Diam cukup lama, juga tidak berani melihat kearah Arland. Tadi aku yang mengatakannya buruk sekarang malah aku lah yang lebih buruk. Menjadi korban penjahat k*lam*n oleh pria lain.
Dan rasanya aku dengan Arland sudah semakin bertentangan! Ya pergi saja Arland. Kamu sudah tau bagaimana aku sekarang bahkan mungkin saja seminggu ini akan ada berita kehamilan ku.
Aku menitikkan air mata. Sungguh kejam. Bahkan sepupu ku itu juga mehamili wanita lain.
Rasanya aku ingin sekali berteriak sekarang. Apa bedanya dia dengan Arland??
*
*
*
Author Pov.
" Vian.. Buruan bangun.. Kamu tau ga Fayza terancam di ambil orang!! Mami butuh kamu! Bangun ya sayang.. Mami sedih banged liat kamu seperti ini! Mami lebih suka kamu bandel bandel kayak sekolah dulu. Tiap hari di telponin kepala sekolah pulang nya kamu Mami cubit sampai bentol bentol hiks... "
Lily menepis air matanya. Ia memegang jemari putera sulung nya itu dengan sayang.
" Kuku kamu kenapa cantik begini sih Nak. Kamu ga ngondek kan.., "
"...."
"aish... Biasanya kamu langsung marah kalau Mami bilang kamu ngondek an.., ayo dong Vian.. Marah ke Mami.. Mami kangen suara kamu. Candaan kamu. Kenarsisan kamu dan cerita kamu tentang Fayza yang super jutek itu"
Lily lalu menangis lagi. Sampai ia tak sanggup melihat putera kesayangan nya masih saja betah menutup mata.
" Perlu ya Mami pakai jasa dukun agar masuk ke alam kamu sekarang biar mami cerita in bagaimana ganteng nya calon calon Fayza ini. Dan latar belakang belakang mereka yang ga main main. Tapi mereka punya kelemahan Vian. Liana udah cerita tentang yang namanya Arland itu. Kata rival nya dia itu playboy bahkan pernah hamilin cewek cuman kalah tuntutan hukum aja. Dan satunya Mami lupa nama nya. Itu udah duda. Tapi duren. Cuman kayak nya feel nya Fayza jatuh ke Arland. Dengar dengar mereka sudah dekat sangat lama kalau si duda kan baru kenal. Fayza kan orang nya kalau adaptasi sama orang lama Vi.. Jadi pliss buruan sadar ya sayang... "
Tok
Tok
Lily menoleh ke pintu. Siapa yang mau membesuk. Perasaan yang datang cuman beberapa teman Vian semasa sekolah dari kemaren.
Lily segera beranjak dari sana dan membuka pintu.
Diluar sana tampak wanita muda dengan wajah cantik mengenakan kacamata hitam style nya fashionable juga. Secara Lily tau betul ia juga kalangam sosialita jadi wanita didepan nya ini seperti anak anak teman arisan sosialitanya. Semua serba branded. Apalagi kalau ngumpul semua brand di arak buat ningkatin pamor. Dan wanita ini juga menenteng tas H*rmes keluaran terbaru, inceran Lily sebelum Vian kecelakaan.
" Siang Tante Lily ya" Mata wanita ini lalu membuka kacamata Ch*nel nya. Dan bibir ranum nan sexy ini melengkung sempurna. Apalagi bentuk badan nya yang menjulang non lemak itu sangat pas di dress berwarn pink salemnya.
Lily mengerinyitkan kening nya. Ia mau tau siapa wanita ini.
" Saya Delisha Tante! Tunangan nya Melviano" Ucap wanita itu dengan lugas.
Mata Lily segera membesar.
Ia lalu celingak celingukan.
" Masuk masuk... " Katanya cemas kalau-kalau ada yang dengar apalagi sebelah ruangan Fayza.
Wanita berprofesi sebagai model ini masuk dan mata nya melihat Vian yang tebaring disana. Hati nya seperti terbelah dua dan hendak mendekat kesana tapi Lily mencegat nya.
" Kamu bilang tadi siapa?? "
" Delisha. Tante! "
" Bukan nama kamu! Kamu tadi bilang tunangan Vian? "
Delisha tersenyum lembut dan memberikan wajah polos nya.
" Tidak mungkin" Kata Lily dengan ketus bibir nya mengerut. " Jangan mengada-ngada Vian ga mungkin main tunangan aja! Tanpa pemberitahuan sama tante"
Cewek ini gelagapan. Ia pikir datang disaat Vian lagi belum sadar bisa mendekati keluarga Vian dengan mengaku sebagai tunangan nya. Tapi tidak disangka. Wanita yang masih begaya bak Ratu ini malah mendeteksi kebohongan nya duluan. Apalagi Lily sudah memanjangkan tanduk di kepalanya.
" Kami hanya tunangan pribadi aja sih tante! Tapi saya memang kekasih nya Vian" Kata Delisha meyakinkan. Ia punya wajah cantik yang bisa membius siapa saja ia yakin kali ini pun berhasil.
" Bukti!! ' lily mengenadahkan tangan dan menyipit kan mata pada Delisha. Ia meragukan pengakuan Delisha. secara ia tau putera nya itu sudah menjadi inceran kaun hawa. Dari wajah sampe latar belakang siapa yang ga kepengen memiliki putera nya. Apalagi ia tau Vian itu royal kesiapa saja. Juga tentunya ia sangat ramah kesemua orang apalagi perempuan. Walau begitu yang Vian umbar hanya Fayza saja dari zaman putera nya itu mengenal lawan jenis secara harfiah.
Delisha menarik nafas nya dengan elegan. Ia lalu membuka tas Herm*s nya dan mengambil ponsel nya.
" Ini foto foto kami di Jerman Tante. Kami sangat dekat bukan" Katanya disana denga bangga memperlihatkan foto-foto itu pada Lily.
Lily merasa dejavu. Perasaan pria yang ngaku pacar Fayza juga memberika foto untuk pembuktian. Tapi ia tetap tidak langsung percaya. Kalau Arland di percaya karena jati diri Fayza yang hany kenal beberapa orang. Kalau putera nya pasti banyak teman teman cewek nya.
" Ini hanya foto! Di ponselnya saja banyak foto ia dengan teman teman nya ah.. Aku ingat foto kamu juga tapi dia bilang itu semua teman nya hmm bagaimana kamu menjelaskan ini Nona Delisha?? "
Alis Lily menukik tajam dengan jemarinya berayun di lengan satunya.
Disana Delisah tersenyum samar. Ia sungguh tidak mengira kalau Ibunya Vian sangat susah dipengaruhi. Ia tidak bisa menyerah. Kesempatan nya untuk mengejar Vian belum berakhir disana lagian image nya akan hancur kalau ia mengakui kebohongan nya " Oke plan B" Katanya segera memulai drama nya.
" Tante.. Huuu.. "
Lily kaget tangan nya di serbu wanita muda ini yang tiba-tiba menangis. " Saya memang pacarnya tante dan sekarang saya sedang mengandung anak nya...
Duuuaaar..
Bak di samber gledek disiang bolong Lily terperangah syok juga lingkung seketika. Lalu perempuan ini mengambil sesuatu dalam tas nya. Sebuah foto hitam putih alias hasil usg
" Dia pergi ke Indonesia karena mengetahui kehamilan saya Tante.. Makanya saya juga pulang. Tapi saya kaget Vian kecelakaan. Bagaimana anak kami tante...
Delisha lalu melorot dan bersimpuh disana dengan tangis palsu nya.
****
Hmmm(`・ω・´) pelakor sudah muncul nih Reader.. Drama di mulai.. Ho ho ho
😃