Pov Fayza
Mobil aku hentikan. Dan berhenti tidak jauh dari Gedung Apartemen di depan sana.
Seolah tersadar dari kegilaan.
Apa yang aku lakukan...?
Dada ku sesak.
Kenapa aku begini lagi!!!
Aku bahkan tak bisa berpikir setelah mendengar pesan suara itu. Langsung lari keluar
Yang aku pikirkan adalah keadaan nya. Dia sakit!!! Dan dia memerlukan ku.
Rasanya aku ingin mencakar, menampar diri ku sendiri. Memaki dan mengumpat betapa aku masih sangat bodoh.
Dan aku menyadari aku masih belum bisa melupakan Arland!!
Mesin mobil kembali kunyalakan. Lebih baik aku pergi dari sini secepat mungkin sebelum aku berpikir untuk menginjakkan kembali kaki ku ke sana.
Aku kembali kerumah dengan perasaan hampa. Ada rasa cemas ku. Apakah ia akan baik baik saja. Tapi disisi lain hati besar nya mencoba mengingat kan ku dengan segala kejahatan nya padaku.
Selesai membersihkan diri aku segera mengganti pakaian dengan baju tidur.
Kulihat ponsel ku tidak ada notif dari Arland lagi ada rasa senang tapi rasa cemas malah menggunung.
Ting..
Ada pesan masuk.
Aku segera membuka nya itu dari Vian.
" Night my dream... 😘"
Aku membalas emoji gambar tidur.
Kalau kegombalan Vian itu tidak perlu di bawa baper. Dia itu dari sono nya sudah tukang gombal. Semua kata-kata nya tidak ada yang serius. Dan ingat dia sudah menggaris bawahi kalau pun kami sepupu kami punya cinta masing-masing.
Itu melegakan setelah ia memaparkan kalau pernikahan antar sepupu itu diterima agama. Aku pikir dia sudah menyampaikan makna lain ternyata tidak.
Aku segera merebahkan diri ke sisi ranjang. Dengan posisi menyamping. Hal lain juga aku pikirkan.
Vian akan menikah. Dia akan memiliki kehidupan baru. Dia bilang mau menjaga ku. Haha.. Pada akhir nya semua akan mengikuti siklus kehidupan. Aku pun juga begitu.
Saat Papa bilang mau memperkenalkan aku dengan seseorang. Aku menyetujui nya. Toh ini kehidupan yang juga akan aku jalani kan. Tidak bisa terus menetap di masa lalu. Berleha leha dengan umur ku sekarang yang sudah bisa berkeluarga. Aku harus berjuang dengan diri ku sendiri. Mungkin dengan seseorang yang baru bisa membuat ku mengobati luka ini.
*
*
Punggung ku rasanya hangat dan seperti ada gelenyer aneh. Ada yang menciumi ku dibelakang hangat nya juga membuat tubuh ku menggelinjang. Kurasakan tangan pria di perut ku. Aku bahkan baru menyadari aku telanjang. Tapi rasanya aku merasa panas yang membara. Bahkan aku berbalik dan menjamah tangan nya untuk terus mengusap ku. Membelai ku. Wajah nya buram tapi dia seorang pria. Kurasakan tubuh panas ku semakin merasa hal aneh sesuatu yang mengebu dan seolah ada kenikmatan yang tidak bisa aku gambarkan.
Tubuh pria ini ku peluk erat. Rasa menggelitik saat lidah nya bermain di telinga ku. Dan ia membisikan kata kata yang terasa tentram entah ia mengatakan apa.
Mata ku terbuka. Kulihat langit kamar ku.
Jadi aku bermimpi lagi. Ini yang ke 3 kali mimpi ini muncul. Mimpi yang sama
Mimpi sedang bersama seseorang yang wajah nya tak terlihat dan aku seperti sedang bercinta dengan orang itu. Tapi setelah terbangun aku merasa tubuh ku memanas seolah aku memang baru melakukan hal itu! ini aneh aku bahkan tidak pernah melakukan hubungan intim dengan seseorang. Tapi kenapa seolah aku pernah melakukan nya.
Apa ini efek dari patah hati. Pikiran ku mulai minus sekarang. Setan aura mesum memasuki kepala ku.
Dan energi mesum akhir-akhir ini dari Vian.
1.dari Arland yang B*jingan membuat ku patah hati.
2. Dari Vian yang bermulut kotor dan mesum
Aaah.. Kenapa malah playing victim dengan mereka terutana Vian.
Kalau orang nya tau aku menyalahkan nya yang ada aku jadi bual-bualan nya atau malah ia semakin gencar menambah kadar kemesuman nya.
*
*
Jam 8 nanti Vian akan menjemput. Pesta perkawinan Raka sahabatnya sewaktu sekolah. Dan tadi sore Vian malah mengirimi ku sebuah gaun sederhana tapi kualitas kain dan desain nya aku rasa harga nya tidak sederhana dilihat.
Gaun ini berwarna biru dongker. Cantik seperti warna malam ada permata nya juga yang kecil dan malah mirip seperti taburan bintang.
Aku menyukai gaun ini. Vian memang tahu salera ku.
Dulu aku sangat bergantung padanya. Vian itu bak jiwa ku satunya. Dia tau yang aku suka dan tidak. Lalu sekarang dia kembali tapi hanya sementara. Dia akan menikah memiliki kehidupan dengan keluarga kecil nya. Jujur aku merasa dipermaikan. Arland sudah pergi dan Vian juga.
Ku tatap aku yang di dalam cermin ini. Gaun ini sudah aku pakai dan semua nya terlihat cantik di tubuh ku. Kesan nya membuat pinggul ku kecil tapi bawah nya besar. Membentuk tubuh juga. Bagian dada nya juga terbungkus sempurna. Kesan nya tubuh ku sangat ideal dengan gaun ini. Rancangannya memang sangat hebat seolah di jahit khusus untuk ku.
Bagian atas nya juga memberi kesan bahu ku bersiku tajam dan kesan leher ku lebih panjang
Aku sampai tidak yakin yang di cermin ini aku. Apa Vian hanya meminjamkan nya. Aku harap ia membelikan nya untuk ku. Karena aku sangat menyukai nya.
Sekarang tinggal merias diri.
Kalau masalah make up aku masih otodidak. Masih belajar beruntung sekarang sudah canggih apapun bisa di cari di youtube tutorial make up yang jenis apa semua nya lengkap. Dan waktu sakit kemaren aku mehabiskan hanya melihat aplikasi itu. Belajar mengubah diri untuk jadi lebih di hargai orang lain. Aku ingin membuka diri dengan penampilan yang sedikit hidup.
Sekitar 15 menit aku selesai merias diri. Aku cukup puas dengan hasil nya. Aku lebih menonjolkan warna mata karena gaun nya juga gelap jadi mata lebih penting.
Kalau rambut aku hanya menyanggul nya pelan pelan kesamping. Karena bahu nya terbuka aku mengeyampingkan sisa rambut yang di gulung. Ya semoga saja bukan hanya aku yang menyukai penampilan ku ini. Vian sudah repot repot menyiapkan aku gaun indah ini aku juga ingin membuat nya senang melihat ku cantik datang dengan nya.
Ponsel ku bergetar ada nama Vian disana.
"Ibu Negara.. Masih lama ngga? " Katanya disana dengan suara parau dan bete.
Kulihat jam tangan. Ya ampun sudah jam 8 lewat.
" Oh ya ini turun" Sahut ku lalu mematikan telepon.
Dari tangga sudah aku dengar suara Farrel dan Vian di bawah sana. Dan ada suara game.
Aku segera kesana. Kulihat ada benda game baru disana.
" Waaah kakak cantik sekali" Seru Farrel disana dengan wajah berbinar tangan nya sudah memegang stick game. Dan kulihat juga Vian tampak bersila disebelah Farrel. Sama memegang stick. Ia melihat kearah ku dengan tatapan yang penuh makna. Entah kenapa aku merasa mata jernih nya itu menyampaikan ke kaguman. Aku jadi merasa enggan melihat matanya lagi. Ada rasa malu.
" Kak lihat PS4. Di beliin sama pangeran Vian.. " Teriak Farrel disana dengan girang. Nama pangeran itu pasti Vian yang meminta. Kalau Farrel mana mungkin. Dia sendiri sudah menganggap ia putera mahkota di rumah ini yang paling ganteng se-Indonesia raya.
" Kok bisa? " Tanya ku lebih utama. Harga benda itu pasti tidak murah.
" Iya dong pangeran Vian kan memang yang terbaik" Kata Farrel disana dengan nada bangga. Kalau sudah diberi hadiah Farrel akan menjilat dengan murah.
" Kenapa di belikan Vi! Kamu ngeracuni Farrel doang" Sungut ku sedikit tidak suka. Benda itu akan membuat Farrel lupa belajar.
" Ga masalah. Farrel itu pinter kok" Kata Vian disana membuat si bocah makin lebar senyum nya seperti kuda poni.
Aku hanya menyembikan mulut. Mau bagaimana lagi sudah dikasih. " Ya sudah ayo pergi" Kataku segera berbalik
Ibuk dan Papa pasti ditoko. Biasanya kalau malam minggu begini toko rada rame.
Aku dan Vian segera masuk toko.
Toko roti minimalis dengan khas roti yang empuk dan bolu yang lezat. Sudah berdiri hampir 15 tahun. Aku ingat Ibuk dulu hanya jualan di depan rumah tanpa toko.
Lalu Tante Lily menghadiahkan toko kecil buat Ibuk. Dan rasa bangga menyelimuti toko Ibuk berkembang pesat apalagi zaman sekarang ada online. Semua nya jadi lebih gampang.
Ini toko dan kehidupan kami memang sangat di bantu keluarga Vian. Mereka adalah yang terbaik dimataku.
" Waah lihat siapa ini yang datang. Ya ampun.. Ibuk sampai pangling lho Fay. Ternyata puteri Ibuk udah tertular image selebriti nya dari Vian. " Kata Ibuk masih sempat sempat nya membawa nama Vian.
Dan lihat saja disebelah ku pria itu sudah cecengesan bahkan ia tebar pesona saja dengan gadis gadis muda yang sedang memilih kue disana.
" Nanti juga harus cantik begini ya Fay biar si entu pangling.. " Kata Ibuk disana sambil berbisik.
" Kami berangkat Buk" Kata ku segera menyambar punggung tangan ibuk langsung mencium nya untuk mengalihkan topik. Aku tidak ingin Vian dengar. Nanti aku bakal di ledek ledekin. Nyari cowok sampai di kenalkan ortu. Dia pasti puas meledeki sampai ia sakit perut.
" Vian juga Buk. " Vian menyusul. Syukur lah dia tidak dengar.
" Jangan kemalaman Vian! Gadis perawan ibuk harus kembali utuh" Cecar Ibuk ku.
" Tenang Buk. Kalau hamil Vian tanggung jawab kok" Sahut Vian bermulut laknat aku langsung menarik bahu nya.
" Awas kamu Vian ngapa-ngapain Fayza. Om bakalan sunat otong mu sampai jadi cilok" Kata Papa disana membuat yang lain dengar nya menahan tawa. Aku hanya melihat Papa kaget. Itu Papa aku yang biasa omongan nya berisi nasehat tapi malah begitu.
" Tinggal dikasih saus kacang Om. Tetap enak kok" Sahut Vian disana. Terkekeh sendiri.
" Kekey suka tuh" Sahut Ibuk lagi. Ya ampun mereka ini.
Dengan cepat aku mencium punggung Papa dan menyeret Vian. Mereka tidak akan ada habis nya kalau balas membalas.
" Om Farid jago juga ya bikin lelucon. Jadi cilok. Naas banged nasib si otong aku Fay. Tapi kamu tenang saja. Biasanya kalau di sunat lagi tumbuh nya cepat kok. Kamu tinggal request mau panjang berapa cm nanti di sambungin.
" Vi ! Udah jalan" Sergah ku melototi nya. Tidak tau apa aku paling anti pembahasan ilmu biologi tentang si otong otongan. Membayangkan nya saja membuat ku bergidik parah. Bahkan itu malah mengingatkan mimpi bejat yang datang 2 malam sebelum nya. Aku melihat alat itu. Walau cuman dalam mimpi tapi serasa nyata. Lalu ini dia membahas otong aaah aku harus mencuci ini otak sepertinya.
Vian nurut dan segera menyalakan mesin mobil.
" Eh.. Baju nya cantik deh. Ga salah kan pilihan ku. Yang make juga cantik jadi 100 aku kasih nilai" Kata anak itu memuji. Alis nya naik turun. Aku hanya Mengerinyit. Pujian Vian sih recehan jangan dimasukan ke hati.
Kulihat stelan yang ia pakai juga senada dengan warna gaun ini. Navy dongker. Mungkin ini memang pakaian sepasang. Dan jujur Vian tampak dewasa kalau mengenakan jas navy ini dasinya juga klop senada warna nya. Rambut gelombang berwarna cokelat membuat kesan nakal nya terlihat tapi dia tetap keren.
" Pakaian mu juga bagus Vi! Kaya executive muda! " Puji ku lalu mengalihkan mata ke jendela. Dia pasti langsung besar kepala dan benar saja ia berseru disana memukul setir nya dan berteriak heboh. Aku sudah salah memuji nya. Padahal yang kupuji tadi pakaian nya bukan orang nya.
Beberapa menit kemudian kami sampai di Hotel bintang 5 tempat diselenggarakan pesta perkawinan tersebut.
" Tangan nya dong manis.. " Kata Vian dengan tangan kanan nya yang ia lekungkan. Aku ngikut aja segera memegang lengan nya disana. Dan kami berjalan bersama menuju pintu masuk. Terlihat juga disana sudah banyak tamu lain nya.
Entah perasaan ku saja tau salah. Kami malah jadi objek beberapa mata. Pasti lah mereka sedang memuji Vian. Wajah nya yang Bak seleb memang punya aura kuat apalagi orang nya suka tebar pesona.
" Terimakasih.. Ini kenangan buat kalian"
Kami mendapatkan sepasang mug cantik setelah meletakkan kado dan mengisi daftar tamu.
" Kalian serasi sekali ka, cantik dan ganteng semoga langgeng ya ka" Kata mereka lagi.
" Aamiin terimakasih dede cantik" Sahut Vian disana. Aku langsung menyikut nya dia nya hanya mengabaikan ku.
" Silahkan foto foto sebelah sana nya juga kaka" Kata gadis itu.
" Pasti" Jawab Vian. Lalu ku ulaskan senyum tipis pada gadis muda itu dan menarik Vian dari sana.
" Foto dulu ya Fay. Tanggung.. Nih mumpung belom rame" Ajak Vian yang malah menarik ku ketempat foto di samping pintu masuk.
" Foto yang cantik. Kalau ga cantik ulang sampai bagus" Kata anak itu pada sang fhotografer. Ia juga menitipkan ponsel nya juga.
" Siap bang" Sahut pemuda itu sudah siap jongkok disana.
Vian lalu menghampiri ku. Ia langsung melingkarkan tangan di pinggang ku. Aku menyikut nya tapi ia semakin kuat mencengkram jari nya disana.
" Kalau nolak aku cium lagi nih" Ancam nya disana membuat ku bungkam.
Ia lalu mengeratkan pinggang ku. Walau kaku dan aneh aku ngikut aja. Rasanya ga enak banged di giniin Vian. Dia seenak nya merangkul dan udah 2 kali mencium ku.
Saat kamera itu membidik tau tau dagu ku di angkat lagi. Pria mesum ini lagi lagi mencuri bibir ku. Walau hanya nempel dan berhasil di bidik kamera tetap saja aku merasa ada lahar panas di kepala ku. Bukan nya aku sudah memperingati nya kemaren untuk mengghargai ku.
Bugh..
Spontan aku meninju dada nya. Ia langsung membungkuk dan terbatuk.
" Ah istri aku memang pemalu"
Kata nya disana seolah menjelaskan beberapa orang disana yang kaget melihat tinju ku mendarat di dada atas nya.
Aku segera pergi dari sana ketimbang ada rasa malu lagi yang muncul. Vian mengekori ku di belakang dengan cepat.
" Duh ngambek nih.. Sini temeni abang ntar banyak cewek yang nempel kan susah ngusir nya Fay"
Aku menepis tangan nya dan mengacungkan jari tengah. Ini sungguh bukan aku sekali. Dan hanya karena emosi aku tidak bisa jaga sikap.
Vian disana terkekeh. " Awas jatuh cinta" Umbar nya mirip di video clip Band Armada lengkap dengan cengiran membosankan nya.
Jatuh cinta katanya. Aaaaah rasanya kepala ku pusing langsung. Aku segera menjauh dari nya. Tapi tetap saja Vian mengekori ku.
Aku langsung naik ke atas panggung untuk memberi selamat kepada mempelai.
Kulihat mempelai pria yang sudah aku lupakan gimana wajah nya ala masih Smu. Ternyata itu Raka, aku ber-oh ria mengingat ngingat Raka sekarang versi dulu. Ada sih yang muncul. Kalau ga salah dulu pernah di jemur di tengah lapangan dengan Vian dan Bobby. Ya pasti itu dia. Mereka kan 1 kompromi. Nakal nya sama.
" Whatsapp Bro. Selamat ya.. Semoga cepat beranak pinak. Biar barengan sama gue. Anak kita bisa kita kawinin ntar"
Tau tau pas mau salaman sama Raka tangan lain mendahului ku. Siapa lagi kalau bukan Vian.
" Siapa elo" Kata Raka disana dengan wajah serius.
" Ah loe kaya ga kenal Melviano anak nya Bapak Andhika sudrajat Alvaro Yang gantengnya ga ketulungan di sekolah dulu.. " Sahut Vian dengan lugas dan tingkat kenarsisan nya perlu di ukur orang Muri deh.
" Ga kenal gue! Melviano yang dulu itu gembul dan dekil. " Kata Raka lagi bikin aku hanya bisa mesem mesem. Istri nya pun ikut senyum senyum.
" Aah bro bisa aja. Tau kok loe dulu dengki banged sama gue! Sampai loe ngeracunin cewek cewek gue buat kencan sama loe.. Haa benar ga! Ingat kan sama Soraya!! " Kata Vian menaikkan alis nya naik turun.
Wajah Raka langsung itam. Ia melirik takut pada istri nya yang seperti nya sudah menyipitkan mata kearah suami nya itu dengan tajam.
" Aaah haaa busyet bro. Mulut kampret loe masih kyak dulu. Sini deh loe.. Ketek gue masih bau terasi lho... Biar gue geprek mulut jahanam loee... "
" Kalian bisa ngga ngobrol nya nanti. Kasian antrian nya kaya uler" Kata ku mengingat kan. Dan memang benar di belakang sana antrian buat bersalaman sudah seperti antri sembako.
Raka berjingkit ia tadi hendak menjepit kepala Vian ke ketek nya tapi tiba-tiba mengurungkan nya.
" Kamu benar! Fay. Sorry.. Nanti tolong jahitkan mulut laknat nya ini ya Fay! Dia hanya nurut sama elo kok" Kata Raka disana aku melihat kearah Vian dan langsung memejamkan mata. Bibir nya di monyong-monyongkan seperti mau nyium gitu.
Aaaoooh begini nih sama Vian. Siap siap dimalu-maluiin dimana saja.
" Selamat ya.. Mba. Semoga kalian selalu bahagia" Kata ku penuh khimat dan segera mengakhiri pementasan Vian di depan sana.
Aku segera cipika cipiki dengan istri Raka.
" Terimakasih kembali semoga kalian cepat nyusul" Katanya disana lagi.
Dia pasti salah paham juga. Tapi ya sudah lah aku hanya tersenyum saja dan segera beranjak dari sana. Kulihat Vian masih adu otot sama Raka walau hanya bercanda. Tapi anak itu memang ga sadar bikin antrian disana tambah memanjang dan tentunya menatap kami dengan dongkol.Â
" Vi.. Buruan" Panggil ku mengingat kan nya.
Vian segera diam dan langsung bersalaman normal dengan Raka dan istri nya. Kulihat Raka disana ketawa ngakak. Ya ampun itu manten apa bukan ya. Ga ada wibawa nya kalau ketemu Vian.
Aku mengurut dada sambil menunggu Vian di sana. Yang hanya melihat ke arah lain.
" Ga nyicipin makanan disini dulu Fay? Laper nih" Kata Vian di belakang.
" Kamu ga sadar orang orang pada ngunjingin kita yang mengambil waktu mereka di depan sana " Kata ku masih ga enak dengan beberapa tamu yang lain yang menoleh kearah kami.
" Mereka itu semua pada kagum dengan kita Fay. Pesona kita lebih kuat dari pengantin. "
Aku geleng geleng kepala mendengar nya. Vian masih saja bernarsis ria.
" Ya sudah kalau kamu laper. Kita makan bentar " Kata ku mengalah.
" Thats Right.. Tuan puteri duduk manis saja di sana. Biar aku ambilin dessert buat kamu ya.. "
Aku mengangguk. Aku memang tak terlalu lapar jadi aku menuju sebuah meja yang kosong. Dan duduk manis disana.
Mata ku asik melihat tamu tamu di depan sana yang silih berganti bersalaman dengan mempelai.
Tampak jelas rona bahagia dari kedua mempelai.
Rasanya ada yang mencubit disini. Di dada ku.
Selama bertahun tahun aku membayangkan kalau nanti nya aku dan Arland akan 1 tempat duduk seperti pelaminan disana. Tersenyum bersama sambil bersalaman dengan para undangan. Tapi semua angan itu sudah hancur. Menyisakan kepedihan untuk dikenang.
Tak sadar air mata ku kembali menetes.
Lalu ada sebuah tangan menyampir di bahu ku. Dari pergelakangan tangan nya warna baju lengan nya bukan Biru tapi hitam. Dan aura ini aku seolah familiar.
Perlahan aku menoleh kebelakang.
Wajah ku kaku saat melihat Arland disana dengan garis tipis bibir nya melihat ku dalam.
******
di beri double up.. ya.
comment nya juga yang buanyaak donk... biar semangat lanjutin nya.. ☆*:. o(≧▽≦)o .:*☆