Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 19 - Sembilan Belas

Chapter 19 - Sembilan Belas

Fayza syok, bingung juga ketakutan melihat cairan darah di tangan nya. Apalagi Vian yang tampak melemah.

" Toolong.. ibukk.. Papaaaa.. Tolong.. " Teriak Fayza. Tapi entah kenapa jalan raya 1 arah itu malah lenggang sepi seperti kuburan dan rumah nya juga tak ada getaran kakikaki berlari keluar.

Tanpa menunggu lama Fayza menarik Vian kedalam mobil nya. Dengan tangan gemetaran ia menyalakan mesin mobil dan melaju dengan kencang.

Dilihat nya disana Vian yang pingsan. Wajah nya sangat kacau. Luka lebam dimana mana dan baju nya sobek. Apa yang terjadi pada Vian??

" Vi.. Please.. Bertahan.. Bertahan.. Jangan tinggalin aku Vi.. "

Fayza menangis melihat Vian tak berdaya seperti itu dengan darah yang mengerikan.

Dijalan Fayza sampai mau menabrak orang orang karena ia harus memburu waktu. Jarak Rumah Sakit sebentar lagi. Tapi rasa takut nya masih belum sirna.

Hingga saat mobil menginjakkan area Rumah Sakit, Fayza menuju halaman Unit Gawat Darurat. Tiba tiba saja Vian bangun. Duduk tegap nyaris Fayza berteriak kencang. Seolah melihat hantu dan seketika itu tawa keras melengking.

Vian tertawa cukup keras melihat bagaimana reaksi prank nya kali ini berhasil. Dan disana Fayza masih mengumpulkan nyawa melihat orang yang ia tangisi tadi masih melebarkan mulut untuk ketawa ngakak.

" Prank.. Praaank   " Teriak nya lalu ketawa lagi sampai memegang perut nya.

" What! Prank" Fayza melotot lebar. Ia tidak mengira akan di kerjai oleh manusia satu ini.

" Yoi! Berhasil kan.. Hahhhhaaa

Fayza mengambil buku buku tebal di kursi belakang dan langsung menghujamkan nya ke kepala Vian. Ia kesal bukan main. Ketakutan nya diolah prank!

" Ammpun.  Aaampuun Fay.. Aduuh. Ya ampun itu buku kayak bata sakit banged.. Wooy.. Ampuuunnnnnn

*

" Aduuh duuh. Huff sakit banged sih!!! " Ringis Vian pada sekujur tubuh nya. Ia meringkuk tak berdaya habis di hajar Fayza dengan buku yang runcingnya seperti alumanium dan berat nya juga.

Fayza menoleh dan melihat nya dengan mengancam untuk mendaratkan buku itu lagi ke Vian.

" Aah ampun. Ga ga brani! Sumpah.. Itu sakit banged. Busyed!!! "

Nafas berat keluar dari mulut Fayza. Ia mengurut pangkal hidung nya. Kepala nya langsung sakit terkejut dengan kejadian barusan.

" Parah Vi! Jangan diulangin lagi. Tadi itu ga lucu" Omel Fayza lagi.

" Idih. Bercanda doang kok. Tapi berhasil kan.. Membuat kamu kalang kabut!!

" Ga lucu! "

" Emang kan ganteng gini. Ga muka lucu. Melviano Andhika Alvaro kan seorang Produser bukan pelawak.. "

Fayza memicingkan matanya lagi.  Vian langsung berhehe ria ia lalu melepas kancing baju nya yang penuh noda darah. Fayza memalingkan wajah nya melihat Vian disana bertoples ria. Ia pun kembali menyalakan mesin mobil untuk keluar dari area Rumah Sakit.

" Punya Tissue basah ga? " Tanya Vian sambil kacaan.

" Ada di tas"

Vian mencari tas Fayza tapi ia melihat buket bunga di sana. Ia sudah tau Fayza datang dari mana itu ia dapat dari Lily, Mami nya yang cerita kalau Fayza sedang dijodohkan dengan seorang kerabat Om Farid. Karena itu ia bikin prank itu agar Fayza terkecoh. 3 hari ini wanita itu masih marah dengan nya tentang ciuman itu. Menurut Vian! Ia tak tau kalau Fayza mengingat kejadian dihotel.

Setelah menemukan tissue basah ia segera mehapus make up luka lebam di wajah nya. Ada hasil make up ada juga yang lebam biru benaran. Itu hasil dari adu jontos nya dengan Arland kemaren malam. Untuk menutupi pertanyaan Fayza ia sengaja melakukan prank agar luka lebam itu juga tersamarkan.

" Di anter kemana? " Tanya Fayza disana dengan dingin.

" Kemana aja! One night with a pervert cousin juga boleh"

Fayza mendesis kearah Vian yang tak henti henti nya selalu tengil kalau bicara.

" Kerumah sakit jiwa aja ya!! "

" Dokter jiwa nya ga bakal sanggup! Jiwa ini sudah separo dihati kamu Fay..

Perut Fayza mules. Ia ingin sekali menimpuk kepala Vian dengan buku itu lagi agar otak nya kembali lurus.

" Mabok kamu Vi! Males ah ladenin.. Aku brentiin di pinggir jalan aja ya"

" Eeh jangan.. Di pinggir jalan di tengah dong ntar di culik tante tante gimana...

" Tante tante culik aku donk... " Si Vian malah nyanyi ala tiktok plus dengan gaya genitnya.

" Bodo!!! "

Fayza benar-benar berhenti di pinggir jalan dan membuka kunci.

" Keluar deh Vi! Semoga kamu dipelihara tante tante! Biar otak mesum nya bisa di rehabilitasi " Kata Fayza jengah.

" Serius nih.. Waah tante tante.. Aseeek doong.. Banyak pengalaman nya ketimbang mantan perawan tapi ga peka.." Cicit nya disana masih dengan mulut jahanam nya. Vian lalu keluar dari sana dengan enteng nya.Mobil Fayza langsung ngacir dari sana. Tapi hanya beberapa meter. Mobil merah itu mundur perlahan. Vian tersenyum menang. Kulit tubuh nya sampai menggigil diterpa angin malam apalagi mulai gerimis. Dan dilangit juga sudh memerah dan penuh kilat, sepertinya langit akan runtuh sebentar lagi.

" Kenapa kembali tante? 1 jam 2.000.000 diskon 50 % ga mahal. Kok.. " Umbar nya masih dengan guyonan.

" Udah naik. Diluar gerimis mau hujan lebat juga"

" Wah tante emang baik. 2 jam saya kasih diskon 20% lagi" Sahut Vian lagi sembari naik ke dalam mobil Fayza. Mobil itu segera beranjak dari sana.

Fayza hanya geleng geleng kepala saja melihat kelakuan Vian.

" Waaah.. Eh Fay.. Belok kiri habis ini ya.. " Kata Vian setelah menerima pesan di ponsel nya.

Fayza tidak menyahut. Tapi juga tidak menolak.

Vian terus mengarahkan jalan. Hingga mereka sampai di sebuah gedung kosong.

Mobil berhenti sesuai perintah Vian.

" Ini kok. Kenapa kesini? " Tanya Fayza heran juga ngeri melihat kawasan disana yang gelap juga angker.

Tok tok..

Fayza melejit kaget karena tiba-tiba kaca mobil nya diketok dengan keras.

" Buka Fay.. Itu teman aku" Kata Vian.

Dengan lambat juga was was Fayza membuka jendela. Dan di luar sana ada pria dengan hodi berwarna hitam dan masker mulut berwarna hitam juga.

Ia memberikan Fayza sebuah benda.

" Ini? "

Vian menjulur dengan sangat dekat pada Fayza. Apalagi nih cowok masih telanjangan dada membuat Fayza haris tahan nafas tahan kegugupan juga. Kembali ad efek kejut listrik saat kulit Vian menyentuh pipi Fayza.

" Thanks Bro" Kata Vian kembali ke tempat duduk nya dengan senyum jumawa nya. Dengan cepat Fayza menutup kaca mobil.

" Jalan.. " Perintah Vian sambil membuka benda itu.

Fayza melihat kebelakang yang gelap gulita. Bahkan orang tadi seolah menghilang.

" Dia siapa? Dan kenapa ada di gedung kosong itu?? " Tanya Fayza dengan was was.

Vian tidak menjawab, membuat Fayza semakin takut. Ia ingat cerita horor tentang pengikut yang tiba tiba menghilang begitu saja setelah minta dianterkan kesuatu tempat yang seram.

" Vi.. Kamu masih manusia kan. vian.... " Teriak Fayza sangat takut.

Vian mendongak dan menaikan alisnya

" Ngomong dong.. Kamu Vian apa bukan?? "

" Apa sih! Ini gua lah. Melviano.. Kok muka nya tegang begitu??

Fayza langsung mengelus dada. Ia lega kalau itu Vian bukan hantu.

" Habis kamu tiba tiba diam. Aku pikir setan"

Vian tertawa kecil. " Mereka lagi syuting disana. Tadi itu teman aku! Ini chip yang aku perlu. Kebetulan kita di daerah tadi.

Fayza melongos lega lagi.

" Jadi gimana meeting dinner nya? " Tanya Vian kemudian.

" Hah.. Meeting Dinner apaan?"

" Suka? Sama cowok nya? , gantengan mana sama Melviano ini?? "

Fayza salah tingkah. Duduk nya sampai di rubah rubah. " Mm ga tau sih. Baru kenal. Kalau suka sih ada. Orang nya baik" Jawab Fayza sambil lirik-lirik. Takut diledekin.

Vian hanya membulatkan mulut nya ia lalu mengotak atik dvd mobil Fayza mencari saluran radio hingga menemukan sinyal yang enak didengar.

" Fay.. Kalau aku ngelamar kamu ke Om Farid diterima ga ya?? "

Ciiiiiittttt

Mobil yang Fayza bawa berdecit setelah rem mendadak itu. Dan saat itu hujan mulai turun dengan deras. Penerangan jalan masih menyisakan jarak pandang yang minim.

Fayza menajamkan pendengaran nya. Ia melihat kearah Vian lagi. Untuk memastikan apa yang ia dengar.

" Kamu bikin prank lagi?? " Pelotot nya tajam. Dan kali ini Fayza siap siap mengambil buku senjata andalan nya.

"Ga ada. Aku mau nikahin kamu karena sudah nanam benih di rahim kamu Fayza!! Jadi Om Farid  marah ga yaa!!!"

Fayza bungkam dan seolah tertarik ke lubang hitam yang menganga. Kata kata Vian seperti sebuah hujaman jarum yang tiba-tiba datang dari atas.

" Kamu bilang apa Vi?? " Manik mata nya bergetar.

Vian menarik nafas. Lalu menoleh lagi ada Fayza yang syok parah.

" Malam itu kamu mabuk berat. Minuman yang kamu minum ada obat nya. Jadi.. -

" Ngga..! Nggak mungkin" Pekik Fayza tidak bisa menerima fakta yang Vian buka. Ia lalu benar-benar mengambil 2 buku tebal sekaligus lalu memukul Vian bertubi tubi  dengan buku itu. Vian hanya memejam kan mata menerima pukulan berat dari benda itu. Ia sebenarnya tidak mau membuka nya. Cukup menunggu Fayza membawa berita kehamilan nya. Tapi karena keluarga Fayza sudah mengambil langkah menjodohkan dengan pria lain hal itu harus ia sampaikan.

Rasa marah dan sedih datang bersamaan yang ia takutkan ternyata benar. Ia marah pada Vian yang seharusnya tidak melakukan itu saat ia sedang tidak dalam keadaan sadar apalagi dia adalah sepupu nya yang ia bilang mau menjaga lalu kemana pikiran nya saat itu. Ia meluapkan nya dengan memukuli Vian dengan buku tebal itu hingga ingin rasanya mengoyak isi kepala nya. Berharap itu adalah mimpi apalagi Vian dengan enteng bilang kalau sudah menanamkan benih ke rahim nya. Apakah Vian benar benar bisa berpikir jernih. Ia berpikir tidak ada cinta yang terikat lalu pria itu dengan gampang nya mengungkapkan lamaran. Sebuah pernikahan!

Entah kepukulan keberapa ia berhenti menangis sesegukan dengan semua rasanya hanya kehampaan.

" Aku akan tanggung jawab! " Kata Vian lantang.

" DIAAAAM

Fayza merasa eneg dengan suara Vian yang menyepelekan semua nya.

" Jangan ngomong lagi aku muak mendengar suara kamu" Ucap Fayza menatap Vian tajam sorot penuh kebencian  dan ketidaksudian. Walaupun seharusnya ia juga sadar kesalahan bukan Vian yang menciptakan duluan. Tapi ia perlu pelampiasan.

Vian terdiam mendengar nya. Tatapan wanita ini cukup membuat nya merasa tidak diterima. Keangkuhan dan rasa percaya dirinya seolah retak mendengar nya. Ia pikir Fayza hanya cukup menerima dan akan membicarakan dengan nya secara baik baik.

Fayza terlihat sudah tidak menangis. Ia kemudian membusungkan dadanya dan menjalankan mobil lagi ditengah hujan deras yang masih mengguyur.

" Kita hanya melakukan nya sekali kan! Jadi belum tentu aku hamil" Bahkan Vian kaget dengan perkataan Fayza yang begitu yakin dengan riak muka nya yang terlihat dingin di samping sudut sana. Matanya tajam kedepan dengan dalam.

" Kalau pun aku hamil. Kamu tidak perlu menikahi ku. Aku tidak ingin ada pernikahan yang tidak ada cinta"

Vian menoleh takjub dengan kalimat yang Fayza sampaikan. Mata mereka bertemu. Fayza masih melihat nya dengan penuh kebencian juga ketidaksukaan. Walaupun Vian mengungkapkan perasaan nya itu terasa sulit lagi untuk didengar wanita ini. Dan yang utama ia terluka! Ternyata cinta tak bersambut itu menyakitkan.

Terdengar suara klakson mobil yang sangat nyaring di depan sana saat mobil berbelok di tikungan tajam. Saat kedua mata mereka menoleh. Di tengah guyuran dan penerangan jalan yang meredup tampak Truk Besar dari arah berlawanan. Mata Fayza dan Vian melebar. Nafas mereka naik keatas dan seolah waktu yang hanya berpihak kecil tidak bisa meloloskan kejadian naas itu.

Saat Fayza membanting stir Truk itu yang juga merem dengan kecepatan tinggi tidak bisa menyeimbangkan jalanan berair dan jarak pandang yang tipis. Dan didepan sana tampak supir Truk bersama seorang gadis ikut syok dengan situasi genting itu.

Buugggghhhh

Truk menabrak bagian belakang mobil Fayza. Mobil itu terpelanting dan berputar putar di jalanan licin itu.

Didepan sana tampak  mobil pick up mengangkut kawat besi berjalan pelan sekali, seorang sopir nya sedang sibuk mendengar kan radio sambil menikmati teh kemasan ditanganya dan Music yang menggema di sana sangat keras karena hujan juga jadi si sopir kembali mengeraskan volume suara.

Sementara itu didalam mobil minibus yang terpelanting jauh didalamnya Fayza dan Vian seperti berada didalam sebuah gerbong kasar yang sempit terobrak abrik isi mobil menghantam kedua nya.

Hingga Kepala Fayza sendiri terbentur setir mobil dengan keras. Melihat itu Vian melepas sabuk pengaman nya lalu mendorong dirinya kekursi Fayza didepan nya sana matanya melebar melihat cahaya lampu mobil menangkap mobil didepan yang membawa berbagai kawat curam melebihi angkutan disana. Kawat nya melebihi panjang mobil itu. Ia segera menangkup tubuh Fayza yang seperti nya pingsan. Memeluk erat tubuh wanita itu, Ia hanya ingin Fayza selamat yang ia ingin ka keselamatan Fayza dan calon anak nya.

BRAAKKK

Mobil Fayza menabrak belakang mobil pick up itu dengan cepat.

Sebuah kawat besi yang menjulur di belakang mobil itu memecahkan kaca depan dan salah ujung nya yang jelas tajam ikut menembus kedalam nya. Kawat nya mengarah masuk kepengemudi sepertj serbuan tombak.

Blek..

Blek..

2 ujung kawat menusuk bahu Vian sampai tembus kedepan ia langsung muntan darah dan runcingan kawat besi itu juga mengenai bahu Fayza meski hanya beberapa cm merobek kulitnya.

Suara klakson panjang dan asap mengepul disana.

Kecelakaan tragis yang mengerikan. Seolah tenggelam ditelan kesunyian jalan yang sepi.

Fayza terguncang bau anyir, amis seperti karatan besi yang pekat membangunkan nya  kepala nya sakit bukan main tapi ia sadar ada yang  memeluk nya menjepit nya di bangku itu. Itu Vian dengan tetesan darah di kepala dan mulutnya, sekujur tubuh nya di tahan tubuh Vian yang terasa dingin oleh guyuran air hujan yang juga semakin liar menyusup masuk dari pecahan kaca. Itu membuat nya terasa sangat kedinginan.

Perlahan ia masih bisa mendengar suara detak jantung Vian yang sangat cepat seperti suara jantung nya. Tapi juga rasa nyeri di bahu nya. Fayza sadar bahu nya terluka. Ada goresan menganga  dari sebuah benda tajam yang.

" Vi. Viaaan..

Dalam gelap dan juga bau asap pekat itu Fayza mengerjap. Ia sendiri merasakan sakit tak terkira di bagian lain dikaki nya yang terjepit, dengan susah payah Fayza mencoba merampingkan badan nya dan menarik kuat kuat kaki nya. Bahu nya serasa tersobek lagi. Nafas nya bertalu kencang dengan rasa sakit dimana mana. Ada nafas terengah di depan nya itu nafas Vian. Nafas panas nya seolah menjadi penghangat ruangan sempit disana. Tapi tetesan cairan hitam dalam peneran yang minim menetes di wajah Fayza, ia bisa melihat sepasang mata jernih Vian disana yang mengerjap beberapa kali dan nafas nya tampak sesak matanya langsung kaget melihat sebuah kawat di bahu Vian nenembus ke depan. Dan itu yang juga melukai nya. Tapi tak sebanding dengan luka yang Vian alami.

Matanya langsung berurai penuh ketakutan melihat Vian seperti itu. Kawat itu diameternya cukup besar sekitar 4 cm. Darah pria itu sudah membanjir. Di tubuh topless nya yang putih pucat menjadi bermandikan darah.

" Fa fay za... " Suara Vian terengah. Air mata nya mengalir rasa sakit yang tak terkira dari tusukan kawat besar itu bersarang di tubuh dan bagian kepalanya belum lagi bagian mobil yang menjeput serta pecahan kaca yang merobek robek tubuhnya  Didepan nya Fayza tampak sangat ketakutan menangis dan memanggil manggil nama nya. Bahkan bergerak sedikit saja rasa sakit itu sangat mengerikan.

" Aaaku.. Men cinntai kamu" Ucap nya dengan suara tak jelas dengan darah yang terus ia muntahkan apalagi pandangan nya mulai kabur jelas dan kabur lagi. Wajah Fayza seolah berkedip kedip mengabur hingga ia tidak kuat menahan sakit yang mengerikan itu.

" Tidak. Vian.. Viaaan" Panggil Fayza yang jelas berhadapan dengan wajah Vian yang bersimbah darah. Matanya mengalir darah segar  rambut nya meneteskan air hujan  yang juga tak bening. Dan mata jernih yang selalu tertawa itu menatap nya dengan kesedihan yang dalam terekam jelas di kepala Fayza bagaimana Vian merasakan sakit luar biasa. Fayza semakin berteriak histeris melihat Vian yang memejamkan matanya terus memanggil nama sepupunya itu agar tetap sadar tapi Vian masih tidak membuka matanya.

Tidak.. Tidak.. Jangan begini Vian.. Aku mohon...

Teriak nya yang semakin syok dan membuat nya merasa sangat pusing benturan hebat dikepala nya lebih mendominasi ditambah Kejadian mengerikan di depan mata dan luka luka menganga di tubuh nya semakin membuat nya tak bisa bernafas baik. Ia meraba lemah memeluk  tubuh Vian yang sudah sangat dingin oleh hujan. Matanya ikut meredup disana.