Chapter 8 - Delapan

Mengingat masa kecil tiba tiba rasa penasaran ku menyeruak.

Setelah makan kami habis dan keringat banjir dimana mana karena juga pedas cuaca pengap. Jadi semua nya menyatu brasa mandi keringat saja. Tapi semua terbayar dengan rasa kenangan dulu pada bakso itu.

" Gimana makan nya masih enak kayak dulu ya Fay... "

Kata Vian setelah ia masuk kedalam mobil.

Aku mengangguk dan menunggu ia menyalakan mesin. ada hal yang sangat ingin aku tanyakan pada Vian.

Mobil berputar menuju arah balik.

" Kamu dulu kenapa pergi sih Vi? "

Aku menoleh kearah nya. Ia tampak diam seribu bahasa. Aku tau dia keluar Negeri karena sekolah tapi rasanya aneh dia menghilang tanpa jejak. Alias seolah menghindari ku. Masa iya setelah pergi ga ada kontak sama sekali.

" Gue cuman mau belajar jadi manusia pinter aja! Loe tau IQ gue kan.. Rasanya malu jadi manusia otak nya ngeden aja" Jawab nya sambil bercanda. Rupanya Vian masih belum mau mengatakan yang sebenarnya. Aku ingin bertanya apa ia pergi karena kejadian 7 tahun yang lalu itu. Tapi aku sendiri enggak banged membahas kejadian dulu. Rasanya ada kengerian mengingat kobaran api yang sangat besar. Dan hawa panas seolah ikut aku rasakan saat ini.

Aku mengendik melupakan bayangan kelam itu.

Kulihat mobil melaju ke arah jalur berlawanan kampus. Jadi dia mau membawa ku kemana lagi.

" Eh.. Bentar ya Fay. Tadi siang gue  jalan sama Bobby. Dompet nya dia ketinggalan.

Tadi dia chat dia ada di hotel. Hotel dia kan sejalur disini. Nganterin bentar ga papa ya..?"

Aku mengangguk. Lalu mobil ini berjalan  lurus hingga melambat saat memasuki halaman sebuah Hotel bintang 5. Aku bahkan tidak tau Bobby pemilik hotel itu. Aku ingat Bobby itu nakal nya sama tingkat nya dengan Vian. Mereka itu biang kerok sekolahan. Selalu tawuran dan membolos. Dan pernah bikin nangis guru. banyak paketan kenalan Vian plua kawan segenk nya yang berasa mereka itu F4 sayang nya shan cai nya ga ada.

" Loe dimana? Gue udah di parkiran nih ambil sendiri dong. Loe yang perlu kan!! Hahaa malas banged. Gue bawa Fay. Sepupu gue.. Dia mana sudi nginjak lantai itu.. langsung berubah jadi laler tau gak kejang-kejang dia... "

Vian melirik kearah ku sambil ketawa-ketawa. Bahkan masih sempat sempat nya ia membully ku.

"Ooh ya sudah lah. Gue turun.. "

Vian lalu mematikan telepon.

" Eh loe disini aja ya Fay. Gue anter nih dompet boboho dulu!" Kata Vian lalu ia membuka Dashboard dan mengambil segepok dompet hitam dan keluar dari sana.

Kuliat Vian berlari kecil menuju sebuah tempat yang banyak hilir mudik mobil mobil mewah masuk kesana.

Yang aku tahu hotel ini ada Bar, Cafe dan Club untuk kalangan atas.

5 menit Vian tidak kembali. Aku mulai jengah plus mengantuk. Apalagi semilir ac mobil ini membuat ku semakin mengantuk. Baru saja menguap ke sekian kali mata ku menangkap sesuatu yang mengejutkan.

Di depan ku baru saja melintas Mobil Arland. Aku hapal betul nomor plat nya. Dan itu tidak mungkin salah. Apa dia ke Hotel ini atau tempat hiburan disana. Mengingat tadi dia baru ijin keluar dengan Chris.

Firasat ku mulai buruk. Bahkan jantung ini memompa cepat.

Mobil hitam milik Arland ternyata berhenti persis diseberang mobil Vian parkir. Aku menunggu dengan sangat gugup. Hingga pintu mobil disana terbuka. Mata ku melebar melihat itu beneran Arland. Ia mengenakan baju putih dengan celana di bawah lutut. Terlihat sangat santai. Lalu pintu sebelah juga terbuka  kali ini rasanya tangan ku sudah sangat dingin. Kira-kira Arland sama siapa?

Pintu itu di tutup mata ku makin tercengang dengan sosok perempuan disana yang mengenakan mini dres kentat. Rambut nya panjang dan tentu cantik. mirip dengan Barbie hidup.

Gladys lagi?

Sedetik dua detik tiga detik. Aku menunggu pintu di belakang di buka. Tapi tidak ada  yang kulihat lebih mengejutkan. Gladys melingkarkan tangan nya di pinggang Arland dan mereka berjalan berdua kulihat Arland disana tidak menepis tangan Gladys malahan dia ikut merangkul.

Air mata ku jatuh begitu saja.

Rasanya ini sangat menyakitkan. Jadi Arland sebr*ngsek itu. Dia bilang pergi sama Chris. Lalu masa iya mereka teman seperti itu?? rangkulan di depan umum??

Segera aku hapus air mata ku. Walau rasanya tubuh ku gemetaran aku segera keluar dari sana. Mengikuti mereka dari belakang tentu nya diam diam.

Mereka masuk ke dalam Bar disana. Karena Arland mengenakan baju putih. Jadi aku mudah mencarinya dalam kegelapan juga kesemerawutan orang orang yang mabuk disana.

Mereka berjalan menuju sebuah tangga tampak sangat santai. Dan malah kulihat tangan Arland mengusap tekuk Gladys dengan nakal. membut Gladys semakin menempel ku tubuhnya.

Sumpah aku tidak kuat. Tapi kaki ku terus melangkah.

Saat aku menaiki tangga tau tau tangan ku di cegat.

" Maaf Nona. Anda siapa? "

Aku dengan takut melihat 2 penjaga berbadan kekar ini yang meneriaki ku dengan mata menyelidik. Padahal saat masuk tadi sudah di cek tanda pengenal.

" Ke atas! Aku mau naik keatas! " Jawab ku.

" Siapa nama kamu? "

" Fay.. Fayza" Jawab ku sambil mewaspadai kalau kalau Arland melihat ku dari atas.

" Anda tidak dikenal. Silahkan pergi" Salah satu dari mereka mendorong ku kasar. Aku terhuyung beruntung tidak jatuh karena badan ku menabrak badan lain di belakang saat aku menoleh aku kaget ada Vian disana. Dan juga ada Pria Botak yang aku menebak ibu Bobby.

" Loe ga papa? " Tanya Vian

Aku tak menjawab nya karena tau sendiri perasaan ku saat ini sedang hancur.

" Loe yang dorong Fay.. " Vian disana langsung murka hendak menyerang algojo yang mendoronh ku barusan.

Bobby menahan tangan Vian. " Ini anak buah gue Vi. Gue yang urus.. "

Vian menatap marah pada algojo itu. seperti ingin membunuh nya saja.

Lalu Boby maju kesana terlihat jelas 2 penjaga ini menatap takut dengan Bobby.

" Loe mau naik ke atas Fay? " Tanya Bobby kemudian.

Aku mengangguk.

Kulihat penjaga tadi menatap ku sebentar lalu ia di suruh pergi sama Bobby.

" Ikut Gue.. " Kata Bobby dengan santai.

Aku segera mengikuti Bobby dan Vian juga tidak ketinggalan di belakang.

Kami berada di lorong temaram yang lebih redup suara music keras nya. semacam tempat lain dari lantai di bawah yang lebih terlihat umum.

" Loe mau nyari siapa Fay. Ini lantai kelas VVIP. Ga sembarang orang boleh nginjak lantai ini" Kata Bobby.

" Gue beli! Loe ngerendahin Fay sama aja ngerendahin Gue" Sulut Vian disana dengan suara tinggi.

" Gue cuman ngasih tau. Dodol! Bacot loe ya dari dulu sok banged" Dumel Bobby.

" Gue ga suka gaya loe ngomong apalagi botak loe ganggu saraf mata gue..

Bobby tampak melebarkan matanya. " Loe yang sarap nya putus.. ini botak apa hubungan nya. dasar kampret emang loe...!

Aku menuju 1 pintu yang aku yakinin adalah tempat Arland masuk. Daripada mendengarkan adu mulut Vian dan Bobby yang tidak ada habisnya. mending aku cari saja Arland langsung.

" Eh Fay.. Loe yakin itu pintu yang mau loe buka? " Sela Bobby menahan tangan ku.

" Yaa! "jawab ku melihat si empu. apa aku tidak boleh masuk kedalam.

" Bentar.. Kalau loe masuk bisa bisa pelanggan gue kabur loe Fay. Aduh.. Ini tamu executive banged cuy!! "

" Aduh lama banged. Gue beli hotel loe.. " Toyor Vian kekepala Bobby yang plontos  lalu Vian menerobos dan membuka pintu itu dengan gampang nya.

" Haduh haduh habis dah gueee" Ringis Bobby disana menutup muka nya.

Aku yang melihat pintu itu di buka menyelip masuk. Cahaya nya merah dengan music yang tidak terlalu keras. dan disini memang benar rungan khusus dari segi fasilitas tampak sangat elite. lalu Mata ku seperti jatuh melihat wanita wanita bugil disana yang sedang menari erotis diatas meja. mata ku mengerjap tidak percaya. seumur umur aku tidak pernah melihat orang lain telanjang didepan mata meski wanita juga. tapi bukan itu aku kesini. mDan di sana ada sofa melingkar ada beberapa orang rata rata pria dengan beberapa wanita seksi di kiri dan kanan. Seperti nya mereka tidak begitu memperhatikan aku dan Vian masuk kesana. Karena mereka tampak sibuk dengan aktivitas masing masing. Apalagi lampu nya sangat minim cahaya.

Mata ku mengedar lagi dan jatuh pada sosok pria dengan laos putih dia memang Arland dan saat ini dia sedang berciuman di atas sofa dengan Gladys. malahan tangan nya menyusup kedalam baju Gladys dengan liar.

Rasanya ada meteor jatuh di dada ku. meledak dan menghancurkan nya. Rasa sakit yang bertubi-tubi, bahkan aku merasa tidak berpijak di sana sekarang. Tadi aku sangat mengebu ingin menemukan nya sekarang aku malah seperti orang tolol yang melihat kebodohan ku selama ini.

Aku segera keluar dari sana. Mau melabrak terasa percuma. Yang aku lihat sudah lebih dari cukup.

" Bagaimana? Ada ketemu? Loe nyari siapa sih Fay.. Gue kenal semua mereka disini.. Langganan tetap gue... " Kata Bobby disana dengan anteng mengekori ku.

Air mata ku lolos lagi. Aku segera lari dari sana dan suara Vian juga Bobby mengejar ku.

Jadi...

Yang disembunyikan  Arland ini??

Dia menipu ku? Memanfaatkan ku dan membodohi ku.

Ckckck.. Ini mimpi  kan..

Tidak mungkin pria yang aku cintai Arland seperti ini. Membodohi ku  mentah-mentah dia bilang Gladys teman nya. Dia bilang Gladys pacar Chris. Tapi pacar teman kok di cium sebegitu rakus nya?? dan tampak jelas Arland itu pemain handal. Pemain lama.

Aku berhenti berlari rasanya suara bising di tempat ini menjadi senyap. Aku merasa ada di lingkaran yang gelap, dan seolah terperosok didalamnya.

Rasa sakit yang mendera seolah menulikan telinga ku, sosok sosok orang orang disana yang berjingkrak jingkrak seperti menghilang berganti bayangan Arland dan Gladys tadi dan seolah berputar putar dikepala ku, aku tidak kuat lalu berteriak meluapkan kemarahan ku. hingga tenggorokan ku terasa sakit kering dan haus, hingga aku melihat ada sebuah gelas berisi minuman yang seolah berjalan dengan cahaya. Air disana terlihat menggiurkan apalagi tenggorokan ku terasa sangat kering. Aku menggapai lalu meneguk nya. rasanya manis juga aneh tapi cukup membuat ku seperti tersedot lagi dalam tempat lain kepala ku seperti nya pusing dan didepan ini berputar-putar. Lagi dan lagi hingga kudengar suara nama ku di panggil panggil. Badan ku bergoyang.. Nama ku di panggil lagi.

Lalu ada siluet Arland. Dia! Pria baj*ngan itu.

Aku menyerbu dan menyerang nya menarik rambut dan mencekik nya. Aku ingin membunuh nya sekarang juga. Hingga kemudian tubuh ku rasanya sangat lemah. Bahkan aku jatuh kelantai. Dan kulihat kaki ku di rantai ada rantai yang seolah keluar dari tanah. aku menjerit ketakutan dan mengerang. Sekuat apapun aku bergerak aku tidak bisa lepas. kulihat bayangan Arland dan Gladys disana sedang menertawakan ku. semakin keras aku teriak semakin keras juga mereka tertawa.

" Lepaskan aku.. " Teriak ku dengan  nyaring. hingga bayangan mereka hilang begitu saja. aku malah seperti berada di sebuah tempat yang dingin aku menggigip hebat.   Lalu muncul ada perasaan sedih. Aku menangis mengatai sosok Arland. Sampai tubuh ku  bergetar hebat. Serasa tempat dingin ini malah di penuhi api. ada api di sekeliling ku. Api itu merambat ke tubuh ku. sangat mirip dengan kejadian 7 tahun lalu.

" Panas... Panasss..

Rasanya tubuh ku sangat panas. Aku menggeliat dengan gelisah. Rasa panik menguasai ku.  Dan tubuh ku semakin kepanasan. Dengan cepat aku melepas baju ku satu satu. Tapi rasa panas dan panik masih terasa. Kulihat sekeliling ku sunyi dan gelap. Aku ketakutan dan meringkuk dengan memeluk lutut ku yang merasakan ada sentuhan aneh aku merasa tubuh ku rasanya di peluk hangat sangat lama dan memberi ketenangan. Tapi itu membuat ku merasa aneh. Ada hawa panas meletup letup didalam tubuh ku. ada kilasan sosok didepan ini tapi buram apa ini delusi ku lagi. hanya saja sentuhan nya membuat ku ingin lagi. aku merasa tenang dan saat ini aku ingin orang ini menghangatkan ku melindungi ku dari api itu. bayangan buram ini lalu memeluk ku membisikkan kata kata yang tidak bisa aku dengar dengan baik. lalu ia mengurai pelukan. aku merasa panik ianku peluk lagi kali ini aku tidak ingin ditinggalkan lagi. hingga ku rasakan ada bibir mencium ku. Aku merasa terobati dari hal aneh yang aku rasakan tapi itu tak cukup. Ada dorongan aneh mengisi otak ku. Ini pasti mimpi kan. Aku merasa kedutan dimana mana dan tubuh ku disentuh juga di cumbui. Membuat ku semakin frustasi aku menarik sosok yang tak jelas didepan ku itu. Seperti sedang sekarat aku menginginkan sesuati yang bisa mengisi ruang disana bahkan aku menginginkan milik nya. Aku memohon dan meronta sampai aku merasa tubuh ku di peluk lagi dan di tangan nya menjamah dimana mana. aku malah merasa melayang sensasi aneh yang semakin menyeruak semakin ia menyentuh ku semakin aku frustasi ingin sesuatu yang lepas dari dalam tubuh ku..

*

*

"

DOM.. DOM...

Rasanya ada yang baru memukul lonceng keras sekali. Mendenging dan membuat telinga sakit.

Sontak mata ku terbuka. Kulihat lelangitan yang berwarna putih gading di atas sana.

Spontan aku bangun. Kulihat aku diatas ranjang besar yang asing. Warna putih mendominasi dari selimut dan bantal bantal disini, seperti di dalam sebuah Hotel. ya aku seperti nya ada di kamar Hotel. jantung ku mencetus begitu saja. Kulihat baju ku masih utuh walau agak berantakan dan ada bau aneh tercium di baju ku seperti bau minuman. kulit ku juga terasa bau aneh yang asing.

Sekilas aku ingat aku lari saat melihat pengkhianatan Arland. Lalu aku melihat seseorang membawa botol minuman, meminum nya dan... aku tidak ingat apa apa.

" Loe sudah bangun..

Aku kaget suara itu. Dia ada di seberang sana di atas sofa panjang seperti sebuah ranjang lain dan matanya masih merem melek tertutup selimut tebal. Rambut cokelat nya teracak acak dengan bibir merah yang tertutup, Tapi itu membuat jantung ku berdetak, rasa was was menguasai ku.

" Vian.. !!

Kepala ku lalu didera sakit hebat.

" Aaah mengantuk sekali.. Gue tidur lagi ya.. "

Aku turun dengan tertatih. Saat berjalan ada rasa sakit di kaki ku bukan tapi selangkangan ku.apa ini sakit karena terpeleset? Tapi aku mengabaikan nya. Bahkan aku lupa apa aku pernah terpeleset atau tidak. Kepala ku lebih sakit dan itu mendominasi.

Ku sibak selimut yang menutupi wajah Vian.

" Kenapa aku ada disini? " Cecar ku dengan selidik.

Vian menggeliat dan menguap lebar disana. mata jernih nya mengerjap ngerjap. Ia keluar dari dalam selimut itu. dan duduk disana dengan mata terayun ngantuk.

"Loe lupa. Loe kabur lalu mabuk mabukan terus loe menyerang orang.. "

Aku bengong dengan penjelasan Vian. Menyerang Orang??

" Loe mau bunuh waitress itu! Gila loe gebukin dia. Nyekik dia. Loe ingat ga?? Ah iya. Loe kan mabuk mana ingat!! "

" Ga mungkin. !! " sergah ku nyaring. Aku tidak mungkin minum minuman yang beralkohol tapi memang aku ingat ad minuman meyalang yang bercahaya emas dan sangat menggoda.

Vian berdecih ia mencari cari ponsel nya dan setelah menemukan nya ia membuka sebuah galeri video bbuk y. Disana ada rekaman aku yang sedang tertawa tawa dan menangis nangis kemudian tiba tiba aku menyerang seorang pria. Memaki maki nya. Dan bergelantungan di punggungnya sambil menggebuki nya dan mencekik nya.

Aku syok melihat rekaman itu. Aku mengerikan sekali. Mirip monyet yang mengamuk.

" Ini.. Bukan aku" Kata ku menutup layar itu.

Vian terkekeh. Orang mabuk mana mau ngaku" Katanya disana mengejek.

' lalu.. Bagaimana keadaan pria itu?? "Tanya ku setelah lebih menguasai keterkejutan ku. Aku sadar itu tadi memang aku.

" Sudah diurus Bobby" Jawab Vian lagi.

Aku menarik nafas banyak banyak.

" Dan kenapa malah ada di hotel ini? " Tanya ku lebih utama.

Vian duduk disana sambil sedekapan.

" Loe mabuk. Loe teriak teriak gue ga yakin kalo dibawa loe pulang Ibuk ga gundulin elo Fay? bahkan aku yakin Ibuk siap rontokin gigi elu"

Kata Vian ada benar nya. Ibuk bisa menggantung ku juga di atas tiang bendera.

Sekilas bayangan buruk tadi malam terlintas lagi. Aku meringis dan merasa kembali terguncang.

" Ada pertanyaan lagi Fay? " Tanya Vian disana seolah menunggu ku.

" Aku akan jawab sejujur-jujurnya. Tapi kalo loe ga nanya gue ga ada bilang apa apa! " Tambahnya lagi terlihat serius.

Aku menggeleng. Dan duduk disana dengan lemah. Air mata ku merembes lagi. Karena rasa sakit hati ku lebih utama bukan  ajang Q & A dengan Vian.

" yakin. jangan nyesal kalau ga nanya ya. .. gue udah kasih kesempatan lhoooo"

Aku menggeleng yakin.Aku merasa hatiku masih hancur.

" Jadi pacar loe itu Arland?? " Tanya Vian disana membuat ku malah menangis lagi bahkan aku sampai sesegukan.

Tau tau kepala ku ditarik dan di sandarkan ke bahu nya " Ga usah nangis. Tuhan masih sayang sama loe! Dikasih tau duluan sebelum kalian lanjut ke jenjang lebih serius " Kata Vian disana masuk akal. Tapi mata ku masih terus basah.

" Harus nya loe ngomong kalo mau ngelabrak Arland. Gue siap bikin dia babak belur Fay... Tinju gue kangen dia tau. "

Aku menggeleng, aku tidak setuju Vian sampai memukuli Arland. Apalagi dulu pernah adu jotos! Aku hanya takut akan jadi boomerang nya Vian. Bahkan status ku yang tidak jelas dengan Arland saja masih di pertanyakan.

" Udah loe nangis aja.. Puas puas? Setelah itu gue larang loe nangisin laki laki busuk itu!! '

Maki nya lagi entah bagaimana malah membuat ku nyaman dan tenang. Aku sudah lama tidak bersandar begini pada Vian. Rasanya masih sama. Tenang dan nyaman. Kalau saja Vian tidak memilih pergi mungkin aku tidak akan dekat dengan Arland. Walau dari dulu saat melihat Arland aku sudah jatuh hati padanya dan hanya sebatas mengagumi tanpa disangka setelah Vian tidak ada aku makin dekat dengan Arland seolah menemukan sosok pelindung yang baru. Dan perasaan ku makin berkembang sangat besar.

Hari itu aku tetap menuju ke Apartemen Arland. Walau Vian melarang ku aku tetap kekuh ingin melihat apakah dia ada disana atau tidak. Aku ingin melihat bagaimana ia memerankan peran nya. Dan aku juga sudah terlanjur menceritakan semua nya pada Vian. Ia tidak banyak bicara saat aku mengatakan semua nya malahan berubah jadi sosok pendengar yang baik.

" Gue kasih waktu beberapa hari buat loe selesaikan Arland Fay. Kalo loe ga tegas gue akan obrak abrik kantor nya!! Ingat itu "ancam Vian lalu ia menutup pintu mobil dan melongos pergi.

Aku segera berbalik menghadap gedung Apartemen Arland.

Kutarik nafas dengan panjang dan mencoba menenangkan isi kepala ku sebelum melangkah.