Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 10 - Sepuluh

Chapter 10 - Sepuluh

Sebuah mobil Lambo Kuning berhenti didepan lobby perusahaan itu.

Pintu depan terbuka dan sebuah kaki mulus menjulur dengan indah. Kali ini dengan heel hitam yang tinggi.

Fayza mendorong tubuh ramping nya keluar dari mobil sepupunya ini. Setelah beberapa hari ia tidak masuk ia memutuskan untuk masuk hari ini. Tentu dengan hati yang sudah lebih baik.

" Apa perlu aku antar kedalam? " Tanya Vian menawarkan diri

Fay menggeleng dan segera berlalu.

Didalam Vian merenung sesaat. Ia merasa enggan melihat Fayza masih menginjakkan kaki ke kantor itu. Tapi ia kemudian menyakini sesuatu yang membuat nya tersenyum. Pria ini pun segera meninggalkan tempat itu.

Kedatangan Fayza dengan Lamborghini kuning tentu membuat beberapa karyawan disana kembali ribut dan terpana. Bukan hanya keluar dari mobil mewah tapi penampian Fay yang sedikit berbeda. Ia mengenakan rok spam berwarna salem di atas paha dan kemeja putih dengan model yang tidak menonton. Ada sisi elegan juga mewah dengan kerah tingga dan kemeja itu tampak pas membelut badan nya membuat lekukan pinggang nya lebih menonjol dan lagi biasanya Fay hanya menggerai rambutnya atau menggulung rambut nya seperti yang sudah sudah. Kali ini rambut nya di ikat kuda dengan sangat rapi membuat ia tampak cocok dengan baju yang ia pakai. Lehernya lebih terlihat jenjang dan tentu kali ini Fay lebih menonjol kan wajah nya dengan make up dan lipstik merah. Dan jangan lupa. Fay kali ini memakai heel tinggi membuat nya bak seperti model model dunia dengan kaki jenjang yang ia miliki. Semua yang ia rubah kali ini seolah menunjukan sisi nya yang lain.

Mutiara yang terkubang dalam lumpur mulai muncul dipermukaan.

Meski sudah terlihat cantik wajah judes nya masih tertata hanya saja itu membuat nya menjadi elegan dengan aura arogan membuat yang melihat nya mengagumi juga merasa kan keengganan untuk menggunjingkan nya.

" Bunga Cantik yang tidak sembarangan di sentuh"

*

" Pagi Mba Fayza.. " Sapa mereka disana dan wanita ini hanya melihat sekilas tanpa memberikan balasan sapaan. Bahkan aura dingin nya saja membuat mereka disana ngap ngap. Getir walau merasa kagum dengan wajah cantik Fayza yang lebih menonjol pagi ini.

Fayza melangkah elegan menuju Lift disana kaki nya lalu berhenti saat pintu lift itu sudah terbuka dan disana ada Arland.

Ia terlihat biasa saja dengan santai melangkah masuk seolah tak ada beban. Walau sebenarnya hati nya terasa panas. Tapi seperti itulah Fay kalau di luar ia akan terlihat datar, kaku, tanpa ekspresi dan akan sangat sulit menebak apa wanita ini punya emosi?

Fayza mengambil posisi di samping ia berdiri didepan Erwin dengan diam.

Erwin segera menutup kembali pintu lift walau ia merasakan atmosfer beku disana. Erwin tau hubungan boss nya itu dengan Fay ataupun dengan Gladys serta tetek bengek kebejatan Arland di belakang Fay. Tapi itu semua diluar urusan nya.

Dan kali ini Erwin merasa ada yang aneh dengan Fay. Biasanya wanita jutek ini tetap akan tersenyum kepada Arland tapi kali ini segaris pun tak ada senyum. Apalagi wanita itu baru muncul sekarang setelah tidak turun beberapa hari. Dan Boss nya disana juga terus menghubungi Fay.

Ia khawatir kalau Mba Fay mengetahui kelakukan Arland di luar, Erwin tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan wanita itu mengetahui nya yang jelas itu pasti sangat sakit.

Pintu lift terbuka di lantai Fayza saat Fayza mau keluar pintu lift tertutup lagi.

" Ikut keruangan ku" Kata Arland mendominasi.

Dengan tenang Fayza kembali ke posisi nya berbeda dengan Erwin yang tampak gugup. Ia takut akan ada gunung yang meletus. Secara wanita pendiam punya sisi mengerikan kalau lagi marah.

Ting.

Erwin membiarkan pasangan ini keluar lebih dulu. Dan ia perlu pasokan oksigen untuk bisa menghirup udara segar. Sampai beberapa meter dari Pimpinan nya dan Manager jutek itu baru ia melangkah dengan mengelus dada.

Arland masuk lebih dulu ia menunggu Fayza masuk. Setelah masuk Arland berputar dan mengunci pintu disana.

Lalu dengan cepat ia menarik Fayza ke Sofa mendorong nya dan mengukung nya dengan kedua tangan nya.

Bahkan dalam keadaan seperti ini Fayza tidak terlihat cemas. Ia balas menatap Arland dengan diam. Jarak wajah mereka sangat dekat. Mata Arland turun ke bibir merah Fayza. Ada perasaan rindu yang muncul. Arland mendekat dan ingin mencium nya tapi Fayza menghindar yang kena hanya pipi nya.

" Kenapa? " Tanya Arland lalu menarik badan nya

Fayza mengatur posisi duduk nya dengan tenang.

Arland menggosok hidung nya ada amukan emosi yang masih bersemayam dikepala nya.

" Sebenarnya ada apa? Kemana saja kamu 4 hari ini. Hilang tidak ada kabar dan susah di hubungi? "

" Aku sakit! Magh ku kambuh" Jawab Fayza membuat Arland terperangah. Bahkan ia merasa di tampar saat ini. Ia sibuk memikirkan dirinya sendiri dan tidak kepikiran kalau Fayza sedang sakit. Ini kesan nya ia sangat tidak memperdulikan Fayza.

" Sakit? Kamu ga bilang? " Suara Arland merendah darah di wajah nya seolah kembali memutih Ada rasa bersalah nya disana. Fayza memang sakit. Magh nya kambuh dan pemicu stress berat membuat sakitnya tambah parah. Ditambah itu sebagai alasan ia bisa beristirahat dirumah melupakan rasa sakit hati nya.

Fayza hanya melihat Arland tanpa ekpresi bahkan yang ia lihat pria didepan nya ini memang tidak memperdulikan nya. Kalau dia peduli ia pasti akan berusaha mencari tahu kemana ia berada. Tapi selama 4 hari Arland tidak muncul. Tapi memang ia berharap begitu agar ia semakin jelas untuk melepas hubungan yang tidak jelas nya dengan Arland.

" Apakah sekarang masih sakit?? "

Arland mendelik dan mendekat tapi Fayza bergeser.

" Aku baik baik saja" Jawab nya singkat lalu Ia berdiri.

" Maaf sudah tidak bekerja! Aku akan menyelesaikan pekerjaan yang tertinggal" Kata nya sambil menunduk lalu beranjak dari sana.

Fayza sudah menganggap tidak ada yang harus di bicarakan lagi. Ia disana hanya untuk bekerja dan mungkin hanya akan beberapa hari. Ada pekerjaan yang ingin ia selesaikan dulu sebelum benar benar keluar dari sana. Termasuk hubungan nya dengan Arland.

Menuntut penjelasan pun Arland merasa percuma walau ia merasa ada yang janggal dengan sikap Fayza apalagi dengan alasan wanita itu sakit. Ia tentu merasa sangat salah disini.

Dan itu mengganggu konsentrasi nya. Ia menunggu jam makan siang mungkin itu bisa membantu memperbaiki kesalahan nya.

" Pesan kan makan siang untuk ku dan Fayza" Pinta Arland pada Erwin dengan interkom.

" Baik pak"

Arland melirik jam tangan nya sudah setengah 12 siang.

Ia pun kembali menghubungi nomor Fayza. Tapi telepon itu sedang sibuk.

Ia menunggu 5 menit dan menelepon lagi. Tapi masih sibuk.

" Ayolah.. Kamu sedang bicara dengan siapa? " Dengus pria ini mengusap dagu nya dengan kasar.

Ia lalu mendapat chat group dari 3 sekawan nya.

Fandi mengirim foto cewek bugil. Seorang model dengan gaya sensual.

Itu adalah rekomendasi cewek yang biasa nya mereka bawa untuk menemani kumpul-kumpul seperti biasanya.

" Kecil.. Yang gedean Fan" Balas Dicky.

" Itu sudah gede. Model majalah panas nih. Siapa yang mau.. Gue siapin buat akhir pekan! Mumpung bini gue keluar kota" Sahut Fandi.

" Threesome ya.. " Balas Dicky dengan emoji bentuk buah terong ungu.

Di layar ada Chris yang mulai mengetik ia lalu mengirimi 5 cewek bule dengan foto sensual.

Fandi dan Dicky saling rebutan membalas chat.

" Gue mau tuh yang blonde.. Nyoba yang gelap cuy..

" Arland mana nih. Biasanya paling suka yang bule... " Balas Dicky lagi.

" Halah.. Paling an dia lagi blow job dengan yang kemaren siapa itu.. Mantan artis.. "-Fandi

" Gladys " Ketik Chris.

Lalu mereka tertawa dan masih memanggil manggil nama Arland yang hanya membaca isi chat teman teman gila nya itu.

Ia lalu beralih halaman dan menekan video call untuk Fayza.

Dan telepon masih sibuk.

" Aaah. Gila!!! " Dengus nya mau main banting smartphone nya itu ke lantai.

" Nola! Panggil Mba Fayza suruh ke ruangan ku segera!! " Perintah Arland dengan kesal dan membanting pesawat telepon nya.

Tak lama kemudian Nola menelepon.

" Maaf Pak. Kata Diba Mba Fay sedang keluar makan siang"  Ucap Nola dan Arland langsung menutup nya. Sampai gadis itu berjingkit kaget.

Didalam sana Arland serasa terbakar. Ia bahkan sudah pesan tempat untuk makan siang lalu Fay sedang makan siang keluar. Fay sangat jarang makan siang keluar. Kalau tidak dengan nya ia hanya akan makan di kantin perusahaan itu pun sangat jarang. Wanita itu lebih suka minta belikan Diba makanan dan makan di ruangan nya.

Jadi dia makan siang dengan siapa???

Telepon nya berbunyi lagi. Ada nama Gladys disana.

" Ya ada apa? " Tanya nya ketus

" Untuk merayakan keberhasilan tim. Devisi ingin kamu juga ikut makan siang. Pak Arland bersedia kan?? " Kata Gladys disana yang saat itu sengaja speaker ponsel nya dengan dikelilingi rekan devisinya. Mereka semua tampak mengharap pemimpin mereka yang menawan itu mau ikut. Dan membujuk Gladys untuk mengajak atasan mereka agar bersedia. Apalagi rumor yang beredar kedekatan Gladys dan Arland sudah kemana mana.

" Aku sibuk! Kalian saja" Sahut Arland disana diluar ekpentasi Gladys yang wajah nya seolah di tabok dengan tinju. Biasanya Arland akan menurut apalagi kalau ia yang meminta. Tapi kali ini semua nya serasa membuat nama tercoreng apalagi bahasa Arland yang dingin.

" Aah baik Pak" Dengan malu Gladys menutup telepon. Wajah kekecewaan terlihat di rekan rekan nya yang rata rata fans akut Arland.

" Dia memang lagi kurang sehat! Barangkali kita salah waktu" Kata Gladys menutupi rasa malunya. walau hati nya terasa kesal.

Disisi lain Fayza memang sedang keluar makan siang dengan Vian. Sepupu nya itu tau tau sudah berada di depan kantor dan mau tau mau Fayza keluar walau sebenarnya ia merasa enggan keluar. Apalagi pekerjaan yang menumpuk. 4 hari ditinggal banyak laporan  masuk dari pabrik juga gudang gudang.

" Makan yang banyak. Ini sangat bagus untuk kesehatan kamu" Vian menumpah isi capcay nya ke piring Fayza yang isinya hanya nasi dan ayam goreng.

" Aku ga suka wortel.., kol nya juga. Apalagi sawi..

Vian terperangah dengan sayur sayur yang di sumpit Fayza disisihkan dipinggiran piring. Padahal isi sayuran nya itu semua.

" Masih belum berubah! Padahal ini sangat perlu untuk perut kamu Fay..

" Magh aku sudah tidak apa apa! Aku ga suka sayur. Titik! " Seru Fayza ngotot.

Vian menyebik tapi ia mengalah dan juga tersenyum sedikit banyak ia dan Fayza sudah mulai dekat lagi.

" Oh kalau gitu. Ayam ini untuk aku" Vian lalu mencomot ayam milik Fay dan langsung menggigit nya. Fayza memekik tapi sepupu edan nya ini malah langsung mehabiskan nya. Ia meringis kesal.

" Kalau dihabiskan lauk aku apa dong. Jahat banged sih..

Sungut Fay jadi tidak berselera makan.

Vian tersenyum ia lalu menjentikan jari dan seorang pelayan muncul dengan penutup saji.

" Bebek ! Aku tau kamu masih suka makan bebek kan. Bebek disini kata Bobby terenak"

Mata Fayza berbinar melihat dalam tutup saji itu ada bebek yang mengkilat dengan sudah di potong kecil-kecil. Selera nya langsung meningkat.

" Selamat menikmati Nona dan Tuan.. " Kata waitress ini dan berlalu.

ss

" Makan yang banyak. Jangan sakit lagi Fay.... " Kata Vian mengingatkan ia juga masih sempat melihat Fayza dengan tatapan memuja.

" Terus sehat biar anak kita juga sehat" Sambung nya dalam hati dan tersenyum sendiri.

*

Arland sengaja duduk di lobby kantor bahkan itu membuat karyawan nya disana pura pura khusyuk bekerja padahal mereka sambil mencari tahu perihal pemimpin mereka itu ada disana. Tidak ada hujan tidak ada angin. Dan itu lagi lagi membuat gosip Pak Arland yang di bilang Gladys sedang kurang sehat terbantah kan toh pria itu terlihat segar bugar walau auranya tampak minus.

Erwin bilang kalau Security disana mengatakan Fayza pergi dengan mobil lambo kuning. Ia penasaran Fay-nya sedang makan siang dengan siapa.

Hingga seperti ada kilatan cahaya berwarna kuning berhenti disana. Ia pun segera berdiri lalu memuju jendela besar. Disana terlihat Fayza sedang keluar dari mobil mewah itu. Bahkan ia menunduk berusaha melihat siapa pengemudinya. Tapi jelas tak terlihat wong kaca nya gelap.

Fayza berjalan dengan mata lurus kemudian ia berhenti ia merogoh ponsel nya.

Dan mengangkat telepon nya. Dari tadi Tasya menghubungi nya hanya untuk minta di bantu mengerjakan tugas kampus nya. Padahal sudah ia berikan jawaban nya tapi anak itu sekarang kembali memanggil.

" Ya Tasya!!

" Kakaaaaak" Teriak Tasya disana.

" Kak... Jurnal nya ga seimbang... Hiks.. Gimana ini ka.. Ntar sore di kumpul.. " Rengek anak itu dengan suara mendayu-dayu.

" Ya sudah. Kirim soal nya. Nanti aku kerjakan " Jawab Fayza jengah. Kalau terus sambil memberi bimbingan belajar pada Tasya bisa bisa pekerjaan nya juga terlantar  dan untuk sekali ini saja ia membantu menjawabkan tugas Tasya.

Dengan girang Tasya teriak teriak disana.

" Siap dosen cantiiik... Tasya fotoin sekarang..

Fayza segera mematikan telepon dan kembali berjalan masuk kedalam. Tidak kakak tidak adik sama sama merepotkan nya. Dengus nya.

Saat berada di Lobby ia melihat Arland seperti baru keluar dari Lift dan berjalan menuju pintu keluar sambil merapikan jas nya. Ia pun dengan santai lurus kedepan bersisian dengan Arland di kantor seperti orang asing memang sudah biasa. Disana Arland melengkungkan senyum nya dan hendak buka suara tapi Fayza malah mengalihkan mata kelain ia merogoh ponsel nya sambil berjalan.

Kentara sekali pria itu diabaikan. Bahkan ia sengaja berjalan menuju depan lift saat Fayza masuk. Ia tak mau kelihatan sedang menunggu nya. Gensi nya masih berada di ubun ubun kalau masalah beginian.

Dan itu tak luput dari mata mata penggosip disana yang sudah melihat gelagat boss mereka yang dari menunggu. Heboh sendiri di depan jendela lalu lari cepat cepat kedepan lift dan berjalan dengan normal hingga mau menyapa Fayza. Bahkan mereka masih tidak menyangka Boss nya begitu kepada Fayza. Devisi Keuangan yang jutek nya ga ketolongan.

" Hallo. Ya ada apa lagi? Sahut Fayza yang lagi lagi menerima telepon dari Tasya.

Tiba tiba tangan nya tertarik ke belakang. Fayza kaget tambah kaget lagi yang melakukan nya Arland.

Tau tau ponsel itu ia ambil dan melihat nama penelepon disana. Nama Tasya ia tampak lega tapi juga langsung mematikan telepon itu. Lalu memeriksa semua panggilan disana. Nama Tasya terus ada dan juga ada nama Vian tersemat. Tak ada nama lain yang asing disana akhir akhir ini walah ada nama baru tapi itu sudah panggilan lama.

" Maaf ada apa ya Pak. Kenapa ponsel saya di rampas? " Kalimat itu keluar dari mulut Fayza. Bahkan ia menggunakan bahasa formal. Dan Arland sadar ia sedang jadi tontonan karyawan nya.

" Tidak ada! Ini aku kembalikan" Katanya lalu meletakkan ponsel itu ke tangan empunya.

Fayza mengambil nya lalu segera pergi begitu saja. Sekali lagi Arland merasa bego disana.

Ia lalu mengikuti arah kepergian Fayza. Dan disana langsung gempar sejagat alam raya. Tentu saja pecinta ghibah sangat menyukai hubungan boss Arland dengan seseorang yang menurut mereka bukan kandidat yang layak.

Arland masuk sebelum lift kembali tertutup.

Fayza mundur beberapa langkah. Ia sendiri merasa was was kalau berduan saja dengan Arland. Takut pria itu menyentuh nya seperti yang sudah sudah.

" Apa kamu habis makan siang? " Tanya Arland disana.

Wanita itu mengangguk.

" Dengan?? "

" Vian!! "

" Melviano?? "

Fayza mengangguk. Ia agak aneh kalau Vian disebut Melviano.

Arland mendengus. Ia mau marah tapi marah karena apa. Yang menelepon Fayza juga Tasya dan yang pergi dengan Fayza juga sepupunya. Rasanya ia lelah sendiri dengan kecemasan yang tidak mendasar.

" Aku bahkan sudah memesan tempat makan siang! Tapi yasudah lah.. Kamu sangat susah di hubungi.. " Pria itu seolah mengeluh dengan yang ia rasakan.

Ting.

Lift terbuka.

Didepan sana ada Gladys yang hendak masuk.

Tatapan Fayza terhenti disana.