Author Pov.
Papa.. Gimana nih ngomong ke Fay.. Papa aja ya. Dia kan lebih suka dengerin Papa ketimbang Ibuk...
Ibuk alias Liana mendekati suami nya yang baru saja keluar dari halaman belakang habis bersihin semak belukar.
" Ngomong apa sih buk" Tanya pria dengan kumis tipis itu sambil membenarkan sarung di pinggng nyalalu menuju wastafel dapur untuk cuci tangan.
" Lho.. Papa ini gimana sih. Itu lho pak. Keponakan nya Pak Pak Haji Yusuf. Katanya demen sama anak kita...! Ibuk dengar dia itu pria baik baik lho pa.. " Kata Liana sambil mengadon cokelat putih.
" Emang Fayza mau sama Duda! "
" Ihk.. Habis nya sama siapa dong pa. Duda kan ga papa belom ada anak juga kan! Ganteng juga dan si Fay Udah 25 umur nya pa.. ibuk malu kalau ke arisan komplek ditanyain mulu sama ibu-ibu sini. Kapan mantuan.. Iiih anak ibu Hana baru lulus sekolah udah married.. Itu aja awal depan anak nya Jeng Siska juga mau merried.. Nah anak kita kapan... Bawa pria aja engga pernah.. Buruan deh Bapak kenalin sama keponakan nya Pak Yusuf itu. Siapa tau berjodoh kan.. "
Kata Liana panjang lebar.
Papa Farid. Mengeringkan tangan dengan lap kering nya disana. " Nanti Papa ngomong!! "
" Hmm gitu dong.. Nah nah.. Itu anak nya datang. Ibuk mau siapin dia teh hanget dulu ya pa. Papa buruan samperin. Nanti dia malah ilang kemana ato ngurung kamar kan jadwal nya ga nentu gitu " Liana dengan cepat mematikan api kompor.
" Srii.. Sriiii"
Teriak nya disana sambil berlari ke jendela. Jendela itu nembus langsung ke toko roti nya.
" Buruan sini. Adukin bentar cokelat Ibuk. "
" Iyaa buk" Teriak Sri dari sana.
Farid hanya geleng geleng kepala saja. Ia lalu melangkah keluar dapur. Disana Fayza baru saja mendorong pintu dn mengucapkan salam. Wajah nya terlihat lelah sekali tapi memang kalau pulang wajah Fayza selalu gitu. Kalau ga wajah lelah. Kuyu dan itu hanya akhir akhir ini. Biasanya masih bisa ngeliat orang dengan benar. Ga sekarang tatapan mata nya kosong.
" Eh.. Fayza. Udah datang. "
Kata Farid basa basi.
" Wah kebetulan. Ibuk bikin teh 2 nih.. Kamu pasti capek kan sayang.. " Liana lalu nongol dengan 2 cangkir teh di atas baki.
" Ga juga buk. Nanti malan mau nyari kado sama Vian. Fayza mau mandi dulu ya.. " Kata anak itu sambil menyeret kaki nya ke arah berlawanan.
" Papa mau ngomong bentar Fay"
Farid menyela dan anak itu mau tak mau berbalik. Fayza sangat hormat dengan orang tua nya apalagi dengan Papa nya yang juga kadang irit bicara.
Liana tersenyum lebar. Ia lalu segera berlenggang lenggok menuju ruang keluarga dengan hati gembira.
Liana ikut duduk di pojok sebelahan sama Farid yang tampak membusungkan dadanya. Sedikit gugup soal nya ekpresi Fayza yang kurang semangat begitu.
" Fay.. Kamu punya pacar? "
Mendengar itu Fayza kaget. Ia lalu menggeleng lambat.
" Gebetan gebetan.. " Cecar Liana dengan kecepatan extra. Sampai di pelototin Farid, Liana baru mingkem.
Fayza meliht kedua orang tua nya silih berganti. Sangat jarang Papa nya membahas pria berlebel pacar padanya. Terkecuali Ibuk yang dari dulu selalu menanyakan, apa ia punya teman dekat cowok? Yang suka lalu pacar! Ia punya firasat ini ada hubungan nya sama Ibuk yang selalu merong rong nya untuk segera punya pacar dan di halalin dengan cepat.
Ia lalu menggeleng dan mengambil secangkir teh disana sedikit banyak air hangat itu membuat nya sedikit tenang.
" Papa punya teman. Keponakan nya Pak Yusuf. Kamu ingat ga waktu kecil kamu pernah Papa ajak ke Malang disana ada kebun bunga kan. Nah itu milik Istri nya Pak Yusuf. "
" Itu lho Fay. Yang kamu pernah nyebur di danau adakan.. Ingat ga.. Lalu ibuk nangis kencang.. " Sela Liana masih tidak sabaran.
Fayza tentu ingat. Waktu itu kelas 6 SD. Ia dan kerluarga pernah ke Malang ke rumah Nenek, ibu nya Ibuk. Dan diajak Papa ke rumah teman nya yang banyak bunga nya. Kebun bunga yang cantik dari situ ia mulai menyukai bunga.
" Terus yang nyebur bantu kamu itu.. Keponakan nya Pak Yusuf. Ingat ga.. Nama nya.. Nama nya siapa Pa.. Ibuk lupa..
Farid geleng geleng lagi. Istri nya ini sangat antusias tapi pelupa.
" Gavin"
Mendengar nama Gavin Fayza malah ingat Gavin yang itu.
Ia pikir mungkin nama nya saja sama. Hanya saja firasat nya rada beda.
" Aah iya Ibuk ingat nya pemain india itu Govinda. Haaaa"
" Kenapa sama Gavin. Pa? Tanya Fayza tidak mengubris tawa Liana yang ngakak sendiri.
" Dia pernah liat kamu! Dan nanyain aja.. "
" Dia naksir kamu Fay " Serbu Liana lagi dengan cengiran lebar.
" Dia ganteng Fay.. Mirip Papa masih muda. Tapi ini dia hot banged. "
Farid langsung mendehem dan melotot pada Liana.
" Papa juga Hot. Ciyee papa cembukur... " Liana mengedepin mata ganjen nya pada Farid yang hanya minkem menjaga wibawa nya.
" Kamu mau kenalan dulu sama Gavin? Dia pria baik Fayza! Tapi dia pernah menikah dan istri nya sudah meninggal, apa kamu mau? "
Fayza melihat kearah orang tua nya lagi. Dan menarik nafas.
" Ya saya bersedia pa"
Liana langsung heboh bersorak girang. Padahal dia sering banged jodohin anak nya dengan anak anak teman nya tapi ga ada yang mau di gubris Fayza. Lalu ini sekali Papa nya meminta putri nya itu langsung nurut. Ga adil emang tapi Liana tetap bersyukur. Mumpung puteri nya mau ya ga!!
*
*
Vian melihat wajah berseri Liana yang selalu senyum senyum sendiri.
" Hmm ibuk kok senyum senyum sendiri sih? Ada apa? " Tanya nya penasaran.
Liana mendongak dan tertawa kecil " Ga papa... Nanti kamu tunggu kabar baik nya aja ya... "
" Kabar baik apa? Ibuk isi lagi? " Pekik Vian heboh.
Membuat Liana langsung menganga. " Bukan.. Isi bagemane udah tuir begini.. Kamu ini ada ada saja" Ringis Liana menyebik bibirnya.
" Mending nimang cucu dari pada ngecilin lagi Vian!! "
" Bener banged tuh Buk. Bentar lagi juga Ibuk jadi nene kan.. "
Liana melirik dan bingung dengan perkataan Vian. " Nene? Siapa?
Vian langsung nyengir " Ya Fay kan nanti juga akan ngelahirin Buk. Ya jelas Ibuk jadi Nene.. Masa mau jadi Om nya sih "
Liana yang mikir nya lurus aja ga curiga dengan arti perkataan Vian. Ia malah kepikiran dengan comblangan nya Fay dan Gavin. " Ah kamu bener banged!! Ibuk akan jadi nene.. Aduduh jadi ga sabaaar...
Vian melirik sambil tersenyum lebar " Iya dong.. Anak Melviano Andhika Alvaro akan nongol tahun ini" Cicit nya dalam hati.
Senyum nya kembali lebar setelah melihat Ibuk disana juga sedang berfantasi oleh pikiran nya sendiri.
Tak lama kemudian Fayza nongol. Ia sudah siap dengan Dress selutut dan tas kecil di bahu nya. Kesan nya sederhana tapi Fayza tetap terlihat Istimewa dengan pakaian sederhana itu dimata Vian tentu nya.
" Ibuk. Kami pergi dulu ya" Pamit Fayza sambil bersalaman dengan Ibuk nya.
" Iya sayang. Hati hati"
Fayza mengangguk di susul Vian dengan ngikutin cara Fayza.
" Tenang aja Buk. Vian yang jaga Fayza sampai jadi kakek nenek"
" Haha apaan sih kamu Vian! Udah sana pergi kalian.. Jangan lupa beli Make Up yang banyak ya Fay... Nanti ibu ajariin" Teriak Liana lagi dengan hati masih berbunga bunga.
" Make up buat apaan? " Tanya Vian memang kepoan.
" Ga ada! Udah yuk"
Vian melihat lagi kearah Ibuk yang nyanyi lagu sinchan dengan dengan girang. Ia jadi tambah penasaran. Tapi terpaksa menelan rasa penasaran nya dengan fokus pada Fay sekarang.
" Senayan apa GI?
Tanya Vian sambil menyalakan mesin mobil.
" GI aja! Aku mau nyari sesuatu juga disana "
" Siap! Okey Tuan Puteri.. " Cuit Vian dengan antusias. Biasa Vian akan heboh dalam situasi apapun.
" Kapan kamu Risgn Fay? " Tanya Vian saat di jalan.
Anak itu seperti nya melamun dan harus di ulang lagi pertanyaan nya.
" Risgn gih buruan lebih baik kamu jauh dari Arland!! "
" Ya.. Aku tau" Sahut Fay lalu melihat ke jendela lagi ada titik titik air alis hari gerimis matanya berfokus melihat kejernihan air yang kecil itu.
" Kamu sama dia udah selesai kan?? "
Fay sebenarnya malas membahas nama Arland apalagi siang itu Arland menyakiti nya bukan hanya dari perkataan tapi juga sikap. Ia memaksa nya berciuman dan menaikan rok nya. Untung pria baj*ngan itu tidak meneruskannya kalau tidak ia pasti akan melaporkan ke polisi.
" Ya...
Vian menggaruk kepala nya. Ini mood yang sudah kalau wanita ini sudah mulai pelit dengan jawaban. Tapi ia senang kalau jawaban nya sudah Ya.
Mereka sampai di Mall itu dan berkeliling mencari kado buat perkawinan sahabat Vian sewaktu Smu itu.
Fayza memilih membeli BadCover karena itu pasti kepakai.
" Ini bagus ga Fay? "
Vian memilih sprey disana.
Fayza mendekat dan yang pertama ia lihat adalah nominal nya. Nol nya ada 6. Mata nya melejit.
" Bagus tapi kemahalan. Ibuk bisa beli selusin kalau harga segitu " Katanya disana.
" Ya ga papa! Aku ambil ya. Kamu suka ga motif nya? "
Fayza melihat lagi desain di cover nya. Simple dan elegan.
" Suka!
Vian lalu menaroh nya di keranjang.
Ia lalu menuju ke yang lain lagi.
" Fay..sini.. Deh..
Fayza yang sudah berjalan duluan paksa muter lagi.
Vian berdiri didepan Ranjang besar yang harga nya juga sangat mahal.
" Ada yang kamu suka ngga? "
Tanya nya disana.
Fayza melihat beberpa model tempat tidur itu yang semua nya bagus dan tentu itu gaya Vian sekali. Kalau dia sih sederhana saja apalagi 2 angka disana harus di sunat.
" Ga ada" Sahut nya.
" Ah masa. Pilih 1 buat aku" Katanya disana.
" Terserah aja"
" Yang ini ya.. Ini besar ni. Kalau bawa 2 anak di tengah masih bisa kok" Cecar Vian dengan bayangan dikepalanya sudah ada 2 anak nya dari rahim Fayza.
Fayza yang ga mudeng iyain aja. Ia pikir itu buat Vian sama keluarga kecil nya. Ia jadi penasaran apa Vian mau menikah dalam waktu cepat. Ia juga belum menanyakan tentang pertunangan nya yang gagal. Dan juga belum menanyakan bagaimana dia disana. Fayza sadar terlalu sibuk dengan suasana hati nya yang belum sembuh dari Arland sampai lupa dengan Vian. Padahal ia sudah banyak menghibur nya.
" Lampu tidur nya cantik juga ni Fay. Kamu suka yang mana?? "
Fayza memilih dan mempertimbangkan. " Pojok!
" Ini??
"Ya! "
" Ok. Mbak ini juga" Kata Vian disana dengan Spg yang melayani.
Fayza berbalik dan mendorong keranjang disana. Sesaat yang muncul malah kenangan dulu saat memilih perabotan dengan Arland.
Suasana nya persis seperti sekarang. Ia diminta memilih yang mana saja dan semua nya dibeli Arland. Ada rasa sesak yang menghinggapi. Ternyata melupakan itu perlu proses.
Tangan nya di timpa dengan tangan lain membuat nya kaget ternyata itu tangan Vian. Pria dengan senyum sejuta umat ini mengambil alih keranjang dorong.
" Sudah selesai? "
" Belum sih. Nanti temenin lagi ya. Banyak banged yang dibeli...
Fayza mengangguk saja. Toh ia sih senang aja bantu sepupu nya ini membeli sesuatu.
" Ga beli sekalian? Disini"
Vian melirik jam tangan nya.
" Nanti aja nyicil waktu dulu" Sahutnya sambil mengedipkan mata. "Gimana kalau kita nonton?"
" Nonton?
"Iya tadi aku ada survey ada film rame. Dan aku juga udah beli tiket nya...
Taraaaaa
Seru Vian sambil memperlihatkan 2 tiket disana.
Jelas Fayza tidak bisa mengelak. Tapi apa yang bisa di elak kalau sama Vian.
" Kamu duduk disana dulu deh. Aku urus pembayaran dulu. Nanti kamu cape! Calon ibu ga boleh cape-cape"
Bahu nya langsung dipukuk Fayza. " Apa sih.. Calon ibu mulu!!! "
" Ga ada! Kan cewek single itu nanti jadi ibu! Udah sana..
Fayza mendengus ia lalu segera menuju kursi di depan pintu depan outlet khusus furniture ini. Sambil menunggu Vian disana selesai ia main game dulu. Ngulur waktu.
" Fayza..
Fayza menoleh dan kaget melihat pria tegap didepan nya ini dengan anak kecil cewek.
" Mas Gavin.. "
Fayza segera berdiri untuk menyapa.
" Siapa dia om.. " Kata gadis kecil ini dengan polipop gede di tangan nya. Fayza memberikan senyum pada gadis itu. Gadis kecil ini sangat imut apalagi matanya seperti sepasang anggur.
" Dia dosen nya Om. Tante Fayza.. " Kata Gavin disana.
" Dosen itu apa Om. Pacar ya om? " Celetuk keponakan Gavin dengan polos nya sambil jilat jilat itu permen yang bentuk nya kayak lampu taman.
Gavin tampak salah tingkah" Bukan Ceca.. , dosen itu sama dengan seorang guru"
" Hah. Apa om masih sekolah? Idih tua kok masih sekolah."
Gavin dan Fayza hanya tertawa singkat mendengar celoteh gadis itu.. " Keponakan kamu ya Mas? "Tanya Fayza sambil mencubit pelan pipi gadis kecil itu.
" Iya nih. Minta ajakin mulu ngemall.. Oh ya. Kamu sama siapa? " Gavin celingak celinguk kekiri kekanan.
" Sepupu! Sekalian beli kado teman merried besok" Jawab Fayza sambil menepikan rambut nya ke samping.
" Ooh gitu. Hmm...
" Aduh Om.. Permen nya lengket "Rengek Gadis kecil itu menarik baju Gavin.
Disisi lain Vian melihat Fayza lagi dideketin pria sama anak kecil. Mata nya langsung was was.
" Mba buruan.. Bisa ngaak" Pinta nya terus mengawasi di sana. Cowok ganteng itu berbahaya kalau dekat dekat calon ibu anak anak nya selama Fayza belum jadi istri nya semua pria mana saja bisa Nyerobot. Apalagi yang berbau ganteng. Lalu ia melihat anak kecil disana dengan pria itu serta Fayza kenapa malah seperti 1 keluarga. Matanya nyaris copot melihat Fayza membungkuk dan membantu gadis itu mengeluarkan sesuatu dari dalam rongga mulutnya.
" Si siapa ya..!! " Dengus nya kesal.
" Saya Maimunah Mas"
Vian mendelik kearah kasir itu yang tersenyum lebar dengan mata kedip-kedip genit. Vian langsung ambigu.
" Yaa maimunah.. Gue ga nanya elo. Buruan buruan selesain" Cecar Vian mendengus.
Si mainunah manyun. Kecewa berat. Tapi tetap segera menyelesaikan belanjaaan Vian.
" Ini Mas. Terimkasih! Jangan lupa kem-" Dengan buru buru Vian mengambil kartu nya, si Maimunah sedih lagi melihat si mas ganteng ala oppa oppa itu memgabaikan nya.
Vian dengan cepat mendorong kareta belanja menuju kearah Fayza yang masih ditempelin pria plus anak itu.
" Fay.. Buruan yok. Film nya dah mau mulai" Vian yang nongol langsung melingkarkan tangan nya di bahu Fayza seolah memberitahu kedekatan Fay dengannya pada Gavin dan tidak lupa senyum datar Vian yang mencerminkan ia tak menyukai Gavin. Agar pria tegap dengan sejuta pesona itu harus mengerti ada lampu merah nya buat mendekati Fayza.
" Aah iya, mas Gavin. Permisi ya... Dadah Ceca.. " Kata Fayza lalu melambaikan tangan nya pada gadis berkuncir 2 itu.
Gavin menangkap tangan Vian yang nyander di bahu Fayza juga pria disana. Ia menilik pakaian Vian dengan menilai. Terkesan urakan tapi ia tau itu brand nya asli semua. Bibir nya tersenyum kecut.
" Baiklah" Sahut nya lalu membirakan wanita itu di bawa pergi sepupunya.
" Om om... Mba dosen nya cantik ya Om... " Kata Ceca dengan polos.
Gavin mengiyakan. " Ya.. Dia memang cantik juga baik"
*
*
*
" Selera kamu udah berubah Fay? Kamu suka yang udah punya anak? " Cecar Vian disana dengan wajah tidak ramah.
" Apa an Vi? Selera apa? " Tanya Fayza pura pura tidak paham.
" Selera makan! Ya selera cowok lah. Itu tadi? Anak nya kan? "
" Oh Mas Gavin. Itu keponakan nya. Dia pernah ikut kelas di kampus"
" Mas Gavin? Govinda? "
Fayza tertawa kecil mendengarnya. " Gavin. Vian. Bukan Govinda"
" Ya kali.. Pemain india nyasar. Tapi kok murid dama dosen bisa dekat?? Kamu ga naksir dia kan Fay?? " Vian terus mengejar aksi demo nya dengan trik nya sendiri.
" Emang kalau naksir kenapa? " Sahut nya enteng lalu melangkah duluan saat antrian didepan sana udah selesai. Padahal Fayza cuman bercanda. Tapi yang ngomong nya orang kaku jadi yang dengar kayak serius.
" Pop corn caramel 2, kamu minum apa Vi?
" Ga ada. Minta punya mu saja" Sahut Vian dengan wajah sudah kusut.
Fayza memesan 1 minuman dingin.
Selama film berlangsung Vian jadi aneh. Banyak diam padahal ia yang merekomendasikan film itu. Fayza sendiri kalau nonton film tak terlalu heboh. Diam aja tanpa ekpresi, Padahal film disana ada sesi humor nya juga. Dan ia hanya membuka bibir sedikit.
1 jam setengah film baru bubar.
" Seru ya.. Vi...
" Hmm ya seru.. " Sahut Vian dingin membuat Fayza jadi aneh sendiri. Tapi ia tak tanya lebih dan tambah aneh lagi sewaktu di jalan biasanya Vian suka berkicau atau menyanyi nyanyi asal. Kalau ia diam tentu suasana juga jadk kayak kuburan. Tapi Fayza penasaran juga kenapa Vian muka nya bete.
" Kamu ingat mantan tunangan kamu ya Vi? "
" Mantan? "
" Kirain! Habis kok muka nya cemberut?
" Siapa?
Fayza mendelik kearah Vian.
" Aku! Engga ko! Lagi PMS aja. "
" Pms? Ihk kok bisa. Kamu belok ya Vi? "
" Iya belok kalau lagi lembek bisa di belokin ke kisi ke kanan di uyel uyel kayak slime juga bisa beda kalo keras minta nya masuk dalem dalem durasi nya lama"
Mendengar itu Fayza langsung diam lalu langsung memukul bahu Vian keras keras.
" Vi.. Mulut nya mesum banged sih"
Vian hanya ngakak sendiri. Bete nya sudah pudar dengan sendiri nya. Toh ia mikir kalau Fayza udah "dung" cowok mana pun bakal pergi dengan sendirinya. Dia tetap akan jadi "the winner"
" Eh kita kemana ni?? "
Fayza kaget mobil masuk kedalam sebuah gerbang gede seperti sebuah perumahan elite.
" Mampir bentar kerumah calon keluarga kecil ku" Sahut Vian anteng.
Fayza hanya manggut manggut sambil melihat rumah rumah bertingkat disana yang sangat mewah. Ia berpikir apakah nanti juga bisa membeli 1 rumah seperti itu. Seperti nya ia harus menabung 10 tahun dulu baru bisa bayar depan nya dulu.
Kemudian mobil kuning itu berhenti didepan sebuah rumah tingkat dua yang sama bentuk bangunan nya dengan yang ada di sekitar sana. Hanya saja ini halaman nya lebih minimalis.
" Rumah kamu ya Vi? " Tanya Fayza sekali lagi.
" Hmm ya.. Jangan bilang ke tante Lily. Ntar dia bawel" Sahut Vian sambil keluar dari sana.
Fayza sih ga pernah ngomong kemana mana. Ngomong ini itu saja ia hemat.
Vian sendiri melihat bangunan didepan sana dengan berbinar. Itu rumah sudah setahun yang lalu ia beli tapi belum di huni. Kerjaan nya masih banyak di Jerman jadi baru sekarang ia bisa mampir.
" Gimana nurut loe. Kalau anak ku 10 cukup ga ya?? " Koar nya kembali dengan imajinasi tingkat tinggi nya
" Lebih dari cukup! Emang kamu mau banyak anak? "
Vian mengulurkan tangan nya. Ia minta disambut membuat Fayza bengong. Gugup menguasai nya. Sepupu nya ini sering banged membuat nya aneh dan gugup tak beralasan. Tapi kalau di tolok tangan nya ia juga takut Vian tersinggung. Tangan itu ia sambut dengan sedikit aneh.
Dengan sumringah Vian menggenggam tangan Fayza dan memasukan nya kedalam saku jaket nya.
" Kamu sendiri mau nya anak berapa? " Ia malah balik bertanya.
" Hmm anak?, aku ga tau! Belum mikir" Sahut Fayza yang setengah di landa gugup.
Vian lalu membawa Fayza masuk kedalam sana. Menyalakan lampu dan tampak ruangan besar dengan bilik bilik yang masih kosong melompong walau sebagian ada sofa tapi masih banyak kosong dan tertutup kain putih.
" Jadi dulu kalau ke Jakarta tidur nya disini? "
Tanya Fayza sambil menarik tangan nya tapi malah ditahan Vian.
" Engga lah. Emang siapa mau tidur sendirian di rumah gede ini. Aku biasa Nginap di hotel kan lebih nyaman semua serba disediakan"
Fayza hanya beroh ria. Dalam hati nya orang kaya memang susah di lawan.
" Kapan kamu akan menikah Vi? " Tanya Fayza lagi.
" Kamu mau nya kapan? " Tanya Vian balik.