Chapter 3 - Tiga

Jeda panjang aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat.

Apakah benar dia Vian?

Bocah bandel, cabul, dan buntet kok bisa jadi begini. Apa dia operasi di luar sana???

Aku begitu takjub sampai ga sadar kedua pipi ku di tangkup dan tiba-tiba bibir ku di cium.

Hanya beberapa detik bibir ku dilepas aku yang masih kagok bengong cengo kayak orang bego.

" Ya ampun. Fayza.. Ngebet banged loe kangen sama gueee" Ucap nya lalu tertawa lebar.

Hah

Aku masih cengo.. Dan tambah heran dengan perlakuan barusan, segera ku hapus jejak bibir nya disana.

Aku merasa dibelakang ada orang dan benar saja ada Om Andhika, Tante Lily dan Tasya

Mereka pasti salah paham.

Tubuh ku langsung kaku dan keliatan kikuk banged. Bahkan aku bingung harus menjelaskan apa.

" Dengar Fayza. Kita tuh sodara ga mungkin banged kalau kita itu ada hubungan...

Umbar pria ini lagi. Intonasi nya terdengar sedih.

Apa maksud nya ya ampun.. Apa dia sedang bikin fitnah sekarang!!!

" Ga ga ga itu ga bener.. Aduuh Om.. Tante..

Aku panik dan tidak tau harus ngomong apa. Rasanya jadi aneh juga ga bisa kontrol diri. Aku kelabakan sendiri. Image ku di mata Om dan tante tentu pasti buruk. Aku harus bagaimana.

" Dia yang cium saya duluan.. Sumpah Om.. Aah ini ga benar kok. Aduuuh plis kalian tau Fayza kan..

Kulihat Tante Lily, Om Andhika dan Tasya hanya nyengir. Mareka malah menahan tawa. Apa yang lucu. Apakah aku terlihat lucu basah begini lalu di fitnah sama pria yang sudah bermetamorfosis menjadi laki laki ini.

" Huu huu aku baru kali ini liat ka Fay panik gini. Hhhaa lucu banged. Biasanya wajah nya killer gitu... " Dan aku sadar aku kena prank kali ini.

" Benar banged. Fayza kan cuman bisa manggut, geleng atau paling panjang iya dan engga" Sambung Om Andhika sambil ketawa. Makin kompak dengan puteri nya yang ketawa nya sudah menyerupai kunti.

Rasanya kuping ku ikut memanas. Perasaan Om Andhika terlalu berlebihan. Aku tidak segitu nya juga. Masih bisa bicara panjang panjang ya itu kalau diperlukan.

Kulihat mereka dengan jengkel. Apalagi dengan sipelaku yang hanya melebarkan senyum sumringah nya. Ia lalu bersiul seolah yang baru ia lakukan sudah sangat wajar. Apa dia kelamaan di luar negeri asal main ciplok. Ya ampun aku sampai sadar dia nyium nya di bibir.

Dengan kesal aku membalut tubuh ku sendiri dengan handuk lalu pergi meninggalkan mereka yang masih tertawa jenaka.

*

*

" Jangan ngambek sayang! Vian cuman bercanda!! " Kata tante Lily sambil membantu aku mengeringkan rambut dengan hairdryer pink milik Tasya. Lengkap dengan gemerincing gemerincing penambah polusi pendengaran. Ada ya hairdryer serempong itu. Di beri gemerincing dan tujuan nya sebagai apa???

Bercanda apanya. Dia asal nyobor bibir orang, dumel ku dalam hati, tapi ga enak juga ngatain langsung ke emak nya. Apalagi Tante Lily sangat mengelukan putera mahkotanya ini.

Aku hanya tersenyum pias sambil melihat pantulan kami berdua di cermin. saat ini kami sedang di kamar Tasya yang serba pink ini. Sampai semua make up nya berlapis pink plus Blink-blink.

" Nah begini cantik banged kan.. Fayza.. Tante....

Rambut ku di geraikan kekedua sisi kiri dan kanan. Aku sendiri hanya melihat sekilas wajah ku. Kalau begini kayak nya aku seuumuran dengan Tante Lily yang masih nyentrik banged. Tubuh nya masih profesional dengan wajah nya yang juga tak terlihat terlalu tua pada usia mendekati 50. Tante Lily lebih muda dari Mama yang berumur sudah 55 Tahun. Ditambah pembawaan nya yang sudah gaol dari masih berupa kecebong.

" Eh.. Kamu pasti belum makan kan sayang. Makan yuk. Tante tadi masak Rawon kesukaan Vian lho.. Kamu suka juga kan."

Aku mengangguk karena memang sangat lapar.

Aku digiring tante walau dress yang aku kenakan ini kekecilan tapi ini yang lebih klop di badan aku yang lebih tinggi dari Tasya.

Tante Lily tanya banyak. Mengenai kerja. Papa, mama dan Farrel dan aku seperti biasa menyahut nya dengan singkat tidak tau kenapa. Aku memang susah membawa diri apalagi kalau udah lama tidak ketemu begini.

Aku menuju meja makan keluarga yng seperti kerajaan ini.

Meja nya panjang dan lebar tapi anggota keluarga nya hanya mereka saja. Kecuali ada keluarga besar Tante Lily mungkin ruangan ini akan sangat ramai.

Kulihat Vian ada di salah satu kursi. Rasanya aku menjadi gugup. Apalagi prang yang ia lakukan tadi ada rasa kesal juga tidak terima. Walau sepupu! Dia ga lazim dia mencium ku di bibir. Di pipi kek. Dan apaan dia main cium segala! Kemana saja ia 7 tahun. Apa ia ingin pamer setelah berubah jadi pangeran. Aku jadi ingat kejadian tadi siang. Dia pasti mengenali ku. Dan malah tidak membantu ku. Rasanya wajah ku terbakar mengingat ini benar benar hari yang sial.

Di gampar orang, di cium tanpa permisi. Tapi tetap saja sedongkol apapun hari ini aku sangat enggan meluapkan nya dengan terbuka. Aku lebih bisa memendam nya saja toh kalau teriak marah-marah rasanya itu jauh dari jati diriku.

" Naah kita panasin bentar.."

Tante Lily menyalakan api di atas panci saji di tengah tengah meja.

" Kamu mau minum apa sayang? " Tanya Tante lagi, " Mau syrop grapefruit ga??

Aku mengangguk. Sekilas aku melirik kearah Vian yang ada di pojok sana. Ia sedang memakan es krim cokelat. Terlihat sangat santai sekali seolah tidak ada siapa siapa disana.

Sontak saat ia menoleh aku segera memindah mata ke lain.

Mbok Yetri yang sudah ikut keluarga ini sejak aku kecil menyuguhkan minuman berwarna ungu kemerahan.

Beliau juga membantu ku menghidangkan kuah Rawon.

" Saya saja mbok. Makasih ya" Aku mengambil alih dan menyendoki nasi untuk ku sendiri.

" Iya non.. Tapi Non minum wedang jahe ini ya habis makan. Tadi kan kelelep air. Takut nya masuk angin"

Kata mbok Yetri lalu memberikan segelas kecil minuman berwarn cokelat muda dan aroma jahe mencuat. Kepulan asap juga masih terlihat.

" Terimakah mbok" Kata ku sangat tersanjung.

Mbok Yetri mengangguk lalu berlalu.

" Eh. Kamu makan dulu ya sayang. Tante mau ke depan dulu!! Tadi sambil nonton drama korea sama Tasya. Nanti ketinggalan jauh.. " Kekeh Tante Lily. Aku hanya mengangguk dan mulai makan makan malam ku.

Rawon khas Tante Lily memang bikin kangen. Rasanya ada ciri khas tertentu dari masakan ini. Entah apa itu pokok nya aku suka masakan andalan tante Lily ini.

Aku kalau malam khusyuk banged. Menikmati setiap gigitan dan bumbu yang meresap saat lidah mengecap. Rasanya ada kebahagian tersendiri kalau mengenang masakan ini. Mengingat saat masa masa kecil dulu. Pernah aku malu minta tambah dan tau tau Vian mengantarkan kerumah sepanci penuh. Aku pikir itu suruhan tante Lily ternyata inisiatif dia sendiri. Walau Tante Lily ga marah ke aku dia marah ke Vian. Dan gebukin pantat bocah itu sampai dia ga bisa duduk 2 hari. Gimana ga marah. Ternyata Rawon itu buat acara arisan komplek ntar sore. Aku yang juga ga tau menahu hanya menerima saja beruntung masih ada sisa.

Mengingat itu jadi senyum senyum sendiri. Rasanya dulu waktu kecil tidak pernah tau bagaimana berat nya bekerja. Problem pekerjaan dan masalah masalah kehidupan lainnya.

Setelah makan rasanya ni perut sudah ga perih lagi. Aku baru sadar kalau ada manusia lain disana yang masih memakan es krim nya dengan santai sambil melihat ponsel nya. Seperti nya dia sedang nonton youtube terlihat serius begitu.

Padahal ini pertemuan kami sejak 7 tahun silam. Dan pertemuan perdana yang sudah bikin kikuk. Rasanya melihat orang yang berbeda serasa bukan Vian sepupu ku yang dulu dalam versi metamorfosa dia yang sekarang.

Dia juga terlihat sibuk. Ya sudah aku yang juga tidak pandai berbasa basi hanya diam saja sambil mengesap wedang jahe buatan Mbok Yetri.

Dari ekor mata aku lihat Vian berdiri. Lalu ia keluar dari ruang meja makan ini. Dan entah kenapa aku menghela nafas. Rasanya aku bisa bernafas lega. Sungguh situasi yang canggung banged.

Selesai makan aku terbiasa mencuci sendiri apa yang aku pakai meski selalu dilarang tapi ini sudah mendarah daging dari ajaran Mama.

Selesai mencuci aku menuju ruang keluarga. Disana terdengar tawa dua Ibu dan Anak yang sedang rame rame nonton drama korea.

" Eh.. Kakak.. Mau kemana...

Tasya berhenti menjejal mulutnya dengan kripik singkong kemasan.

Tante Lily juga ikutan menjeda film yang mereka tonton. Mereka melihat ku dengan serius.

" Mau pulang" Jawab ku memang benar apa adanya. Sudah jam 10 lewat. Aku bahkan tidak ada menghubungi orang rumah. Takutnya mereka mencari ku.

" Pulang ka. Waduh kan baru selesai makan. Masa pulang sih. Kayak kondangan aja habis makan pulang. " Kata Tasya kena banged. Kalau dipikir emang benar aku kayak numpang makan habis itu go home.

" Iya nih. Sini dulu.. Nginap aja ya Beb.. Kan lama kita ga maskeran bertiga beb" Kata Tante Lily lalu main seret dan mengapit ku ditengah.

Tasya manggut manggut memberikan suara untuk ide Mama nya.

" Tapi...

" Ga ada tapi tapian. Kamu harus nginap ya. Kita bobo bertiga. Tante juga kangen sama kamu kan..

Tante Lily kembali memeluk ku dengan erat sampai nafas ku tercekik.

Tasya manggut manggut lagi dengan mulut penuh kripik dalam sana.

Aku ingin menyela tapi dua Ibu-anak ini masih tangguh menyela ku. Dan mau tidak mau aku mengiyakan.

Aku minjam ponsel Tante buat nelepon orang rumah untuk minta izin.

Dan malam ini malam yang panjang buat ku.

Seperti biasa kamar Tasya jadi sarang buat mereka mengosip. Dan yang di bahas adalah pemeran korea yang mereka tonton. Aku yang ga ngerti hanya manggut manggut saja. San dipaksa mengikuti alur kisah drama korea itu. Sekitar jam 12 mereka baru tepar kecapekan kebanyakan membahas drakor yang sampai sekaranga nama nya ketuker tuker.

Aku sebenarnya ngantuk hanya saja kalau ditempat baru rasanya ga semudah meniup balon yang bisa langsung gede. Perlu perawangan dulu mengelana kesana kemari. Kalau saja ada ponsel bisa bikin mata cepat lelah. Dan ini malah ga ada.

Tenggorokan ku rasanya kering. Aku keluar dari kamar Tasya. Menuju dapur.

Sebagian lampu disana sudah banyak di matikan hanya lampu sudut berwarna jingga menerangi. Tubuh mu meremang dengan cepat aku menuju dapur.

Kulkas dua pintu jadi tujuan ku dengan cepat ku raih pintunya. Dan meneguk air dingin yang segera membuat kerongkongan ini lebih dingin.

Saat menutup pintu aku kaget tiba tiba ada orang berdiri disana dengan mata menyipit. Seperti sedang menciduk penjahat saja.

Tapi kesan nya seolah melindur.

Aku agak mengenali nya. Dia Vian

Apa dia tidur sambil jalan. Kemudian mata nya terbuka bikin aku nyaris menggugurkan gelas ditangan. Kenapa dia bertingkah seperti itu bikin kaget.

Lalu aku tersenyum kikuk dan segera berbalik untuk mencuci gelas yang baru aku pakai.

Kudengar ia membuka kulkas juga dan mengambil sesuatu disana. Dengan cepat aku menyelesaikan apa yang aku kerjakan. Aku sangat aneh kalau selalu berhadapan dengan Vian. Suasana canggung bin gugup. Juga takut dia melakukan hal aneh yang diluar nalar.

" Ini gimana buka nya sih..

Aku dengar ia mengomel dan memukul sesuatu ke lantai seperti botol air.

" Apa loe bisa buka ni aer"

Aku yang sudah beberapa langkah mau kabur lantas berhenti. Menoleh kebelakang dan melihat ia menyodorkan sebotol minuman entah itu apa. Label nya ga kebaca karena tulisan nya tulisan arab.

Tapi seperti nya itu biang nya ia mengomel.

Dengan canggung aku menerima nya. Seperti nya itu tutup botol yang pada umun nya. Apa dia sebodoh itu tidak bisa membuka nya. Tapi ya sudah lah. Daripada banyak cincong aku memutar tutup nya dengan kekuatan tangan.

Tutup botol itu terbuka dengan mudah tapi lantas ada air yang mengucur keatas. Aku kaget tangan ku menari nari memegag botol itu dan dengan deras air soda itu seperti air mancur pancoran yang membumbung berjatuhan mengenai wajah ku juga baju ku.

Aku terperangah kaget dan sadar aku di kerjai lagi.

" Ooh. Tidak!!.. Air nya yaa air nya jadi sisa seginiii" Ia malah meringis melihat sisa air dalam botol sedangkan baju ini sudah basah. Dan hidung ku sedikit kemasukan air soda rasanya ga enak banged. Serasa mau bersin.

Aku menarik nafas dalam dalam menahan kesal, marah dan paketan lainnya. Baru saja mewaspadai diri malah kena lagi.

Tapi aku hanya bisa memendamnya. Lagi dan lagi.

" Ah masih bisa di minun. Apa kamu mau? " Ia malah menawari ku sisa air soda itu.

Aku menggeleng lalu segera berbalik.

"Ooh... Apa kamu wanita yang tadi siang di gampar wanita gendut itu"

Aku spontan menoleh kulihat ia melebarkan bibirnya. Apa ia sengaja mengungkit nya untuk membuat ku malu. Atau ingin mengolok ku. Tidak tau apa niat nya! aku kesal saja mendengarnya. Tanpa pikir panjang botol air yang ia pegang aku tuang ke kepala nya.

Vian menjerit kaget dan meresapi sisa minuman itu membasahi wajah juga baju nya. Itu baru nama nya deal. Aku tersenyum dingin lalu berbalik dari sana. Kudengar ia hanya terkekeh kekeh disana. Bukan nya marah dia malah kesenangan. Ya ampun. Ini keluarga benar benar bikin tekanan darah naik terus.

*

*

*

" Bu dosen.. Tasya ada Tugas nih.. Bantuiin dooong... " Rayu Tasya saat di meja makan saat sarapan.

Aku yang merasa telat dan dikejar waktu hanya memakan cepat sarapan ku.

" Ya kirim saja nanti foto nya mana yang kamu ga bisa" Kata ku singkat sambil menggigit ayam goreng.

" Semua nya ka.. Heee" Tasya nyengir menggemaskan disana.

" Kirim aja" Kataku lagi lalu menyudahi sarapan kilat ku. Aku tak sadar kalau aku malah jadi perhatian beberapa pasang mata disana.

Aku baru sadar setelah mengambil air putih.

Om Andhika. Tante Lily dan juga Vian yang ikut ikutan bengong melihat kedua orang tua nya menatap ku ikutan heran disana.

" Hmm " Aku menegak dengan pelan.

" Kamu kayak dikejar setan sih Fay. Kok makan nya tanpa di kunyah gitu! Ini kan masih jam 7" Kata Tante lily. Ternyata mereka heran melihat ku kejar mengejar melahap makanan ku.

Tentu saja aku tak punya waktu banyak. Berhubung ponsel ku ketinggalan ga ada alarm yang ngebangunin. Jadi aku telat. Apalagi ini Jakarta. Bisa-bisa Arland sudah bangun.

" Iya Fay. Kamu mau kemana emang. Bukan nya jam kantor setengah 9 an ya. " Tambah Om Andhika lagi kali ini sudah melanjutkan makan nya.

Tante Lily masih menunggu penjelasan ku. " Hmm ada file yang harus di kerjakan Tante. Lagian baju kerja saya kan ketinggalan. Harus balik ke rumah dulu" Jelas ku rasanya ada yang sumringah diseberang sana. Ku lirik Tasya yang mengitung itung di jarinya.

" 17 kosa kata Mami.. Waaah"rupanya ia menghitung kosa kata kalimat ku. Ya ampun Tasya.

" Beli aja! Kalau balik bukan nya tambah lama! Kan di depan ada departemen store"

Kata Tante Lily menyarankan

Saran nya orang kaya emang ya. Aku hanya mengangguk. Walau bisa beli juga memang ada jam segini toko yang buka. Aneh aneh saja Tante Lily ini.

" Mami ihk. Mana ada toko buka! Pakai baju Tasya aja ka. Kan masih ada baju Tasya yang formal. Ga perlu pake blazer juga kan ka.. "

" Ah betul itu. Mami setujuh" Kata Tante Lily menjentikan jari. Lalu mereka tos ala ala apa itu. Lucu sekali.

Aku meringis. Kalau memilih baju kira-kira berapa lama ya. Tasya kan orang nya ribetan. Dia harus mencocokan dulu baju nya dengan tubuh ku. Kalau menurut nya tidak cantik dia tidak akan kasih. Bisa bisa jam 8 baru kelar. Lagian baju nya kebayangan pink. Rasanya aku kurang pas mengenakan baju serba pink terasa beda dengan image ku di kantor yang terkenal judes.

" Ga usah Tas. Nanti aku pakai Ojol aja ngambil baju nya kerumah. ' sahut ku cukup masuk akal. Kenapa tidak dari tadi aku bersuara begitu.

" Ah ya sudah" Tante Lily baru melanjutakan sarapan nya diikuti tasya.

" Kamu kerasan banged ya kerja di sana Fay? Om rasa perusahaan itu beruntung banged rekrut kamu jadi pegawai nya. On time banged" Kata Om Andhika lagi. Kalau diajak ngobrol begini kapan aku kabur nya ya??

" Ya om. Fay betah! "

Jelas betah soal nya ada Arland juga kan. Sambung ku dalam hati.

Om Andhika manggut manggut. " Padahal di kantor Om gaji dan jenjang karir nya lebih menjanjikan lho Fay.. Apa kamu ga minat kerja di tempat Om saja...

" Aah betul tuh Pap.. Fay kerja di tempat Papi aja" Timpal Tante Lily lagi dan diangguki Tasya yang tidak pernah ketinggalan menyumbang suara.

Aku meneguk ludah. Dari dulu Om Andhika juga sudah ngajak. Cuman ga enak saja kalau aku juga masuk sana. Udah ada Papa lalu aku nanti kesan nya ada nepotisme. Aku ingin mengembangkan karir ku sendiri dengan usaha ku. Termasuk di tempat Arland. Aku kerja dari bawah dulu baru di angkat jadi Manager Accounting.

Aku menggeleng lalu segera bangun dari sana sebelum diberi pertanyaan lagi dan makin menghambat waktu.

Aku segera bersalaman dengan Tante, Om cipik cipiki dengan Tasya dan hanya melihat sekilas pada Vian yang masih anteng menikmati sarapan nya.

Aku sedikit berlari ke mobil ku terparkir. Ini sudah hampir setengah 8 pagi. Dan keluar dari rumah ribet itu harus memakan waktu 5 menit.

Tapi ada yang aneh mobil ku seperti miring sebelah setelah mendekat aku kaget melihat ban depan nya bocor. Bukan hanya didepan belakang juga.

Kaget plus bingung. Kok bisa ban mobil ku yang kemaren sehat walafiat malah bocor begini. Ga bawa ponsel lagi buat pesan Ojol dan dimana supir keluarga ini. Biasanya ada Mang Udin yang seliweran. Ni pagi malah ga terlihat.

Kalau kedepan sana jelas ga mungkin bisa copot ni kaki. Kepala ku mendadak penuh banged.

" Eheem...

Aku kaget ada suara batuk dibelakang. saat berbalik ada Vian dengan segelas air ditangan nya. Ia menengok ke arah ban naas ku

" Uuuh wow... Kenapa itu ban?? Kok bisa bocor? katanya dengan bibir meringis.

Dia malah nanya segala. Kalau tau juga aku ga bakal panik begini.

" Aku pinjem ponsel kamu boleh? "

Vian menaikan alis nya sebelah. Kalau ada Tasya atau Tante Lily ga mungkin aku minjam sama dia. Karena itu rumah lilitan jalur nya berliku aku takut malah makin lama kalau kedalam lagi.

" Bentar aja. Mau pesan ojol" Kataku menjelaskan.

" Aaah. Ojol.. Aku ga pasang tuh" Sahut nya sambil mengesap minuman nya. Ia terlihat acuh malah sambil bersiul anteng.

" Bisa antar kan aku ke depan. Aku akan cari taksi" Dengan sangat terpaksa dan mendesak aku meminta hal itu.

***

jangan lupa koment... yaa