Kami masih bergelut dalam bibir. Hingga ponsel ku bergetar. Aku segera mengurai ciuman kami. Walau masih ingin menikmati lembutnya ciuman Arland.
" Aku ada telepon..
Kataku segera mencari ponsel dalam tas. Kulihat disana ada nama tante Lily kembali menghubungi.
" Ya tante..
" Beb...kamu sudah berangkat sayang?? "
Kulirik jam tangan. Ya ampun aku sampai lupa.
" Ini sudah on the way tante. Masih di jalan" Kata ku ngap-ngap entah kenapa berbohong bukan kebiasaan ku.
" Oh gitu ya baiklah. Hati-hati sayang"
Tante Lily lalu mematikan Telepon.
Aku jadi sedikit lega setelah itu.
Aku kembali berbalik kearah Arland yang menunggu ku dengan sambutan lekungan senyum nya.
" Aku mau ke bandara jemput sodara bentar"
" Oh. Baiklah. Mau aku temani? "
" Ga usah! Aku bentar aja. Kamu kan ada janji dengan tamu nanti" Kata ku mengingatkan.
Aku lalu melihat nya sekilas dan tersenyum singkat lalu keluar dari sana.
Jantung ku rasanya masih berdetak ga karuan mengingat ciuman kami tadi. Ada rasa geli di perut ini. Hangat dan bahagia.
Aku menyukai nya sangat menyukai pria ini.
*
*
*
Aku kembali mengoles lipstik merah muda ke bibir ku. Lipstik nya pudar gara gara ciuman tadi. Mengingat itu membuat pipi ku kembalk terasa panas. Setelah itu aku keluar dari mobil. Didepan ku sudah terminal kedatangan dari luarnegeri.
Tante Lily sudah mengirimi nomor penerbangan Vian juga nomor telepon nya.
Di jadwal ia datang jam 12:10
Ini sudah jam 12. Dan aku segera menuju pintu kedatangan tentu dengan membawa nama lengkap nya.
Jadwal kedatangan nomor penerbangan Vian sudah tiba 10 menit yang lalu. Aku masih menunggu di depan sana. Mungkin dia sedang menunggu bagasi nya dulu. Pikir ku.
Ada beberapa penumpang yang keluar dari pintu itu. Aku sambil membentangkan nama yang aku bawa di dada sambil mencari cari sosok yang aku kira-kira adalah Vian.
Hingga ku lihat ada laki laki tambun dengan perut buncit dengan kacamata bertengger.
Dia melihat kearah ku. Dengan antusias aku menunjuk nama yang aku bawa. Pria itu melambaikan tangan nya dengan senyum lebar. Dugaan ku benar aku langsung menghambur kearah nya.
"Viaan...
Aku langsung memeluk nya dengan girang, tentu saja aku senang plus bahagia bisa bertemu lagi dengam sodara ku. Rasanya aku agak terharu.
Tapi tiba-tiba saja bahu ku ditarik dari belakang.
Aku kaget didepan ku ada wanita dengan kulit serupa dan juga gendut. Rambut nya juga keriting terurai. Ia menatap ku marah.
" Plak..
Pipi ku langsung di tampar di depan umum. Mengumpat-umpat dengan kasar.
" Apapaan kamu! Main peluk laki orang... Dasar pelakor"
Kemudian ia mendorong ku menabrak orang dibelakang. Aku terhuyung tapi beruntung ada yang bantu di belakang.
Seorang pria muda dengan topi hitam. Aku terkesima dengan manik jernih nya. Hanya sebentar. Otak ku masih jalan untuk saat ini.
" Thanks.. " Kata ku sembari bangun sendiri.
Wanita tadi masih mengumpat dan mengomeli ku. Kulihat orang-orang sudah menonton kami.
" Maaf kan aku. Aku pikir dia sepupu ku. " Kata ku dengan memberikan nama yang aku bawa.
Wanita dan pria tadi melihat nya.
"Ini bukan nama ku " Kata pria itu membuat ku benar benar malu.
" Benarkah. Maaf kan saya. Saya lama tidak mengenali dia lagi. Jadi saya pikir anda itu sodara saya. Mohon maaf juga mba... "
Dengan malu jadi tontonan orang aku segera menunduk mohon maaf lalu segera pergi.
Mimpi apa aku tadi malam sampai mengalami kejadian memalukan seperti tadi. Beruntung aku mengenakan kacamata hitam. Kalau tidak betapa malu nya aku.
Aku menepi dengan menarik nafas dan mengurut dada.
Pipi ku juga jadi nyeri tamparan wanita gemuk tadi lumayan kuat. Beruntung ini muka orginal bukan hasil operasi kalau tidak kemungkinan miring 85%.
Itu wanita juga seram banged. Asal gampar orang tapi mau berduel gimana juga aku jelas kalah telak. Badan ku tak segede dia.
Setelah agak tenang ku rogoh ponsel ku. Kenapa tidak dari tadi aku menghubungi Vian. Dan bilang aku menunggu nya didepan.
Dengan cepat aku segera menghubungi nya.
Deringan pertama masuk.
Kedua belum di angkat
Hingga ketiga baru sambungan dijawab. Aku mendadak ambigu. Gugup juga karena tidak lama bicara dengan Vian. Padahal kami dulu sangat lah akrab.
" Hallo
Terdengar suara berat di seberang sana bukan suara remaja yang masih suka teriak teriak.
" Vi.. Vian.. Kamu sudah sampai? " Tanya ku
" Siapa ini? " Tanya nya disana dengan suara sedikit ketus.
" A aa ku.. Ini aku em Fayza. Tante Lily memint-
Tut
Tut
Tut
Tau tau telepon itu terputus.
Aku cek layar. Telepon memang terputus. Entah di matikan atau terputus.
Aku mencoba menelepon lagi. Telepon nya tersambung dan kembali di angkat.
" Vi.. Kamu ada di mana.. Aku di-
Bip
Telepon lagi lagi dimatikan.
"Apa-apaan dia" Rasanya tenggorokan ku mengering.
Ini sinyal apa memang sengaja di matikan.
Apa dia tidak tau aku baru di gampar orang karena salah mengenali orang.
Aaaaagggghhh
Kok rasanya dongkol banged ya..
Aku menarik nafas dan mencoba tenang.
Ku hubungi tante Lily saja agar tante yang sampai kan aku sudah di depan.
" Ya beb...
Sapa Tante Lily disana dengan santai
"Tante. Fay sudah di depan ini. Tapi susah banged hubungin Vian. Tante tolong teleponin dia bisa? Fay ada di dekat pintu sebelah kanan."
" Okey beb. Sebentar yaaa"
Telepon aku matikan.
Dan aku kembali berdiri menunggu sambil ma
Melihat orang lalu lalang yang kebanyakan orang luar.
Tak lama kemudian ponsel ku berdering. Ada nama Tante Lily disana.
" Ya tante??
" Anu Fay. Aduuh maaf banged. "
Firasat ku jadi tidak enak kalau dengar permintaan maaf duluan.
" Vian nya udah jalan! Kamu pulang aja ya... Tante maaf banged... Ya sayang... "
Gubrak!!
Benaran hari yang buruk. Sudah cape cape kesini dapat gamparan. Dapat malu eh yang dijemput udah jalan.
" Ah. Ga papa kok tante.
Ya sudah Fayza pulang aja ini" Kataku mau tak mau mengikhlaskan kedongkolan hati.
" Okey beb hati-hati ya. Nanti malam ke rumah ya. Makan malam dirumah. Tante tunggu lho...
" Ah ya tante nanti Fay kabarin lagi"
" Okey. Bye honey..
" Bye juga
Aku mematikan telepon dan mengembalikan nya kedalam saku mantel.
Sebenarnya dulu aku dan keluarga ku menempati sebelah rumah Vian. Rumah Om Andhika juga.
Papa dulu bangkrut jadi kami sekeluarga pindah ke Jakarta. Papa ikut kerja di kantor nya Om Andhika.
Lalu Om Andhika dan keluarga pindah rumah. Kerumah yang lebih besar. Sedangkan kami sudah membeli rumah Om Andhika yang kami tumpangi dulu. Walau Papa sudah tidak semampu dulu setidak nya sekarang kami punya rumah dan juga aku pun bekerja dengan gaji yang cukup besar. Bisa membantu Papa menyekolahkan Farrel. Adik ku yang sekarang masih Smp. Dan dari dulu yang membantu keluarga ku hanya keluarga Om Andhika seorang. Padahal kami sepupu jauh. Tapi kata Papa dulu sewaktu masih berjaya Papa yang dulu patung-patungan menguliahkan Om Andhika. Karena Papa dulu bekerja sambil Kuliah jadi ia dulu 1 kost dengan Om Andhika dan mereka sangat dekat saat itu.
Dan hari ini aku agak lembur. Karena mau akhir bulan banyak laporan yang harus aku ricek juga audit semua laporan yang masuk.
Aku bahkan melupakan janji makan malam kerumah Tante Lily. Dan benar saja Tante Lily ada menghubungi.
" Fay.. Kamu jadi kesini kan.. " Tanya tante saat aku mengangkatnya.
" Mungkin agak telat sih tante. Kalian makan aja duluan. Nanti Fayza nyusul"
" Ob begitu. Baiklah. Tante tunggu ya ...
" Eh tante bentar" Tahan ku sebelum Tante Lily menutup telepon.
" Vian nya juga ada ga? Soal nya saya ga enak ga bawa sesuatu buat dia...
" Aah masalah itu ga usah. Kamu datang aja dia udah siap ko"
" Siap?
" Maksud tante siap menunggu mu datang"
Aku beroh ria. " Ya sudah sampai nanti tante..
Aku mematikan telepon dan melanjutkan kan lagi sisa pekerjaan.
Sekitar 10 menit semua rangkum. Aku belum membeli sesuatu buat Vian mungkin masih sempat mampir ke outlet terdekat saja.
Dengan buru buru semua pekerjaan aku rapikan kembali dan menyimpan data dengan benar.
Saat keluar semua karyawan sudah pada pulang. Jam kerja disini memang sampai jam 5 dan sekarang sudah jam 8 malam. Sebagian lampu di sana mulai di matikan. Walau masih ada beberapa di hidupkan.
Aku segera masuk Lift dan tidak tau nya Ada Arland.
Ia sudah melepas jas nya dan hanya mengenakan kemeja putih bergaris dengan kedua sikuk nya di gulung asal dan itu membuat ia sangat Manly. Bau Parfume nya juga sangat kuat.
" Kamu belum pulang? Tanya ku kaget.
" Ya! Ini mau pulang. Kebetulan sekali ketemu dengan mu. Kata Diba kamu tadi sibuk ya...? Tanya nya.
Aku memgangguk dan pikiran ku memikirkan jenis apa yang bisa ku berikan pada Vian nanti.
" Kamu belum makan kan. Kita makan sebentar bagaimana? " Ajak Arland lagi.
Aku menoleh sebentar. Kami biasa nya makan kalau lagi jalan saja. Kalau pulang kerja terhitung jarang.
" Next aja Arl. Tante Lily ngajak kerumah. Aku udah janji duluan dengan tante" Jawab ku sambil menggulung mantel di tangan ku.
Arland nampak kecewa. " Ya sudah nanti saja"
" Maaf ya.. Soal nya-
Ponsel Arland berbunyi memutus kata-kataku.
" Ya hallo Chris apa kabar. . Oh Iya. Ini udah selesai sih.. Apa loe udah di Jakarta!!. Oke-oke aku akan kesana. Yaa siap deh. Oke.. "
Aku menguping pembicaraan singkat nya. Dan aku pernah sekali ketemu dengan Chris. Dia itu bekerja sebagai Fhotografer model model internasional. Sekarang kerja di Taiwan. Punya studio besar juga disana.
" Chris nelpon dia baru datang. Minta aku ketemu. Ga papa ya aku main bentar sama Chris. Dan juga Dion sama Rafael juga ada kok"
Ke 3 pria itu memang teman akrab Alrand.
Ini yang aku senang sama Arland dia selalu bilang kemana pun ia pergi. Rasanya sangat di hargai sebagai perempuan. Padahal aku tidak pernah meminta.
Aku mengangguk mengijinkan.
Arland merangkul ku singkat lalu Pintu lift terbuka.
Kami sama sama keluar. Disana sudah di sambut security yang jaga.
Kami berpisah di parkiran ia menuju mobil nya dan aku menuju mobil mini bus ku.
Setelah kuputuskan aku membelikan Vian baju kaos brand Nik* yang original. Ngitung-ngitung dia dulu setiap aku ulang tahun selalu kasih aku baju baju bagus. Kini saat nya membalas mumpunh sudah kerja juga.
Aku tiba di rumah Tante Lily 20 menit kemudian jadi hampir jam 9 aku sampai. Tentu ini sudah sangat telat. Lebih baik telat daripada tidak sama sekali.
Rumah Om Andhika terbilang elit dan mewah. Rumah nya tingkat 2 namun panjaaaang berliku seperti rumah sakit dan dengan perkarangan yang juga sangat luas. Kalau masuk kedalam bisa bisa kesasar kalau lupa lorong-lorong menuju rumah utama. Desain rumah Om Andhika terbilang unik tapi cukup membingungkan.
Rumah nya seperti Rumah sakit dengan konsep modern dan berkelas. Ada beberapa petak ruangan dengan fungsi bermacam-macam. Seperti tempat fitnes, perpustakaan dan juga tempat lainnya.
Aku saja sudah beberapa. Kali kesana sering banged muter muter. Dan seperti nya ini terjadi lagi.
Setiap gerbang lorong desain dan cat nya sama. Itu yang membingungkan. Tapi untung setiap sisi selalu ada aliran air dengan banyak ikan koi Jadi kalau nyasar bisa sambil liat air disana dari pada bete muter-muter. Kolam kolam ini terhubung dengan kolam renang samping itu. Jadi aku bisa menggunakan nya sebagai patokan petunjuk jalan.
Hingga ada kolam renang yang aku cari hanya saja ini agak berbeda biasanya ada pintu yang langsung terhubung dengan Belakang rumah. Tapi kok ini malah buntu.
Seperti nya aku nyerah mending telepon tante Lily atau Tasya aja. Maklum lah aku sudah 6 bulan tidak kerumah ini. Jadi ingatan ku sedikit kabur.
Ponsel itu aku cari. Tapi malah ga ada. Tas aku lepas dari bahu. Aku terus mencari cari sampai keribetan sendiri. Mantel aku jepit di ketiak dan tangan satunya masih mengubek ubek.
Aku orang teliti. Apalagi ini ponsel yang selalu aku butuhkan tidak mungkin ketinggalan di kantor. Tapi sekilas bayangan aku ingat setelah tante Lily nelpon aku meletakkan nya di dekat printer.
Pluk..
Teliti bagaimana. sepertinya kadar ketelitian ku sudah berkurang bertambahnya usia. Atau karena tubuh dan otak sedang lelah akut aku lupa kali ini.
Dengan cepat ku rapikan isi tas ku dan menutupnya. Namun mantel ku malah jatuh ke belakang kaki. Aku berbalik saat mau ambil eh malah ketendang. Tu mantel malah berlayar ke kolom renang disisi kanan.
"Yaaa. Yaaa.. Aduuuh kok malah ketengah sih.. "
Segera tas dan sepatu aku lepas juga jam tangan. Tapi mantel itu malah makin ketengah saat aku gapai dengan tangan.
Tapi sedikit lagi bisa sih. Aku berjuang di jari tengah. Menggapai dengan extra ngeden. Tapi tiba tiba angin bertiup dan mantel makin berlayar ke..
Byurrrr
Aku malah nyebur kedalam kolam renang. Tubuh ku yang semampai menggapai gapai kiri kanan atas bawah yang semua nya adalah air. Hingga kepala ku naik kepermukaan.
Sedikit terbatuk karena air masuk kedalam mulut juga hidung. Beruntung ini kolam renang tidak dalam. Bisa bisa aku mengambang keesokan pagi nya.
Aku mengejar mantel sialan itu saat mau mengambil nya mantel itu malah tenggelam.
Aku nyelam dan karena ini malam pencahayaan hanya sekilas dari cahaya lampu taman diatas. Jadi hanya menggunakan insting.
Mataku menangkap bayangan gelap yang berjalan. Seperti nya itu mantel ku. Aku mengikutinya sambil mengayunkan kedua tangan hingga kepala ku malah menabrak sesuatu. Aku meraba seperti tekstur badan keras dan kokoh juga halus. Jari ku makin meraba raba sampai membungkuk. Ada warna terang yang aneh dan apa itu yang menggelembung.
Aku mengabaikan nya sedikit berenang kebawah Aku menemukan sepasang kaki putih yang bercahaya mengikuti cahaya kolam dari atas. Apa ada manusia lain di dalam kolam ini.
Segera aku mengangkat badan tapi kemudian aku kaget ada wajah orang di depan ku. Seperti bermandikan cahaya air. Wajah nya putih bersih dan bercahaya dengan Mata nya cokelat seperti anggur baru dipetik dan bibirnya sangat berwarna merah Aku terkesima sebentar sebelum merasa asing dengan wajah ini. Apa aku bertemu dengan setan air yang tampan. Atau dia dedemit yang menyerupai pangeran kerajaan air lalu berbuah jadi Gundorowo.
Segera aku menarik diri takut sendiri. Gini gini gadis perawan masih jadi inceran 2 makhluk nyata dan tak kasat mata.
Ku raup oksigen dengan banyak. Sedetik kemudian ada yang muncul didepan ku. Sampai aku mundur kaget. Seorang pria dengan air kolam yang turun dari kepalanya seperti air terjun, hingga wajah nya terlihat jelas dia wajah yang sama di bawah air tadi dan sama sama menawan. Dedemit ini terlihat persis manusia. Tubuh nya tinggi diatas ku. Dan disini lebih jelas wajah nya. Kalau dia dedemit sungguh ini dedemit terindah yang aku lihat. Ya walau Arland masih nomor satu di kepalaku.
Aku mengerjap dengan titik air yang jatuh di juntaian rambut cokelat nya. Lalu mata ku turun ke bawah kulihat ia bertelanjang dada. Spontan seolah aku ditarik dari dunia mimpi.
" Siapa kamu... " Cecar ku dengan suara tinggi. Tapi kemudian aku sedikit menggigil. Angin malam nya lumayan kencang.
Ia menoleh kearah ku. Dan ini membuka lintasan wajah yang sama saat aku terjatuh terdorong saat di bandara tadi.
Pria ini yang membantu ku di belakang. Walau hanya melihat nya sekilas aku ingat betul wajah nya sama. Ya itu dia!
Walau merasa yakin aku segera menepi ke tepian. Rasanya tidak nyaman berada disana dengan orang tidak dikenal. Apalagi dia pria.
Semua baju ku basah kuyub. Dan kulihat pria ini juga keluar dari sana ia hanya mengenakan celana renang yang berwarna merah darah. tak sengaja mataku malah jatuh ke gelembung udara di sana, persis dengan yang di dalam air tadi. Berarti yang aku lihat adalah...
Segera aku memalingkan kepala dan berjalan sambil menggigil.
Apa dia teman nya Vian atau tamu nya Om Andhika sih. Tapi kok bisa berenang malam malam disini. Telanjang begitu lagi.
Aku mendumel sendiri sambil menuju handuk kering di kursi santai disana. Saat mau mengambil nya tau tau dari belakang handuk itu di samber duluan oleh pria ini.
Ya ampun.. Aku tau aku cuman korban kecebur. Dan ini handuk pastilah milik nya. Tapi tidak bisakah dia mengalah untuk cewek.
Tapi mengomel bukan keahlian ku aku hanya diam saja. Dan memilih pergi. Mencari handuk lain di tempat tante Lily.
Hanya saja tau tau kepala ku di tutup dengan handuk putih itu. Dan kepala ini di uyel uyel seperti meadon mie. Bahkan aku tidak bisa mengelak. Kepala ku sampai pening di uyel-uyel begitu.
" Diam lah. Biar aku keringkan... "
Suara nya serak dan menuntut perintah. Hanya saja suara ini kok mirip dengan yang di telepon.
Mau tak mau aku diam. Rambut ku di keringkan dengan handuk itu. Lalu badan ku di balik seenak nya sekarang handuk itu ia belitkan di badan ku.
Dengan ragu aku melihat kearah nya. Sedikit menebak. Apa dia Vian suara nya sama.
Aku melihat mata cokelat bulat nya dan tekstur wajahnya yang putih dan tidak bulat.
Kalau Vian apakah mungkin dia bermetamorfosis menjadi pria seganteng ini? Perbandingan nya sangat jauh. Rasanya tidak mungkin. Hanya saja. Melihat pria ini sedikit mirip dengn Om Andhika persi muda. Bahkan ada campuran tante Lily kalau dari matanya yang jernih.
" Vian... ?
Ucap ku menghentikan kesibukan nya yang mengeringkan badan ku dari tetesan air.
Dia berhenti. Jadi dia benaran Vian? Sepupu edan ku dulu yang cabul itu??
Aku sendiri ikut kaget. Mataku melebar sedikit tapi tetap menjaga image ku yang memang dari sono nya cool.
" Hy! Apa kabar....
Katanya dengan tatapan seperti mata penggoda ini...
Bibir tipis nya terangkat manis.
****
koment kalian membantu alur cerita nya. jangn lupa koment yaa 😁