Chereads / IMAGINAREAL - ZARREL / Chapter 33 - CHAPTER 33

Chapter 33 - CHAPTER 33

Sebulan pun berlalu..

Zarrel dan Verlyn kini tengah berada di atap gedung sekolah. Sembari menunggu jam ulangan, mereka menyempatkan waktu berdua sebentar. Dasar kids zaman now, bukannya belajar malah sibuk berduaan.

"Ver!" panggil Zarrel sambil memutar-mutar pensil di jarinya.

"Apaan?" sahut Verlyn yang asik dengan kamera ponselnya. Lagi selfie dia.

"Itu Azzar bukan?" tunjuk Zarrel dengan tangan kirinya ke bawah sana melalui celah jeruji dinding pembatas.

Verlyn seketika mengentikan aktivitas gabutnya, lalu memperhatikan arah tunjuk Zarrel ke bawah. Benar, itu Azzar yang sedang berjalan menggunakan kursi roda yang didorong oleh Fanny teman sekelas mereka. "Kita turun sekarang!" seru Verlyn dengan berdiri sambil menepuk-nepuk belakang roknya. Kemudian mengulurkan tangan untuk menyuruh Zarrel berdiri juga.

Zarrel yang semula ragu menerima tangan itu akhirnya mau meraihnya sesaat melihat tatapan keyakinan di mata Verlyn, ia kemudian menggenggamnya lalu ikut berdiri.

"Ayo!" ucap Verlyn lagi dengan menggandeng tangan Zarrel untuk menuruni tangga.

_____

"Azzar!" panggil Verlyn sesaat mereka sudah berada di lorong kelas yang sepi. Yang mana para siswa kelas satu masih pada ulangan.

"Verlyn, Zarrel," gumam Azzar. Fanny saat ini tengah pergi ke toilet.

Baru selangkah Verlyn mau mengampiri Azzar, tangan kiri Zarrel sudah meraih pergelangan tangannya yang mana membuat langkah Verlyn dibuat terhenti.

"Rel, gue minta maaf atas semuanya," ucap Azzar dalam jarak tiga meter dari hadapan Zarrel.

Zarrel mengerutkan keningnya heran.

"Maafin gue sudah ngelibatin lo atas perbuatan gue. Gue sadar sekarang kalau gue yang salah. Nggak seharusnya gue lakuin itu sama lo, apalagi ke Verlyn. Gue sakit, Rel. Gue minta maaf, gue nyesal,"kata Azzar yang mulai  menangis pilu untuk meresapi setiap rasa sesal yang mengampirinya. Akibat perbuatannya itu ia sudah membuat nyawa seseorang hilang dengan cara yang mengenaskan.

Zarrel dan Verlyn yang menyadari kalau kali ini Azzar serius dengan ucapannya, sembari mendekati Azzar dan memeluknya. Sampai bel berbunyi tanda selesai ulangan pun mereka masih berpelukan tanpa memperdulikan tatapan adik kelas yang menatap heran pada mereka.

Sampai pada akhirnya, Zarrel yang lebih dulu melepaskan pelukan mereka.

"Kamu sekarang sudah sembuh, kan, Zar?" tanya Zarrel begitu sarkastik. Ia hanya takut kalau-kalau Azzar tiba-tiba mengamuk lagi.

"Gue sekarang ngerasa sudah baikan, kok," sahut Azzar agak pelan. "Oh iya, kalau boleh... mulai sekarang gue pengen jadi teman kalian seutuhnya dari nol. Tapi ...  gue tahu ini berat buat kalian, kalau kalian keberatan nggak apa-apa, kok. Mungkin kalian sudah keburu benci sama gue. Gue pamit, ya."

Belum sempat Azzar memutar kursi rodanya, Verlyn berhasil mengentikannya dengan berkata;

"Gue nggak benci sama lo, Zar. Gue bisa ngerti sama perbuatan kriminal lo selama ini, itu sebenarnya bukan kehendak hati lo,kan. Gue bisa lihat dari sudut pandang lain yang sulit dipahami sama kebanyakan orang. Gue ngerti posisi lo, Zar. Jadi, kalau lo ada niat mau berubah jadi lebih baik, kenapa nggak?" ucap Verlyn dengan tersenyum manis.

"Dan, bukankah setiap manusia yang masih bernapas selalu memiliki kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi?" Zarrel menambahkan dengan memukul pelan pundak kanan Azzar.

Sekali lagi mereka saling merangkul, berbagi rasa damai satu sama lain.

_______

"Rel!" panggil Verlyn ke Zarrel yang saat ini tengah duduk di bangku kecil di atas rakit di danau biru.

"Ya?"

"Nih!" sambil menyodorkan gitar ke pangkuan Zarrel.

"Gitar dari mana? Perasaan tadi kamu nggak bawa apa-apa."

"Sebenarnya, ini gitar sudah lama ada di sini. Tadinya mau kukasih sebagai hadiah ulang tahun ke kamu, tapi ... ya sudahlah, yang penting sekarang kamu harus nyanyiin satu lagu buat aku. Oke?!" jelas Verlyn sambil mengubah posisi duduknya dengan bersila di hadapan Zarrel.

"Tapi, aku gak bisa main gitar, gimana dong?" ucap Zarrel dengan wajah yang dibuat kecewa.

"Iyakah? Ya sudah, deh, padahal aku pengen banget dengar suara kamu nyanyi lagi." ucap Verlyn dengan muka sendunya, kemudian memutar badannya ke depan danau memandang matahari yang dengan perlahan menenggelamkan diri.

Jreng! Jreng!  Jreng!

Verlyn mengabaikan suara petikan sembarang yang dilakukan Zarrel. Pikirnya Zarrel cuma mencoba suara gitar baru itu. Andai dia bisa main gitar, mungkin dia akan mengajari Zarrel saat itu juga.

Namun beberapa menit kemudian suara gitar sumbang tadi membentuk alunan nada yang teratur dan menciptakan symphony yang indah, tak lama kemudian disusul dengan suara merdunya Zarrel

it's undeniable that we should be together

it's unbelievable how i used to say that i'd fall never

the basis is need to know if you don't know just how i feel

then let me show you now that i'm for real

if all things in time, time will reveal, yeah

(Hari mulai malam, sekumpulan kunang-kunang mulai datang mengitari mereka, cahayanya membuat suasana menjadi dramatis.)

one, you're like a dream come true

two, just wanna be with you

three, girl, it's plain to see

that you're the only one for me

and four, repeat steps one through three

five, make you fall in love with me

if ever i believe my work is done

then i'll start back at one, yeah yeah

it's so incredible, the way things work themselves out

and all emotional once you know what it's all about, hey

and undesirable for us to be apart

i never would've made it very far

'cause you know you got the keys to my heart

'cause, one, you're like a dream come true

two, just wanna be with you

three, girl, it's plain to see

that you're the only one for me

and four, repeat steps one through three

five, make you fall in love with me

if ever i believe my work is done

then i'll start back at one

say farewell to the dark of night, i see the coming of the sun

i feel like a little child whose life has just begun

you came and breathed new life into this lonely heart of mine

you threw out the lifeline just in the nick of time

one, you're like a dream come true

two, just wanna be with you

three, girl, it's plain to see

that you're the only one for me

and four, repeat steps one through three

five, make you fall in love with me

if ever i believe my work is done

then i'll start back at one

"Love you,"

Verlyn bangkit dari duduknya lalu memeluk erat Zarrel.

"Kamu ngeselin! Katanya tadi nggak bisa," ucap Verlyn yang masih betah memeluk Zarrelnya.

"Hehe, aku cuma godain kamu doang," Zarrel menyengir yang membuat wajahnya yang kena pantulan sinar kunang-kunang itu semakin terlihat cantik.

"Zarrel!!! "

"Mama?!" "Tante?!"

________________

Aku tidak tahu apa yang sedang mama katakan pada Verlyn saat ini. Aku hanya bisa melihat mereka dari dalam karena mama yang meminta juga Verlyn yang juga menyuruhku untuk menurut. Aku tidak bisa mendengar obrolan mereka sama sekali. Tapi kalau dari ekspresi mereka seperti ada perkataan serius yang diucapkan satu sama lain.

Ketika kulihat untuk pertama kalinya Verlyn mengeluarkan air mata, aku sempat membuka pintu namun Verlyn berteriak dan menekankan agar aku tetap berada di dalam mobil. Aku ragu sesaat dan hampir sudah mau keluar dari mobil, tapi lagi-lagi Verlyn berseru meminta tetap di dalam mobil. Mendengar dari nada suaranya perasaanku jadi tidak keruan.

Lalu tak lama kemudian Verlyn melihatku sebentar dan kembali mengatakan sesuatu pada mama. Selanjutnya, ia berbalik pergi dan mama juga berjalan menuju mobil. Aku terus mengawasi Verlyn yang menuju motornya, memakai helm, menyalakan motor dan menjalankannya pergi.

"Ma?" panggilku pada mama yang baru menutup pintu mobil sesaat setelah masuk.

"Malam ini kita pulang ke Manilla."

"Kenapa tiba-tiba sekali, Ma?"

"Ini bukan tiba-tiba. Ini sudah mama rencanakan saat ketika kamu berani berciumam dengan anak itu di dalam kamar."

Tiba-tiba aku kesulitan untuk berkata-kata.

"Mama, sudah siapkan segala keperluannya. Malam ini kita akan langsung menuju bandaranya."

"Tapi, Ma---" Aku ingin menolak tapi mama tidak membiarkanku bicara.

"Hubungan kamu sama dia itu tidak benar, Zarrel. Kamu menyalahi kodrat kamu sebagai perempuan. Kamu tidak perlu pamit sama anak itu. Mama sudah meminta untuk tidak perlu lagi dia datang dan mencarimu." kata mama kemudian dengan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Ma--" Lagi-lagi mama tidak memberi kesempatan untuk aku menyuarakan pendapatku.

"Jangan bicara apapun dan turuti apa kata mama. Kalau tidak mama akan buat dia terluka kembali."

Dan kemudian sudah. Aku benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Karena kutahu setiap perkataan mengancam yang keluar dari mulut mama itu tidak pernah main-main.

Lalu, apa hubunganku selesai begitu saja? Seperti ini? Tanpa pamit dan tanpa penyelesaian apapun.

Hhhh...

"Kamu bisa habiskan tangis kamu sekarang, tapi begitu kita tiba di Filipina, mama tidak mau lagi mengetahui kamu menangis karena anak itu. Sadarlah, Nak. Kembalilah ke jalan yang benar." kata mama lagi dan aku hanya mendengarkan dalam diam dan perasaan yang amat teramat kacau.