Sekuat apapun aku melawan, ukuran tenaga laki-laki dewasa memang lebih besar. Aku dan Jena diseret dengan mulut disumpal dan kaki tangan yang terikat. Tubuh kami diseret bak binatang yang tidak ada artinya. Bagian wajah dan sisi tubuhku perih dibuatnya. Tak terasa air mataku keluar. Kenapa nasibku seperti ini? Aku sudah mencoba berulang kali berontak, namun ikatannya malah justru semakin kencang. Entah apa yang sedang dipikirkan bocah itu, dia tampak terlihat pasrah, padahal aku melihat ada bercak darah di lantai ketika tubuhnya diseret tadi.
Kemudian kami dibawa masuk ke dalam ruangan yang sangat bau sekali. Baunya sangat menusuk hidung dan membuat perutku mual.
"Bos, masih ada dua anak lagi." kata orang-orang yang menyeretku.
"Tunggu apa lagi? Langsung habisi saja." kata orang yang disebut bos itu.
