"Zarrel?" kudengar suaranya kak Virgo yang baru datang.
"Hei, syukurlah kamu sudah sadar sekarang." katanya dengan mengampiriku.
"Jena bagaimana, Kak?" kutanya dengan lirih.
"Jena pasti baik-baik saja. Anak itu kan selama ini tangguh sekali. Dia pasti baik-baik saja. Kamu jangan terlalu mikirin dia dulu, ya. Nggak usah cemas. " kata kak Virgo kemudian mengambil alih makanan yang disiapkan suster untukku tadi. Suster itu pun pergi keluar setelah memberikan obat pada infusku.
"Ayo, makan." kata kak Virgo dengan tangannya yang sudah melayang diudara dengan sesendok nasi.
Aku merasa canggung membuka mulut.
"Jangan malu begitu. Kamu sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Ayo, saya suapin. Kamu harus makan. Mulai sekarang panggil saja saya abang, oke?" katanya dengan tersenyum.
"Tapi kita tidak sedekat itu untuk saling memanggil seperti itu, Kak." kataku.