Hampir satu jam kami mengikuti mobil van hitam itu hingga jaraknya begitu jadi sangat jauh dari arah pulang ke rumah.
"Mereka pergi kemana, sih? Kenapa dari tadi tidak sampai-sampai juga." Gerutu Jena yang sudah mulai tidak sabar.
"Mereka tidak lagi nyadar kalau kita lagi ikutin kan, ya?" tanyaku lebih kepada diri sendiri.
"Sepertinya nggak. Kan, dari tadi Jena bawa mobil diberi jarak yang senormal mungkin. Harusnya nggak sadar, sih." kata Greya yang ikut memperhatikan mobil yang di depan.
"Grey, kamu bisa pindah tempat sesuka kamu, kan?" tanyaku.
"Kenapa kamu nggak masuk sebentar ke mobil itu, lihat tujuan map mereka arahnya ke mana?" pintaku.
"Dia kalau bisa sudah dari tadi tanpa disuruh, Ate." Jena menyahut.
"Kenapa?"
"Mobilnya dikasih jimat." jawab Jena sambil menyenderkan tangan sebelah ke pintu mobil.
"Perasaan.. kita mulai masuk kawasan sepi, nih. Pelan-pelan saja, Jen."