Su Wan mengangkat alisnya. 'Bagaimana bisa pria ini mengenalku? Apakah Luo Jian tidak bisa datang hari ini dan meminta temannya untuk menjelaskan padaku?'
Su Wan mengangguk sambil tersenyum, "Ya, halo, nama saya Su Wan. Apakah Anda teman Luo Jian?"
Pria itu langsung duduk tanpa berkata apa-apa. Lalu, ia meletakkan kakinya di kursi di sebelahnya.
"Aku Luo Jian."
Saat mendengar kata-kata ini, Su Wan kaget dan hampir menumpahkan kopi di tangannya.
'Apakah pria ini Luo Jian?!'
Dari data-data Luo Jian di situs web kencan buta itu, seharusnya penampilannya tidak seperti ini. Di sana tertulis bahwa Luo Jian lumayan tampan, dengan tinggi badan 178 cm.
Su Wan masih merasa bahwa pria di depannya ini sedang bercanda. Dia duduk dan menenangkan hatinya. "Jangan bercanda. Apakah Luo Jian tidak bisa datang?"
"Sudah kukatakan tadi, aku adalah Luo Jian."
Luo Jian sangat tidak sabar. Ia meraih daftar menu di depan Su Wan dan bergumam, "Kenapa kopi di sini begitu mahal... Apa? Air mineral saja berharga sepuluh yuan?"
Luo Jian meletakkan daftar menu dengan kesal. Setelah melihat kopi di depan Su Wan, dia langsung mengambilnya.
Luo Jian mengambilnya terlalu cepat sampai-sampai Su Wan tidak bisa menghentikannya. Su Wan tidak menyangka bahwa pria yang mengaku sebagai Luo Jian itu meminum kopinya.
Raut wajah Su Wan tiba-tiba berubah. Dengan nada yang tidak ramah, ia berkata, "Kalau kau memang Luo Jian, bisakah kamu jelaskan mengapa penampilan dan tinggi badanmu berbeda dari informasi di situs web? Jangan-jangan profesimu bukan pengacara juga? Selain itu, apakah kau tidak tahu bahwa meminum minuman orang lain tanpa izin itu sangat tidak sopan?"
"Aku sungguh pengacara."
Luo Jian terdiam sejenak, lalu berkata dengan sombong, "Kalau tentang penampilan, aku menggunakan sedikit efek pada fotoku. Bukankah ini sudah biasa di zaman sekarang? Menurutku, wanita zaman sekarang tidak boleh terlalu mementingkan penampilan pria. Selain itu, memangnya kenapa kalau aku minum kopimu? Bukankah kelak kita akan menikah?"
Saat mendengar kata-kata ini, Su Wan sangat marah dan merasa konyol.
Ia sudah bersiap membantahnya, tapi setelah melihat Luo Jian meminum kopinya sampai habis, ia terdiam.
Luo Jian memandang Su Wan dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu memuji, "Nona Su, kau terlihat sangat cantik. Hal terpenting bagi seorang wanita adalah kecantikan."
Luo Jian tidak bisa menahan diri untuk berpikir, 'Sepertinya tubuhnya juga sangat bagus. Bagaimana rasanya menyentuh tubuhnya? Kalau dia masih perawan, kurasa akan lebih menyenangkan…'
Su Wan tersenyum sinis dan berdiri tegak, lalu ia menatap pria itu.
"Wah, ternyata Tuan Luo berubah-ubah, ya. Tadi kau bilang wanita tidak boleh terlalu memikirkan penampilan pria, tapi sekarang kau bilang bahwa hal yang terpenting bagi wanita adalah kecantikannya. Apakah Anda juga memiliki dua prinsip yang bertentangan saat menggugat sebuah perkara?
Setelah menyadari bahwa Su Wan benar-benar marah, Luo Jian mendorong daftar menu ke Su Wan. "Sudahlah, lupakan pembicaraan kita tadi. Apakah kau sudah makan siang? Mari, kita memesan makanan dulu."
Meskipun makanan di sini sangat mahal, Luo Jian tetap tersenyum.
'Apakah aku perlu berdebat dengan seorang wanita? Nanti, cepat atau lambat, dia akan menjadi milikku juga. Lebih baik lagi kalau malam ini kita bisa bercinta.'
…..
Pada saat yang sama, di ruangan pribadi di lantai atas Kafe Blue Mountain...
Teman Jiang Xuecheng, pria yang memakai kacamata berbingkai emas, menyesap kopinya. "Beberapa hari yang lalu, kita sama-sama dikejar oleh pria berpakaian hitam. Saat itu, kau lebih beruntung karena diselamatkan wanita cantik, tapi aku bersusah payah dulu baru bisa keluar dari masalah ini."
Jiang Xuecheng memasang raut wajah serius. "Bagaimana mereka tahu kalau kita pergi bersama hari itu? Aku bahkan menggunakan wewenang kakekku untuk menyelidikinya, tapi tidak menemukan hasil sama sekali."
Pria berkacamata itu meletakkan cangkir kopi di tangannya.
"Orang-orang itu tampaknya sudah menyiapkannya sejak lama. Aku juga tidak tahu latar belakang mereka. Sudahlah, biarkan saja dulu. Mari kita bicara tentang wanita cantik itu. Kata Asi, wanita cantik itu terus bersamamu sepanjang malam. Aku bahkan tidak pernah tinggal di rumahmu. Apakah kau tertarik dengan wanita itu?"
Jiang Xuecheng masih memikirkan orang-orang berpakaian hitam itu. "Dia hanyalah seorang wanita biasa. Aku tidak terlalu mengkhawatirkan dia. Aku khawatir dengan asal-usul sekelompok orang itu. Kita berdua bahkan tidak punya petunjuk apa pun."
Jiang Xuecheng tak mau bercerita tentang Su Wan. 'Sepertinya Jiang Xuecheng benar-benar peduli pada wanita itu,' pikir pria berkacamata.
Dia tersenyum dan mendorong kacamatanya. "Aku percaya, kita pasti akan menemukan latar belakang mereka suatu hari nanti. Aku masih memiliki urusan sore ini. Aku pergi dulu, ya?"
Jiang Xuecheng mengangguk, dan mereka berdua berjalan menuruni tangga.
Begitu Jiang Xuecheng turun ke bawah, dia melihat seorang pria bertubuh pendek yang sedang menarik-narik seorang wanita bergaun ungu. Pria bertubuh pendek itu berteriak, "Jangan pergi, aku akan traktir makan siang. Bukankah kau ingin menikah denganku?"
'Kenapa punggung wanita itu tampak tidak asing bagiku…' Jiang Xuecheng menggigit bibirnya dan segera melangkah maju. Kemudian, dia mendapati bahwa wanita itu adalah Su Wan.
"Lepaskan." Jiang Xuecheng mendorong pria bertubuh pendek itu.
Ketika melihat Luo Jian didorong oleh seseorang, Su Wan pun terkejut. Dia hendak berterima kasih, tapi setelah melirik wajah pria itu, Su Wan baru tahu bahwa dia adalah Jiang Xuecheng. Su Wan bergumam. 'Ya Tuhan, mengapa dia selalu hadir setiap kali aku merasa sangat malu?'
Jiang Xuecheng mendorong Luo Jian dengan kuat hingga mundur dua langkah.
Luo Jian berteriak, "Siapa yang mendorongku? Aku menarik tangan pacarku sendiri, apa masalahmu?"
Saat mendengar kata 'pacar', raut wajah Jiang Xuecheng tiba-tiba menjadi sangat suram.
Jiang Xuecheng melirik Su Wan dan mendengus, lalu berkata pada Luo Jian, "Kalau kau cukup berani, cobalah katakan lagi."
Suara Jiang Xuecheng memang tidak keras, tapi cukup menakutkan.
Luo Jian mendongak dan melihat wajah Jiang Xuecheng. Tiba-tiba, ia sangat ketakutan. 'Bukankah dia adalah presiden Grup Dichen, Jiang Xuecheng?! Apakah dia marah?'
Luo Jian sangat terkejut sampai berkeringat dingin. Dia langsung meminta maaf. "Tuan Jiang, maafkan aku karena telah menyinggungmu. Aku tidak bermaksud begitu."
Sebelum Jiang Xuecheng berbicara, Luo Jian bergegas keluar dari sana. Ia sangat malu dengan kejadian ini.
Su Wan memiliki firasat buruk. Ia bersiap untuk pergi, tapi Jiang Xuecheng tiba-tiba menarik tangannya.
"Apakah kau benar-benar membutuhkan pacar? Apakah kau sangat tidak sabar... sampai tidak memilih-milih seperti ini?"