Setelah selesai makan, Su Wan merasa puas.
Jiang Xuecheng memanggil pelayan untuk meminta tagihannya.
Su Wan cepat-cepat mencegah Jiang Xuecheng, "Tuan Jiang, kau tak perlu mentraktirku. Mari kita bayar sendiri-sendiri."
Jiang Xuecheng melirik Su Wan dan berkata, "Kalau kau benar-benar ingin membayarnya, bagaimana kalau lain kali kau mentraktirku makan saja?"
Saat mendengar kata-kata ini, Su Wan tidak berani bergerak dan hanya tersenyum.
'Mentraktir dia? Lucu sekali, untuk apa aku menyusahkan diri sendiri…'
Setelah Jiang Xuecheng membayar tagihan, Su Wan berkata sambil tersenyum, "Tuan Jiang, karena kita sudah selesai makan, bisakah kau pinjamkan ponselmu sebentar?"
'Entah foto atau apa pun itu, aku harus menghapus semuanya,' pikir Su Wan.
Jiang Xuecheng tahu apa yang ingin dilakukan Su Wan. Dia mengangkat alisnya, "Boleh, tapi kau harus pinjamkan ponselmu dulu."
'Apa yang ingin dia lakukan pada ponsel baruku?' Su Wan tidak mengerti maksud Jiang Xuecheng. Demi menghapus foto-foto itu, akhirnya dia mau menukar ponselnya dengan ponsel Jiang Xuecheng.
Jiang Xuecheng memasukkan nomornya sendiri ke dalam daftar kontak Su Wan.
Su Wan pun membiarkannya. Saat ini, yang paling penting adalah menghapus foto-foto itu. Su Wan menggertakkan giginya dan segera membuka galeri foto Jiang Xuecheng.
Ternyata hanya ada beberapa foto di dalamnya, dan ia tidak menemukan foto yang dikatakan Jiang Xuecheng tadi.
"Kau bohong!"
Kemudian, Jiang Xuecheng menghubungi nomor ponselnya sendiri dengan ponsel Su Wan. Alunan piano yang indah mulai bergema di udara.
Su Wan menolak panggilan Jiang Xuechen dengan kesal, tapi untung saja Jiang Xuecheng sedang dalam suasana hati yang baik. Ia menggoyangkan ponsel Su Wan dengan satu tangan.
"Apakah kau tidak tahu trik-trik kecil seperti ini?"
Su Wan merebut ponselnya dan marah. "Sekarang, aku benar-benar percaya bahwa Tuan Jiang adalah seorang pengusaha."
"Kenapa kau bilang begitu?" tanya Jiang Xuecheng.
Su Wan mengambil tasnya di belakang kursi dan berjalan keluar pintu. Ia melayangkan tatapan dingin pada Jiang Xuecheng. "Kalau kau tidak licik, kau tidak akan menjadi seorang pengusaha sukses."
Jiang Xuecheng sangat setuju dengan kata-kata Su Wan. Dia langsung menghampiri Su Wan. "Apakah kau ingin kuantar pulang?"
"Tidak perlu, terima kasih." Su Wan tidak menghentikan langkahnya.
"Kalau begitu, hati-hati…"
Tiba-tiba, tangan Su Wan ditarik oleh seorang pria aneh, dan tasnya hilang.
Su Wan tertegun. Ia melihat pria yang mengambil tasnya mengendarai sepeda motor dan pergi.
'Gawat, semua kartu identitasku masih ada di dalam tas itu!' pikir Su Wan.
Jiang Xuecheng berjalan cepat ke Su Wan dan segera meraih tangannya. "Apa yang kau lakukan? Cepat ikuti aku, aku akan merebut tasmu darinya."
Mungkin karena sangat terkejut, Su Wan terdiam. Jiang Xuecheng langsung menarik Su Wan ke mobilnya. Hari ini, Jiang Xuecheng mengendarai mobil Koenigsegg.
Su Wan kembali sadar dan cepat-cepat memasang sabuk pengamannya. Jiang Xuecheng menyalakan mesin mobil dan mengejar sepeda motor tersebut.
Saat ini, ada banyak mobil berlalu-lalang di jalan, tapi untungnya Jiang Xuecheng pandai menyetir dan memotong jalan. Dibandingkan dengan Lu Qingyu, Jiang Xuecheng memberinya perasaan nyaman.
Awalnya, pencuri tas itu tidak tahu bahwa ada mobil yang mengejarnya. Setelah melewati beberapa lampu lalu lintas, ia menyadari bahwa ada yang salah. Ia melihat mobil Koenigsegg mengikutinya dari belakang.
Pencuri itu melaju ke jalan yang sepi dan sangat sempit, bahkan hanya dapat dilewati pejalan kaki, sepeda, sepeda motor, dan kendaraan kecil. Mustahil mobil bisa masuk ke sana.
Jiang Xuecheng menggigit bibirnya dan berkata pada Su Wan, "Aku akan turun untuk mencari dia. Kau tunggu saja di dalam mobil."
"Jiang…"
Sebelum Su Wan selesai menjawab, Jiang Xuecheng sudah turun dari mobil. Jiang Xuecheng lari ke jalan setapak itu dan menghilang dalam sekejap.
'Tidak akan terjadi hal buruk padanya, kan? Bagaimana kalau si pencuri membawa pisau atau senjata tajam?' Su Wan sangat khawatir.
Semakin memikirkannya, Su Wan semakin khawatir. Dibandingkan dengan tas itu, dia lebih khawatir jika Jiang Xuecheng akan terluka.
Su Wan menggertakkan giginya dan bergegas keluar dari mobil. Ia mengambil palu pengaman yang digunakan untuk memecahkan jendela mobil dalam keadaan darurat.
Dengan senjata di tangannya, Su Wan merasa sedikit lega. Begitu memasuki jalan setapak itu, ternyata ia menemukan banyak gang-gang di sana.
Si pencuri pasti tahu jalan ini, dan Su Wan tidak tahu harus masuk ke gang mana…
Telapak tangan Su Wan berkeringat. Suasana yang sepi di tempat itu membuat Su Wan merasa takut...
Su Wan sangat khawatir, dan akhirnya ia berteriak, "Jiang Xuecheng…"
Tak ada jawaban. Ia pun merasa lebih cemas. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor darurat. 'Semoga Jiang Xuecheng baik-baik saja.' Su Wan berdoa.
"Su Wan, aku di sini."
Mendengar suara itu, Su Wan merasa sangat gembira.
Su Wan berbalik dan melihat Jiang Xuecheng berdiri di bawah atap rumah.
Su Wan berlari dan meraih lengan Jiang Xuecheng. "Apakah kau baik-baik saja, Jiang Xuecheng?"
Ketika melihat Su Wan sangat mengkhawatirkannya, Jiang Xuecheng tampak senang.
Su Wan melihat bercak darah di telapak tangan kiri Jiang Xuecheng.
"Darah ini, apakah kau terluka?"
"Gadis bodoh, ini bukan darahku. Ini darah pencuri tasmu."
Tampaknya Su Wan masih khawatir, dan Jiang Xuecheng pun berkata, "Aku berlatih taekwondo sejak kecil, jadi pencuri seperti itu bukanlah lawanku."
Su Wan menghela napas lega dan melepaskan lengan Jiang Xuecheng.
Jiang Xuecheng sedikit sedih. 'Kalau tahu begitu, seharusnya tadi aku berbohong dan berkata bahwa aku terluka.'
Jiang Xuecheng terkejut dengan pikirannya sendiri. Dia sedikit mengernyit dan mengembalikan dompet Su Wan. "Nah, ini dompetmu. Simpanlah baik-baik, jangan sampai hilang lagi."
"Terima kasih." Su Wan berkata dengan tulus.
Jiang Xuecheng mendekati Su Wan. Ia sengaja berkata dengan lembut dan membuat tubuh Su Wan menjadi kaku.
"Untuk apa berterima kasih? Lebih baik kau…"