Chereads / Untuk Sisa Hidupmu / Chapter 6 - Amarah Hari ini Begitu Besar?

Chapter 6 - Amarah Hari ini Begitu Besar?

"Gadis kecil! Kacang tanah sudah habis!"

Shen Cheng tidak bekerja selama beberapa hari terakhir karena tubuhnya lemas dan ia merasa tidak berdaya. Namun, Shen Zhongming tetap melimpahkan hal-hal sepele kepada anaknya seperti biasa. Karena Shen Cheng tidak menjawab, Shen Zhongming kembali mendesaknya. Akhirnya, Shen Cheng membanting pintu dan berjalan keluar. 

Selama Shen Zhongming berada di rumah dalam tiga hari, setidaknya Shen Cheng sudah membanting pintu sebanyak delapan kali. Jika pintunya tidak kuat, mungkin pintu itu sudah hancur sejak awal. Ekspresi Shen Cheng terlihat begitu marah, seperti ingin merobek seseorang. Wajahnya sangat dingin, begitu pula seluruh tubuhnya yang memancarkan aura dingin dari atas ke bawah.

Begitu Shen Cheng keluar, Shen Zhongming segera meliriknya dan menegur, "Kamu ini anak perempuan. Tidak bisakah sedikit lebih lembut?"

Shen Cheng merasa tidak senang setelah mendengar kata-kata Shen Zhongming sehingga ia pun menyahut, "Haruskah kamu yang mengatur?!"

Shen Zhongming menyesap anggur. "Mengapa amarah hari ini begitu besar?" tanyanya sambil mengangkat anggur di tangannya ke depan, "Kemarilah dan minum seteguk. Ayahmu jamin, anggur kali ini pastinya bukan yang berharga lima Yuan per pon."

"Awas!"

Mata Shen Cheng memerah karena kesal. Ia bahkan tidak melihat sekilas pun ke arah Shen Zhongming saat berjalan keluar rumah dengan langkah lebar. Selama 21 tahun hidup, untuk pertama kalinya Seng Cheng marah seperti ini.

Shen Cheng berjalan di jalanan yang sudah sangat tidak asing baginya dengan kedua tangannya di dalam tas. Kemarin malam turun hujan sehingga jalanan basah. Sebuah mobil melintas dan ia tidak sempat menghindar hingga ia pun terciprat air kotor. Air yang terciprat tidak banyak, tapi cukup untuk membuat seluruh tubuh Shen Cheng basah kuyup. Helai rambut panjang di depan dahinya sampai menempel ke pipi karena ternoda oleh air kotor.

Shen Cheng terlihat sangat tidak nyaman dan malu. Yang paling mengerikan adalah, pakaiannya berwarna terang dan kini ia basah kuyup. Pakaiannya melekat ke kulit dan menjadi terawang. Meskipun hari sudah malam, lekuk tubuhnya yang indah tetap terekspos. Air kotor mengalir dari pipinya dan menetes jatuh ke bawah. Sangat memalukan.

Ciiit…

Suara rem yang melengking sontak memekakkan telinga. Sebuah mobil sport berhenti di jarak sejauh satu meter dari Shen Cheng. Jendela perlahan-lahan diturunkan, lalu sebuah wajah cantik muncul dari jendela dengan mata yang berkilat-kilat memancarkan perseteruan. "Yo, Nona Shen! Kebetulan sekali!"

Perempuan itu memiliki cara menyapa yang sangat unik. Bahkan, Shen Cheng sendiri tidak tahu apakah ia sedang mengejeknya atau menyindirnya. Shen Cheng meliriknya, menyeka air kotor dari wajahnya, lalu mengaitkan sudut bibirnya yang cantik hingga tersenyum miring. "Memang kebetulan sekali," balas Shen Cheng. Suaranya tidak menunjukkan pergolakan sama sekali sehingga tidak ada yang bisa menebak emosinya sekarang sedang baik atau buruk.

Perempuan itu mendengar kata-kata Shen Cheng, melepaskan kacamata hitamnya, lalu tersenyum sambil berkata, "Untuk barusan… Maaf, ya! Jika aku tahu itu kamu, aku tidak akan memilih untuk melewati jalan ini!"

Shen Cheng mengangkat alisnya dan senyum bibirnya menjadi semakin dalam. Saat perempuan itu melihat Shen Cheng tidak berbicara, ia merasa semakin sombong, "Awalnya aku berencana untuk mengantarmu. Tapi, melihat kotoran di tubuhmu…" Kata-kata tajam, seakan sengaja membawa pisau yang sangat ingin memotong kulit dan daging Shen Cheng. Kadang-kadang, membenci seseorang juga bisa menjadi begitu dramatis.

Perempuan yang membawa mobil sport itu bernama Xia An'an, teman sekelas Shen Cheng. Dulu, karena anak lelaki yang disukai Xia An'an selalu menempel pada Shen Cheng, ia langsung tidak berteman lagi dengan Shen Cheng. Sejak saat itu, keduanya berjalan di jalan masing-masing dan tidak saling berhubungan lagi. Mereka sangat memahami dan kemudian saling membenci satu sama lain.

"Kotor?" Shen Cheng tiba-tiba terkekeh, "Orang yang begitu 'bersih' seperti dirimu, apakah kamu tidak akan membenci orang yang sehat secara fisik dan mental serta bebas dari penyakit kelamin menular?"

Untuk menghadapi bajingan kecil seperti ini, Shen Cheng tidak memerlukan keterampilan dan konten teknis.