Chereads / Untuk Sisa Hidupmu / Chapter 8 - Kecelakaan Mobil

Chapter 8 - Kecelakaan Mobil

Malam di pertengahan musim panas itu benar-benar terasa sangat panas. Shen Cheng juga sangat kesal. Untuk mengatasi tekanannya, ia pergi ke kota untuk membeli beberapa alat untuk penipuan. Namun, dalam perjalanan kembali, Shen Cheng melihat sebuah kejadian.

Seorang nenek berusia lima puluh tahun hampir ditabrak mobil. Pemandangan ini membuat Shen Cheng takut sampai wajahnya menjadi hijau. Ia tidak menduga bahwa pemilik mobil tadi bukannya keluar mobil untuk bertanya, tapi malah membuka jendela dan berteriak, "Kamu orang tua yang belum mati! Jika ingin mati, jangan cari aku! Benar-benar sangat sial! Hah!"

Orang itu melontarkan kata-kata buruk tanpa lupa meludah ke arah nenek itu. Shen Cheng menyipitkan matanya dan melihat jelas penampilan pemilik mobil. Orang itu gemuk, berwajah licik, tampak sembrono, dan buruk rupa. Dari pandangan pertama, Shen Cheng sudah tahu bahwa orang itu bukan orang yang baik. Ia memperhatikan mobilnya lagi dengan saksama dan menaksir bahwa harganya sekitar 300.000 Yuan.

Nenek yang dimarahi langsung menghela napas tak berdaya dan berkata dengan suara lirih, "Mengapa orang muda sekarang begitu tidak terdidik…"

Setelah si pria gendut mendengar perkataan nenek itu, ia menjadi lebih marah dan sekali lagi marah-marah, "Aku bilang, kamu wanita tua! Mengapa begitu bawel dan tidak cepat minggir ke tepi? Kalau tidak, jika kamu nanti tergesek atau terserempet, jangan menyalahkan aku!"

Begitu pria gendut itu selesai berbicara, hanya terdengar suara deruan mesin dan mobilnya melaju dengan kencang seakan-akan hendak terbang. Beruntung nenek itu sudah berdiri di tepi jalan. Jika tidak, meskipun nenek itu tidak tertabrak mati, ia pasti akan tertabrak hingga luka parah.

Mobil itu melaju dengan cepat hingga seberkas cahaya melintas di mata Shen Cheng. Tanpa diduga, ketika jarak mobil itu berjarak sekitar 55 meter dari Shen Cheng, ia tiba-tiba menyambutnya.

Ciiit…

Suara rem yang memekakkan telinga langsung membelah keheningan langit malam saat pria itu mengerem mobilnya. Shen Cheng menjerit dan langsung jatuh ke tanah. Pria gendut yang tadi masih memarahi orang dengan begitu gila sekarang tidak bisa tenang sama sekali. Ia memandang ke depan dengan kaget, keringat dingin menetes dari wajahnya, dan tangannya yang memegang setir mobil dengan erat kini gemetaran tanpa terkendali.

Pria gendut itu telah menunggu lama, tapi ia tidak kunjung melihat seseorang bangkit dari jalan. Ia hanya bisa turun dari mobil dengan gemetar. Ia merasa masih baik saat tidak turun dari mobil, tapi begitu turun mobil ia langsung merasa takut. Pemandangan di depannya benar-benar terlalu mengerikan. Seorang wanita cantik terjatuh dalam genangan darah. Darah terus-menerus keluar dari sudut mulutnya.

"Kamu, kam-kamu… Apakah kamu baik-baik saja…?" tanya pria gendut itu dengan suara yang bergetar keras, begitu pula dengan tubuh gemuknya yang ikut gemetar sampai ia tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya sendiri dengan jelas.

Shen Cheng yang seluruh tubuhnya berlumuran darah dari atas sampai bawah tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar. Ia menatap kosong ke arah pria gendut itu, mengangkat tangannya dengan susah payah, dan berkata, "Selamat… Selamatkan aku…"

Ketika Shen Cheng berbicara, mulutnya menyemburkan darah. Dengan suara gedebuk, tangannya yang terangkat di udara tiba-tiba terjatuh. Siapapun yang melihat pemandangan seperti ini pasti takut dan mengira bahwa gadis ini pasti akan mati, apalagi si pria gendut yang berada di tempat itu.

Pria gendut itu bergidik sejenak, memalingkan pandangannya, lalu buru-buru mengeluarkan teleponnya untuk memanggil polisi. Namun, karena tangannya terlalu gemetar, ponselnya jatuh ke genangan darah di tanah. Ia berdiri membeku di tempat dan tidak tahu harus melakukan apa saat melihat layar ponsel yang tidak dikenalnya.

Shen Cheng terbaring di tanah dalam kondisi sekarat dan masih terus-menerus memuntahkan darah dari mulutnya. Pria gemuk itu benar-benar tidak bisa tinggal di sini lagi. Ia berlari ke samping mobil dengan panik lalu mengambil KTP, SIM, uang, dan semua barang berharganya dan melemparkannya di depan Shen Cheng. "Kam-kamu… Aku akan pergi ke rumah sakit untuk memanggil ambulans! Tunggu, tunggu… Akan segera datang…"

Pria gendut itu menyelesaikan kata-katanya dengan terbata-bata dan cepat-cepat naik mobil. Lalu, ia memutar balik mobilnya dan melaju menuju pusat kota. Setelah mobil itu menghilang dari pandangan, Shen Cheng yang berbaring di genangan darah akhirnya tidak bisa menahan diri dan memutar bola mata dengan jengah. Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi menghina.