Dengan patuh Xaina mengikuti langkah Gavin Aviansyah yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya. Sepanjang perjalanan sampai kesini, dia belum mengatakan sepatah katapun.
Gavin sengaja membawa gadis ini ke rumahnya yang dimana dia akan sangat mudah untuk membodohi gadis ini. Karena jauh dari keluarganya.
Gavin terus berjalan menaiki tangga dan berhenti didepan pintu kamar. Ia berbalik menatap Xaina yang juga menghentikan langkahnya.
" Ini kamarmu dan yang sebelah adalah kamarku. Kamu tidak boleh masuk kedalam kamarku tanpa seizinku. Paham! " Ia mengatakan itu dengan tegas
" Iya " Xaina menjawab dengan patuh tanpa memprotes
Gaving mengukir senyum puas, dengan kepatuhan istrinya itu. Lalu ia membuat pringatan " Aku sudah punya kekasih dan aku tidak mencintaimu. Jadi jangan berharap lebih dariku apalagi berani mendekati ku "
" Iya " Xaina kembali menjawab dengan patih diiringi anggukan
" Dan kamu tidak boleh ngadu kepada kedua orang tuamu. Paham? "
" Iya " Entah berapa sekian kali Xaina menjawab iya dan iya yang dibarengi Anggukan. Seolah-olah ia adalah bintang peliharaan yang mudah untuk diatur
" Ok kalau begitu kamu bisa tidur sekarang " Kata Gavin akhirnya menyuruh gadis itu untuk tidur. Hati nuraninya merasa kasihan ketika melihat gadis rapuh dan penurut itu sangat kelelahan.
Xaina yang kelaparan tidak bergerak masuk kedalam kamar. Dia malah menatap suaminya dengan tatapan sendu
" Kenapa belum masuk? Malah menatapku apa kamu keberatan dengan semua peraturan yang aku berikan? " Tanya Gavin dengan raut datar
" Tidak " Xaina menggelengkan kepalanya
" Lalu apa? Aku ada urusan mau keluar. Jangan mempersulitku! " Gavin sedikit menaikan nada bicaranya. Namun, Xaina masih diam tak mengatakan apa-apa. Sebelum, pelayanan sekaligus pengawal pribadinya datang yang dibawanya dari kediamannya.
" Nona, saatnya anda Makan malam dan minum susunya " Ujar pelayan itu dengan lembut.
Mendengar itu Xaina langsung tersenyum dengan lembut, lalu mengangguk. Disisi lain, Gavin yang telah merasa kesal dengan tingkah gadis ini emosinya sedikit reda ketika melihat senyuman gadis itu.
Gavin menghela nafas berat lalu bertanya kepada Xaina " Kamu lapar? "
" Iya " Xaina mengangguk dengan raut bersinar-bersinar.
" Apa kamu gagu atau bodoh atau tidak bisa berkata banyak sehingga jawabanmu hanya iya dan iya? " Dengan kesal dia menanyakan itu kepada Xaina dan seharusnya dia tidak menanyakan hal itu. Karena jawabannya pasti iya. Tapi, ia masih saja bertanya dan jawabannya
" Tidak " Jawab Xaina mantap. Ya, dia memang tidak memiliki penyakit atau gangguan pada pita suaranya atau apa yang membuatnya tidak bisa banyak bicara. Hanya saja dia malas berdebat dan menghamburkan tenaga untuk membual
" ..... "
" Tuan, Nona saya harus makan malam dan meminum susunya. Mohon izinkan saya membawanya kedapur " Kata Pelayan membuyarkan keheningan yang sempat terjadi beberapa detik yang lalu dengan sopan
" Baiklah, aku pergi dulu " Jawab Gavin kaku lalu beranjak menuruni tangga sebelah.
🍁🍁🍁
Shins Jidda adalah nama pelayan sekaligus pebgawal pribadi Xaina rahasya Allantazia. Dia sangat mengerti dan memahami semua kebutuhan dan apa yang dibutuhkan Nonanya ini.
" Nona, apa anda marah pada nyonya dan tuan? " Tanya Jidda ketika Nonanya selesai menghabiskan suapan terakhirnya
" Tidak " Xaina menatap pelayannya sekilas lalu meneguk air putih dengan tenang
" Lantas, jika Nona tidak marah. Kenapa Nona tidak tinggal dulu dikediaman Suderjo sebelum kesini? " Interogasi Jidda lebih dalam lagi
" Kesal " Xaina menaruh gelas kosong dihadapannya
" Ya ampun Nona, Nona juga marah sama Jidda? " Celoteh Jidda sembari memegang tangan Nonanya itu
" Sedikit " Jawab Xaina dengan datar
" Mohon maafkan, Jidda Nona? " Jidda menatap Nonanya dengan wajah memelas
" Cokelat " Sengaja Xaina mengalihkan topik. Ia benar-benar tidak ingin membahas soal perjodohannya
" Nona, tidak baik sebelum tidur memakan coklat besok aja ya? " Jidda mengingatkan sembari membujuknya seperti sedang membujuk anak kecil
Xaina cemberut lalu merengek meminta permen " Permen "
" Itu juga tidak bagus untuk gigi, Nona " Jidda berusaha untuk mengingatkan dengan hati-hati
Dengan kesal Xaina meminta buah apel " Apel "
" Sebentar Jidda ambilkan " Jidda mengambil buah apel dimeja makan lalu mengupasnya, lalu dipotong-potong menjadi potongan kecil. Sebelum, diberikannya kepada Xaina.
" Ini Nona " Jidda membarikan Buah Apel yang sudah siap makan dihadapan Xaina
" Iya " Xaina mengangguk lalu memakannya menggunakan sendok garpu kecil yang sudah disiapkan Mamanya untuk dibawanya kesini.
" Oh ya. Apa Nona sudah ngantuk? " Tanya Jidda sembari memperhatikan raut Nonanya itu dengan seksama
" Belum " Xaina menggeleng pelan
" Kalau begitu, memakan buahnya sambil nonton. Agar Nona tidak jenuh " Jidda menyarankan. Dia berusaha untuk menghibur Nonanya ini. Ia takut Nonanya akan sakit gara-gara memikirkan perjodohannya yang sudah terjadi
" Iya. " Seperti biasa Xaina mengangguk dengan patuh lalu beranjak keruang keluar sembari membawa buahnya
" Jidda akan membawakan beberapa buah lagi untuk anda Nona. " Kata Jidda sembari mengambil beberapa buah dari atas meja. Sementara, Xaina sudah pergi lebih dulu ke ruang keluarga
" Iya "
Mereka menonton anime Ninja Hatori di siaran Spacetoon dengan tenang. Tak lama Gavin pulang dengan temannya Rheja. Rhrja adalah tipikal orang yang hangat dan humoris juga sedikit playboy
" Hallo Kakak Ipar. " Sapa Rheja sok kenal sok dekat kepada Xaina sembari ikut duduk disamping Xaina
Xaina, meliriknya sekilas sebelum menjawab dengan datar " Juga "
" Perkenalkan namaku Rheja Gunawan dan panggil saja Rheja " Rheja memperkenalkan dirinya dengan sok Cool dan bergaya
Xaina kembali meliriknya dengan cuek, lalu nyebutkan nama depannya " Xaina "
" Buah apa yang sedang Kakak Ipar makan? " Basa-basi Rheja, sudah jelas yang dimakan Xaina itu adalah buah apel masih nanya lagi. Ingin sekali Xaina menggaparnya dengan piring. Tapi, ia tetap sabar dan menjawabnya " Apel "
" Boleh aku mencicipinya? " Tanyanya ringan, sementara tangannya sudah lebih dulu mengambil beberapa potong apel milik Xaina
" Iya "
" Boleh aku bertanya? " Ujar Rheja berusaha untuk mengakrabkan diri dan ingin mengenal gadis ini lebih dekat. Tapi, Xaina menolaknya mentah-mentah
" Tidak "
" Kenapa? " Tanya Rheja dengan raut sedih
" Ngantuk " Jawab Xaina tanpa menoleh, dia menaruh piring yang berisi potongan-potongan apel dan Anggur serta buah jeruk yang sudah dikupas Jidda dimeja.
Gavin yang dari tadi diam-diam memperhatikan komunikasi gagal seorang Rheja Gunawan mengukir senyum. Ada rasa lega dan tenang ketika Istrinya sangat cuek kepada teman beridung belang itu.
Jidda yang baru datang dari dapur membawakan segelas susu stroberi hangat untuk Nonanya, Sedikit heran ketika tuan rumah ini sudah pulang dengan orang lain. Tapi, dia menghiraukan orang lainnya dia hanya fokus kepada Nonanya
" Nona, minum dulu ya susunya? " Ia menaruh gelas susu stroberi itu di meja tepat dihadapan Nonanya dengan hati-hati
" Iya " Respon Xaina patuh, Ia mengambil gelas susu itu dari meja. Lalu, meminum susunya dengan tenang dan anggun dalam satu kali tegak. Ia mengembalikan gelas kosongnya kepada Jidda.
" Nona, baju tidur anda sudah saya siapkan diatas ranjang " Kata Jidda dengan suara lebih kecil
" Iya "
" Saya akan menyusul. Saya kedapur sebentar " Kata Jidda dengan perhatian
" Iya "
" Tuan Gavin, Tuan Alvin. Nona saya pamit tidur duluan. " Kata Jidda mewakili Nonanya
" Iya selamat malam " Ujar Rheja sembari melambaikan tangan kepada Xaina yang hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman tipis.