" Jidda, Nonamu dimana? " Tanya Gavin kepada pelayan pribadi istrinya, datang-datang langsung menanyakan keberadaan istrinya dengan raut seperti tengah memendam emosi
" Dikamar Tuan " Jawab Jidda cepat dan sedikit takut
Dengan cepat Gavin berjalan kearah tangga. Tanpa permisi langsung menerobos kamar Xaina.
Xaina yang tengah melukis sedikitpun tidak terkejut ataupun menoleh. Ia sudah terbiasa dengan keributan yang selalu terjadi didepan matanya. Jadi, hal itu tidak membuatnya kehilangan fokusnya.
" Xaina! " Panggil Gavin dengan nada sedikit tinggi
" Ya? " Sahut Xaina, tanpa menoleh sedikitpun kearah orang yang memanggilnya
" Tadi kamu makan diluar? " Interogasi Gavin dengan mata menyelidiki istrinya yang sama sekali tidak memperhatikannya
" Iya " Jawab Xaina mengakui dengan nada yang jernih
" Bersama pria? Atau dia kekasihmu? Sudah berapa lama kamu berhubungan dengannya? " Tanya Gavin dalam satu tarikan nafas
Xaina tidak menjawab ataupun menatap suaminya dia terlihat tampak tenang-tenang saja melanjutkan kegiatannya. Tanpa terganggu sedikitpun.
" Xaina aku bertanya padamu! Kamu pikir aku sedang berbicara dengan tembok apa? "
" Ohh "
" Aku ngomong dikali panjang lebar dijawab hanya 'oh, oh ' katamu? Berani kamu tidak menjawab pertanyaanku? "
" Iya "
" Kamu tidak takut aku akan menghukummu? " Gavin mengurung Xaina yang tengah asyik dengan dunianya sendiri. Gavin menumpukan tangan kanannya dimeja dan tangan kirinya berada disandaran kursi Xaina. Ia menundukkan wajahnya dengan marah. Hal itu bukannya membuat Xaina takut malah membuat pria itu...
Duk plakkk
Xaina yang awalnya menunduk melukis mengangkat kepalanya keatas bersamaan ia meregangkan kedua tangannya keatas dan itu membuatnya membentur kening Gavin dengan keras dan tangannya menonjok tengkuk Gavin dengan keras.
" Maaf " Ucap Xaina dengan cengir sembari berdiri. Hal itu kursi yang didudukinya terdorong kebelakang dan gedukk... Gavin yang masih berdiri dibelakang Xaina tanpa sengaja terdorong oleh kursi yang tadi diduduki Xaina. Pria itu terjungkal kelantai dengan mengenaskan
Xaina yang polos, tidak tahu kalau berdirinya dia menyebabkan orang lain terjungkal. Mengedipkan matanya dengan bingung lalu meminta maaf dengan suara lemah
" Maaf "
Gavin yang tengah kesal tidak merespon permintaan maaf Istrinya. Tapi, sebaliknya dia menunggu gadis itu mengulurkan tangan untuk membantunya. Namun, karena tidak ada respon darinya gadis itu malah pergi menjauhinya karena Xaina mengira kalau Gavin Marah padanya.
Xaina berjalan kenakas untuk mengisi gelas yang sudah kosong. Ia kehausan
Gavin yang melihat tingkah istrinya yang seperti tidak perduli dan berusaha untuk menghindarinya semakin kesal.
" Xaina bantu aku berdiri! " Ujar Gavin dengan nada memerintah
Xaina yang tengah menuangkan air kedalam gelas menoleh lalu berjalan kearah Gavin, tak lupa gelas yang berisi airnya masih dalam genggamannya
Gavin mengira kalau gadis itu datang untuk membantunya. Tapi, nyatanya gadis itu malah melewatinya dan mengambil pena ditempatnya. Xaina menuliskan sesuatu diatas kertas kosong, lalu diberikannya kepada Gavin
' Bukannya kemarin kamu bilang aku tidak boleh mendekatimu? ' kalimat itulah yang Xaina tulis dengan rapi dan tegas yang disodorkan kepada Gavin
" Ini tidak termasuk mendekati. Jadi, cepat ulurkan tanganmu! " Ucap Gavin tidak sabaran
Dengan ragu Xaina mengulurkan tangannya. Dengan cepat Gavin menggapainya dan menariknya sampai gadis itu sedikit terhuyung kedepan dan air minum yang masih ada ditangan kiri gadis itu tumpah dan tepat menyiram wajah Gavin.
" Xaina apa yang kamu lakukan? " Erang Gavin dengan suara menahan amarah. Ia menusap wajahnya dengan kasar
Xaina yang menyadari airnya tumpah tepat diwajah Gavin dan terlihat marah, dia segera melepaskan tangan suaminya dari tangannya. Gavin yang sudah hampir berdiri kembali terjatuh dan parahnya lebih keras
Gedebukk
Detik berikutnya pria itu mengerang antara menahan rasa sakit dan marah menjadi satu " Xaina Rahasya Allantazia!! "
" Iya? " Xaina menyahut dengan polos. Ia menatap suaminya yang tengah kesusahan dengan raut tanpa berdosa.
Serius, Gavin semakin frustasi dibuatnya. Kalau saja Xaina seorang pria mungkin dia sudah habis babak belur. Atau paling tidak dia bisa memarahi orang tersebut jikalau wanita pun. Tapi, ini? Mau marah sama siapa coba? Orang gadis ini mirip patung tidak pernah perduli
Dengan kesal Gavin berdiri dengan sendirinya. Pinggang dan pinggulnya benar-benar sakit dan terasa remuk.
" Dari tadi kamu hanya bilang iya iya dan iya apa kamu tidak punya kata lain untuk diucapkan selain iya? " Dengan marah ia menyemburkan kalimat itu pada istrinya yang masih berdiri tanpa dosa
" Ada " Sahut Xaina cepat, Ia menatap suaminya yang tengah marah dengan raut polosnya
" Apa? Coba aku ingin memdengarnya "
" Maaf " Xaina menundukkan wajahnya seperti anak kecil yang habis kena marah ibunya. Benar-benar menggemaskan dan lucu. Semua itu, membuat Gavin kalang kabut
" Iya terserah kamu " Ujar Gavin Kesal. Ia berbalik melangkah kearah pintu dengan kesal. Sementara Xaina kembali duduk dikursinya dan memakan buah-buahan dengan tenang
Saking kesalnya dia berjalan tanpa melihat kebawah, sehinga kakinya menginjak kulit pisang bekas Xaina yang dilemparkannya tadi. Namun, tak sampai pada tempat sampah.
Gedebuk..
Gavin terpeleset dan kembali terjatuh dengan mengenaskan. Sekarang dia bukan lagi terjatuh duduk. Tapi, terlentang.
Dengan ganas matanya langsung mengarah pada gadis yang tengah menyantap buah anggur dengan tenang. ' Pasti dia ' Duganya dalam hati dengan yakin
Suara gedebuk, disusul dengan eranangan Gavin yang amarahnya sudah menjalar keseluruhan sel sarafnya " XAINA!! "
Xaina yang tengah menikmati buah anggurnya, menoleh secara perlahan menatap suaminya yang tengah terkapar dilantai. Lalu melontarkan kata " Kenapa? " Tanyanya, lagi lagi dengan ekspresi tanpa dosa yang membuat Gavin semakin geram
" Kenapa, kenapa? Ini semua gara-gara kamu! Buang sampah sembarangan " Omel Gavin sembari melemparkan kulit pisang yang membuatnya terpleset itu ke tempat sampah.
Xaina yang tengah mengunyah buah seketika cengir kuda sembari melontarkan kata maaf.
Xaina menatapnya sekilas lalu kembali melahap buah anggurnya dengan tenang. Gavin yang baru terduduk diatas lantai hanya bisa menggeleng lemah.
Biasanya Gavin yang tempramental akan sangat mudah untuk marah. Tapi, kali ini ia hanya bisa mendengus dalam diam lalu keluar dari kamar Xaina dengan setumpuk amarah.
Kalau, saja itu orang lain yang merespon semua perkataan dan ekspresi yang dianggap normal. Mungkin, dia sudah mencekik orang itu. Tapi, ini yang dihadapinya adalah seorang Xaina Rahasya Allantazia yang terkenal bodoh
Blammm
Pintu tertutup dengan keras