" Lihat saja nanti. Aku pasti membalas perbuatanmu itu " Ujar Gavin disepanjang menuruni tangga. Sembari memegangi pinggangnya yang terasa remuk dengan jalan yang agak pincang
" Tuan kenapa? Kok jalannya.... " Tanya Jidda keheranan saat melihat Gavin keluar dari kamar Nonanya dengan tampang yang mengenaskan
" Kenapa, kenapa? Tanyakan saja pada Nona kamu " Jawab Gavin ketus lalu beranjak pergi. Ia meminta bawahannya untuk memanggilkan dokter keluarganya datang ke Mansionnya.
Ia perlu diperiksa, apakah ada tulang yang patah atau sesuatu yang serius terjadi padanya.
*
Sementara, Xaina.....
Ia lebih memilih, merebahkan dirinya diatas lembutnya ranjang dan tak lama setelahnya ia tertidur.
'Tok tok tok'
Suara ketukan beberapa kali dipintu kamarnya, hanya membuatnya sedikit mengangkat alisnya tanpa membangunkannya.
" Nona, ini saya Jidda. Nona, saya masuk ya? " Sahut dari luar sebelum pada akhirnya masuk menampakkan Jidda dengan membawa segelas susu Vanilla yang diletak dinampan.
" Nona, diminum dulu susunya " Kata Jidda saat menghampiri Nonanya yang sudah terlelap.
" Hh " Sahut Nonanya pelan tanpa bergerak.
Jidda yang melihat itu, segera menaruh nampannya di Nakas lalu membantu Nonanya bangun untuk meminum susunya.
" Nona, ini susunya " Kata Jidda sabar sembari menyodorkan gelas susunya di hadapan Nonanya dan membantunya untuk meminumkannya agar tidak tumpah.
Sementara, Xaina dengan patuh meminumnya dengan mata yang tertutup setelahnya kembali tertidur.
Jidda yang sudah melakukan tugasnya segera membenarkan letak tidur Nonanya dan menyelimutinya sebelum pergi Ia juga tidak lupa untuk mematikan lampunya. Sehingga yang menyala hanya lampu duduk yang ada disamping tempat tidur
" Selamat tidur Nona, saya juga akan tidur "
💫💫💫
Disisi lain....
Raka... Pria yang bertemu dengan Xaina direstoran yang berbintang dan berkelas. Tengah merenung memikirkan sosok gadis yang tadi siang makan siang bersamanya.
" Xaina? Hm nama yang sangat anggun " Gumamnya dengan senyuman samar terbit dibibirnya.
Sementara, Gavin tengah beristirahat dikamarnya yang ditemani oleh Rheja — Temannya.
" Gue rasa itu karena karma buat Loe, Vin " Kritik Rheja dengan pedasnya
" Shit Loe Ja! " Umpat Gavin dengan dingin
" Vin, Gue serius. Tadi siang Loe jalan sama Diva Akari, pas pulang Loe langsung mendapatkan musibah " Kata Rheja mengingatkan
" Ah Sok Tahu Loe. Ini semua gara-gara keteledoran gadis itu saja " Kilah Gavin tidak mau dikatakan semua yang telah terjadi padanya itu adalah karma. Dalam hatinya, Ia juga berpikir. Apakah yang dikatakan temannya itu benar atau tidak
" Bukan karena teledor. Tapi, ini hukuman untukmu supaya sadar " Ujar Rheja menyadarkan Gavin yang tengah tertegun
" Diam Loe bangke. Sakit ini badan gue " Ketus Gavin sembari melempar bantal yang tepat mendarat diwajah temannya itu.
*
Keesokan harinya...
Seorang wanita cantik dengan Cutaway Arch Shoes merah membalut kedua kakinya yang putih, atasan Off-shoulder top warna merah yang dipadukan dengan rok mini dengan model tapered warna hitam. Rambut bergelombangnya disanggul yang hanya menyisakan anak anak rambutnya, Hand bag warna yang senada dengan roknya dalam genggamannya.
Wajahnya diberikan sentuhan make-up yang membuatnya tambah terlihat lebih oke dengan lipstik warna merah gelora dibibirnya dan aksesoris lainnya yang ada padanya.
Ia berjalan dengan arogan memasuki rumah Gavin tanpa permisi. Orang itu tak lain adalah Diva Akari yang membuat seorang Gavin kelepek-klepek
Xaina yang melihat ada orang asing memasuki rumah tanpa permisi mendengus dalam diam, lalu pergi menuju dapur. Sebelum, sebuah panggilan membuatnya berhenti.
" Hey kamu " Ujar Diva Akari kepada Xaina yang hendak pergi menuju dapur.
Secara, perlahan Xaina membalikan tubuhnya " Aku? " Tanyanya keheranan sembari menunjuk dirinya sendiri
" Iya kamu, siapa lagi. Ayo ambilkan aku minum! " Ujar Diva Akari dengan nada layaknya tuan rumah kepada pelayan. Xaina yang tidak pernah diperintah oleh orang lain. Bahkan, Kedua orang tuanya tidak pernah menyuruhnya hanya diam dengan ekspresi datar.
" Kenapa masih diam disana? Apa aku kurang jelas mengatakannya? " Kata Diva Akari lebih keras dengan raut jengkel menatap Xaina yang tak kunjung menjawab.
" Jauh! " Respon Xaina acuh, lalu beranjak pergi menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Tanpa menghiraukan Diva Akari
" Kau! Awas kau, akan aku laporkanmu pada Gavin untuk memecatmu. Dasar pelayan sialan! " Ujar Diva Akari dengan bengis. Ia menatap punggung Xaina dengan tatapan nanar.
Xaina yang mendengar ancaman wanita itu, langsung bercermin ketika sudah sampai dikamaranya.
" Apa aku tampak seperti seorang pelayan? " Tanyanya pada pantulan cermin yang menampakkan dirinya yang tengah berdiri dengan raut keheranan.
" Pelayan? " Ulangnya lagi dengan bingung. Gavin yang kebetulan mau turun melewati kamarnya yang sedikit terbuka menghentikan langkahnya.
Ia memperhatikan Xaina yang tengah menatap dirinya didepan cermin. " Apa yang gadis itu lakukan? " Tanyanya yang hanya bisa didengar olehnya
" Pelayan? " Ulang Xaina lagi pada cermin dengan tanda tanya
" Pelayan apanya? " Jawabnya kemudian dengan kalimat tanya sembari menggaruk kepalanya
" Aku tidak seperti pelayan " Ujarnya kemudian sembari terus memperhatikan dirinya didepan cermin.
Gavin yang mendengar perkataan Xaina sedikit heran, 'Sebenarnya siapa yang telah ditemuinya hingga menyebut gadis itu seperti pelayan. ' Batinnya sebelum beranjak pergi. Tanpa menyadari kalau ia telah mendengar dengan jelas gadis itu lancar berbicara dan cukup panjang untuk ukuran Xaina.
Kembali ke bawah, saat Xaina pergi tak lama Rheja datang.
" Hallo, calon kakak Ipar. Hari ini kamu terlihat seperti sedang kesal " Ujar Rheja sekedar basa-basi. Tapi, diucapkan dengan nada yang seolah-olah pro terhadap wanita ini. Padahal, nyatanya Rheja sangat tidak menyukai karakter wanita ini.
" Hmm, ya. Tolong ambilin minum dong haus nih " Kata Diva Akari sembari mengusap tenggorokannya yang terekspos dengan bebas.
" Ok, kamu duduk saja dulu disana. Aku akan ambilkan mau apa? " Ujar Rheja dengan nada ramah yang dibuat-buat sembari menunjuk sofa diruangan keluarga
" Orange juice saja " Jawab Diva Akari sembari duduk disofa yang ditunjukkan oleh Rheja.
" Tunggu sebentar! " Kata Rheja sebelum melesat pergi kedapur dan tak lama kembali lagi dengan segelas Orange juice ditangannya.
" Ini " Ujar Rheja sembari menyodorkan segelas orange juice kehadapan Diva Akari
" Wah cepat sekali kamu. Terimakasih " Kata Diva Akari dengan berbinar-binar menerima Gelas yang berisi Juice tersebut sebelum meneguknya dengan anggun
" Hmm sama-sama " Jawab Rheja dengan anggukan kecil. Ia ikut duduk disofa yang tak jauh dari wanita itu duduk. Namun, agak jauh. Ia tidak mau jika harus duduk berdekatan dengan wanita manipulatif sepertinya
" Oh ya, katanya Gavin sakit ya? Bagaimana kabarnya sekarang? " Tanya Diva Akari setelah meneguk juicenya
" Udah baikan, dia lagi mandi bentar lagi juga turun " Jawab Rheja dengan natural. Ia meraih remot TV di meja dan menghidupkan televisinya
" Hmm, syukurlah kalau udah baikan. Oh ya, gadis pembangkang tadi siapa ya? Pelayan baru ya? " Akhirnya pertnyaan yang ditunggu-tunggu Rheja keluar juga dari mulut wanita itu.
" Oh, itu. Namanya Xaina istri sahnya Gavin " Jelas Rheja tak tanggung-tanggung mengatakan siapa sebenarnya Xaina. Bahkan, Ia sengaja mengatakan istri dengan ditambah sahnya.
Deg!
Jantung Diva Akari langsung berdetak dengan tidak beraturan seperti sehabis lari maraton. Marah, kesal, benci dan iri menjadi satu terhadap wanita yang bernamakan Xaina. Ingin sekali, Ia melabrak dan menamparnya sampai rasa sakit hatinya terobati. Dengan keras, Ia mencengkram roknya hingga tampak kusut.
Matanya langsung terasa perih dan panas ketika mendengar perkataan Rheja tersebut, dan seperti puluhan sembilah pisau menyerbu hatinya. Sangat sakit dan sakit sekali.