Hai, di sini ada beberapa percakapan yang menggunakan bahasa korea, tapi tenang aja kok udah aku kasih translatenya. Jangan lupa vote dan comment.
Happy Reading.
7 bulan sebelumnya.
Kemacetan melanda Seoul saat ini. Di jam sibuk seperti sekarang, banyak pengendara mobil maupun motor harus rela membuang waktu mereka di jalan. Menunggu, sampai kemacetan lalu lintas yang memang biasa terjadi ini mereda.
Hal yang sudah biasa terjadi di negeri ginseng ini, tak pernah menjadi masalah. Baik bagi para pekerja kantoran, atau bagi mereka yang baru pulang dari jalan-jalan.
Termasuk beban pekerjaan yang berat dan tak pernah ada habisnya itu. Sehingga banyak dari para pekerja memutuskan tetap tinggal di kantor, menyelesaikan pekerjaan mereka. Agar selesai sesuai deadline yang diberikan.
Tak terkecuali, perusahaan tempat Ga Eun bekerja. Meskipun baru di dirikan beberapa tahun yang lalu. Perusahaan ini tak kalah saing dengan perusahaan ternama lainnya yang sudah duluan terkenal dan memiliki nama.
Biarpun terkesan perusahaan kecil dan tidak sepopuler lainnya. Masih ada orang yang mau melamar di sini. Alasan paling utama, karena pendiri perusahaan next in ini memberikan peluang dan kesempatan yang sangat besar kepada setiap orang.
Selain itu, rumor yang beredar mengenai pendiri Perusahaan ini dikatakan sangat tampan, berkarisma dan yang pasti kaya raya. Sekali lihat, pasti akan langsung jatuh cinta. Terlebih lagi, pria itu masih singel.
Jadi, jangan salah sangka jika banyak wanita-wanita muda memutuskan untuk bekerja di perusahaan ini. Bukan karena mereka tidak bisa diterima di perusahaan besar lainnya. Tapi, karena memang keinginan mereka untuk bisa mengait pria yang masih menjadi misteri itu.
Namanya juga rumor, siapa yang bisa membuktikan jika tidak melihat langsung. Dan rumor tersebut, sampai detik ini masih tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Bahkan Ga Eun yang sudah bekerja hampir 1 tahun lebih, tak juga pernah melihat CEO tampannya itu.
"Neoneun jib e gal gayo?" tanya Woo Yong saat ia melihat Ga Eun tengah membereskan meja kerjanya. (Kau sudah akan pulang?)
Tanpa menoleh Ga Eun hanya menjawab singkat. "Oh...."
"Mau ku antar?" tanyanya menawari. Sambil bersiul, ia memutar kunci mobilnya di jari telunjuk sebelah kanan. Berusaha memamerkan, kalau ia baru saja mempunyai mobil. Walaupun mobil itu ia kredit beberapa hari yang lalu.
Tapi demi bisa mengejar Ga Eun, apa pun akan di lakukan Woo Yong. Sekali pun, ia harus mengirit biaya makannya agar kreditan mobilnya lunas. Tidak akan jadi masalah. Demi cinta, ia akan melakukan apa pun.
Ga Eun menoleh sejenak. "Tidak perlu, terima kasih." tolaknya sopan.
Seharusnya Ga Eun masih harus bekerja seperti rekan kerjanya yang masih sibuk dengan komputer dan berkas mereka. Tapi, berhubung hari ini ada tamu yang datang dan Bibi Ahn meminta agar Ga Eun segera pulang. Mau tidak mau, Ga Eun harus meminta ijin pada atasannya Pak Han yang cukup baik hati itu.
Setelah membereskan semua berkasnya yang semula berantakan di atas meja putihnya dan memasukkan beberapa barang yang sempat ia keluarkan seperti ponsel serta note book ke dalam tas jinjing hitamnya.
Ia langsung berlalu meninggalkan kantornya, dan berjalan menuju arah life yang terletak di ujung lorong ini. Di ikuti oleh Woo Yong yang masih saja mati-matian mengajar Ga Eun untuk pulang bersama. Membuat wanita itu, menoleh dengan raut wajah kesal.
"Sudah ku bilang tidak perlu!, aku bisa pulang sendiri, tapi terima kasih atas tawarannya" ucap Ga Eun cukup emosi sebelum akhirnya ia memencet tombol life.
"Tap--,"
"Aku sudah punya pacar Jang Woo Yong, dan pacarku saat ini berada di Amerika. Jadi aku mohon padamu jangan menggangu ku!" Pinta Ga Eun tegas. Lalu, Ia melangkah masuk ke dalam life. Meningalakan Woo Yong yang terlihat terpukul saat ini. Atas penolakan Ga Eun, sebelum pria itu menyatakan cintanya.
"Sia-sia saja, jika aku kredit mobil. Saat kau sudah punya pacar Kim Ga Eun." gumamnya sedih.
***
Beberapa mobil terlihat berlalu lalang di jalanan yang terlihat sudah cukup lenggang ini. Sembari menunggu bus yang mengarah menuju rumah Bibinya itu tiba. Ga Eun memilih termenung.
Ucapannya dengan Woo Yong beberapa menit yang lalu masih saja membuatnya tersenyum kecut.
"Namja chingu?" tanyanya lirih. Ia sendiri bingung dengan ucapannya. (Pacar?)
"Sebenarnya siapa yang kau sebut pacar... Kim Ga Eun." ucapnya lagi menyadarkan status singel yang melekat sejak ia lahir dan tak pernah tergantikan sampai sekarang.
Bus yang akan Ga Eun naiki nantinya sudah tiba di halte bus yang Ga Eun duduki saat ini. Tanpa banyak berfikir, ia langsung memasuki bus, melakukan pembayaran dengan kartu T-maney yang ia miliki. Selanjutnya, ia memilih duduk di bangku tengah di sisi kanan jendela.
Sekitar 30 menitan, bus itu berhenti di perhentian halte bus yang mengarah ke rumah bibi Ga Eun. Sambil menikmati angin malam yang cukup segar itu, ia menyusuri jalanan yang masih ramai di lalui oleh sebagai besar anak muda.
Kira-kira 4 blok dari minimarket yang terletak di simpang halte bus tadi, Ga Eun sudah bisa melihat pagar hitam klasik khas rumah Bibinya. Dengan langkah kaki ringan, ia berjalan memasuki perkarangan.
"Aku pulang" sapanya, saat ia sudah melepas sepatunya di pintu masuk.
Bibi Ahn yang sejak tadi sibuk di dapur, mempersiapkan berbagai hidangan untuk tamu istimewanya. Langsung berlalu ke arah pintu masuk dan menyambut Ga Eun dengan senyum ramah .
"Kau sudah pulang?" tanyanya senang. "Letakan tasmu di kamar, lalu pergilah ke ruang tamu dan lihat siapa yang datang" pintanya dengan nada senang.
Ga Eun yang juga ikut senang, langsung mengikuti perintah Bibinya itu. Ia berlari kecil menuju kamarnya yang ada di lantai 2, meletakan tas jinjingnya. Lalu, berangsur menuju ruang tamu.
Di sana, ia melihat sepasang wanita dan pria yang tegah duduk santai sambil menonton salah satu siaran drama. Tidak ingin menganggu kebersamaan dua orang yang masih menjadi misteri bagi Ga Eun. Ia memutuskan, pergi ke dapur dan menemani Bibinya mempersiapkan makan malam.
"Kenapa kau kemari?" tanyanya bingung. "Kau sudah lihat siapa yang datang?" tanyanya lagi dengan senyum yang lagi-lagi bermekaran di wajah cantiknya itu.
Ga Eun menggeleng. "Nanti saja Bi, sepertinya tamu Bibi lagi menghabiskan waktu berdua"
Lalu, ia mengambil piring kotor yang ada di dalam wastafel. Mencucinya hingga bersih. Dan menyusunnya di atas rak piring.
"Taru saja di sana, bibi yang akan melanjutkan mencuci" ucap Bibi Ahn sembari mengaduk bulgogi dalam panci yang hampir masak itu. "Cepat kau temui mereka" ucapnya lagi.
"Kau pasti akan senang jika melihat mereka" Bibi Ahn membujuk Ga Eun yang terlihat ragu.
Dengan langkah ragu, Ga Eun melangkah menuju ruang tamu. Baru saja 5 langkah ia berjalan dari dapur, wanita yang masih duduk di sofa itu menoleh sejenak ke arah pria yang ada di sebelahnya. Membuat Ga Eun bisa melihat sekilas wajah wanita itu.
Saat tahu, jika wanita yang ada di sofa itu adalah Eun Bi sepupunya. Ga Eun terlihat senang bukan kepalang. Bahkan ia sampai sempat menjerit senang, melihat Eun Bi sudah pulang ke rumah.
Buru-buru ia berlari menghampiri Eun Bi. Memeluknya dari belakang dengan erat. "Kenapa kau tidak mengabari ku?" tanyanya kecewa. "Kan, aku bisa menjemputmu di bandara"
"Aku tidak bisa bernafas" ujar wanita dengan rambut coklat sebahu itu. Ga Eun seketika, melepas pelukannya dan buru-buru meminta maaf.
Mereka yang sudah tidak bertemu sekitar hampir 4 tahun itu. Sejak terpisah negara, karena Eun Bi yang memutuskan untuk menempuh studi lanjutnya di Amerika. Saling melepas rindu dengan saling bercengkrama singkat.
Senyum Ga Eun yang semula mereka sejak tadi, perlahan memudar. Saat Eun Bi memperkenalkan sosok pria yang sudah lama Ga Eun rindukan dan ingin ia temui.
"Ini Jung Kook, tunangan ku" ujar Eun Bi dengan seulas senyum.
Berbeda dengan Eun Bi yang terlihat senang saat memperkenalkan Jung Kook sebagai calon suaminya itu. Ga Eun malah terlihat sedih dan terkejut.
"Tunangan?" gumam Ga Eun lirih.
Jung Kook yang sedari tadi hanya duduk bersandar di sofa putih itu, akhirnya bangkit dan menyapa Ga Eun dengan sopan.
Ada sedikit keterkejutan di wajah Jung Kook saat pria itu melihat Ga Eun di rumah ini. Tapi pria itu dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi sangat datar.
Yang alhasil membuat hati Ga Eun terasa tersayat. Padahal jauh sebelum ini. Mereka sudah pernah bertemu, bahkan Ga Eun pernah menyatakan cintanya untuk pria ini, walaupun pada akhirnya cintanya itu di tolak. Dan berakhir dengan cinta sepihak selama 7 tahun.
"Jeon Jung Kook."
Pria itu mengulurkan tangannya ke arah Ga Eun sopan. Tapi wanita itu tak berniat untuk membalas uluran tangan itu. Ia masih sangat syok, dengan kenyataan yang memukulnya ini.
Ga Eun yang tak kunjung membalas sapaan Jung Kook. Karena sibuk dengan pikirannya sendiri. Langsung tersadar, saat Jung Kook mengambil inisiatif untuk meraih tangan wanita itu duluan.
"Jeon Jung Kook" ulangnya lagi dengan ekspresi yang masih sama.
"Kim Ga Eun" balasnya lemah"Sepupu Eun Bi".
***
Makan malam yang di hadiri oleh Jung Kook. Begitu, terasa canggung buat Ga Eun. Wanita itu bahkan tak bisa berbicara dengan leluasa, hanya untuk menatap wajah Eun Bi ketika bicara saja ia tidak mampu.
Pasalnya, ia tidak ingin kebetulan melihat wajah Jung Kook yang duduk di samping Eun Bi. Dan membuat perasaan luka kembali terasa di hatinya. Untung saja, pria itu pulang setelah makan malam karena ia harus kembali ke kantornya.
Sedangkan Eun Bi, ia kembali ke apartemennya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang terpaksa ia bawa ke Korea.
"Dia pria yang baik 'kan Ga Eun?" tanya Bibi Ahn sembari mencuci piring kotor bekas makan malam tadi.
Ga Eun yang sejak tadi termenung, tak merespon pertanyaan Bibi Ahn yang sekarang sedang menatapnya khawatir.
"Ga Eun?" Panggil Bibi Ahn cemas.
Suara Bibi Ahn memecahkan lamunan wanita berkulit putih susu itu yang tengah memikirkan Jung Kook. "Ah...iya Bi."
"Dangsin eun apeun?" (Kau sakit?)
"Ani." Ga Eun menggeleng dengan senyum simpul di wajahnya. Ia meletakan semua piring yang sudah ia bilas ke dalam rak. (Tidak)
"Bibi harap kau juga bisa mendapatkan pria yang baik seperti Jung Kook." ucap Bibi Ahn tulus.
Senyum kecut muncul di wajah Ga Eun. Memikirkan untuk Mendapatkan pria seperti Jung Kook, sekarang hanya akan menjadi angan bagi seorang Kim Ga Eun.
Meskipun banyak pria tampan di luar sana. Tapi tetap saja, pria seperti Jung Kook hanya akan ada satu di dunia ini. Dan itu Artinya, Ga Eun harus sudah bisa melepaskan cinta pertamanya dan mengakhiri cinta sepihak nya yang masih ada hingga detik ini.
Serta merelakan Jung Kook untuk bersanding dengan Eun Bi. Saudara sepupunya.
***
"Mwo!" pekik Bora kaget saat ia mendengar cerita Ga Eun mengenai kejadian semalam. Bahkan ia hampir tersedak babbel teh sangking kagetnya. (Apa!)
"Eun Bi, akan menikah dengan Jung Kook?, Pria yang kau suka selama 7 tahun itu?" Bora terlihat kesal saat ini.
Bora sendiri heran, kenapa dari sekian banyaknya wanita di Korea. Kenapa saudara sepupu Ga Eun yang menikah dengan Jung Kook.
Lagi pula, Bora tahu betapa cintanya Ga Eun dengan Jung Kook. Sampai-sampai di tolak pun, Ga Eun masih tetap suka pada Jung Kook. Pria berhati dingin itu.
"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Bora mendesak.
Ga Eun tak merespon, ia memilih menyeruput babel teh di cafe yang letaknya berdekatan dengan kantornya ini dan yang selalu menjadi tongkrongan bagi mereka bertiga.
Sena yang baru saja kembali dari toilet, setelah membenarkan make up nya. Terlihat kebingungan dengan Bora yang kesal dan Ga Eun yang acuh tak acuh.
"Apa aku ke tinggalan sesuatu?" tanya Sena sembari melirik bergantian ke dua temannya itu yang tak merespon pertanyaannya.
"Lebih baik kau ikuti saran kami waktu itu saja." ucap Bora mengingatkan. "Kau tak mungkin hidup selamanya dengan menjomblo'kan?" tanya Bora lagi ragu.
Sena yang baru nyambung dengan pembicaraan kedua temannya yang sejak tadi mengabaikannya ini, dengan cekatan membuka ponsel dan mencari foto pria di sosial media yang ia miliki.
"I namjadeul eun?" Sena menunjukan foto pria yang lumayan tampan ke arah Ga Eun. (Bagaimana dengan pria ini?)
"Hajima!, Nanti seperti waktu itu lagi" sindir Bora. (Jangan!)
Ya, rencana yang teman-teman Ga Eun bahas adalah mengenai kencan buta. Sebelumnya, sekitar 3 tahun lalu. Saat mereka sama-sama lulus dari Universitas Nasional Seoul.
Jung Kook, pria yang merupakan cinta pertama Ga Eun semasa kuliah itu, memutuskan untuk kembali ke Amerika dan meneruskan bisnis ayahnya yang sangat terkenal di negara itu.
Kepergian Jung Kook, membuat Ga Eun murung setiap hari. Oleh karena itu, teman-teman Ga Eun menyarankan agar Ga Eun mengikuti kencan buta.
Pada masa itu, Sena teman Ga Eun. Menjodohkannya dengan salah satu pria yang Sena kenal di sosial media. Dari profil pria itu, terlihat sangat tampan dan maskulin. Tapi nyatanya, pria itu sangat lenje, dan sangat manja. Sejak saat itu, Ga Eun tak pernah ingin ikut kencan buta lagi. Ia trauma.
Mungkin, dulu Ga Eun masih bisa menolak pria yang mengejarnya dan juga menolak untuk ikut kencan buta. Karena masih mengharapkan Jung Kook untuk bisa menjadi pacar serta pendamping hidupnya.
Tapi, situasi saat ini berbeda. Ia sudah cukup tua. Usianya sebentar lagi akan menginjak 26 tahun. Terlebih, Bibi dan Pamannya juga ingin melihat Ga Eun cepat-cepat menikah. Dan harapannya untuk bisa bersanding dengan Jung Kook sudah pupus.
Satu-satunya yang bisa ia lakukan saat ini, hanya kencan buta. Mungkin, dengan begini ia bisa melupakan Jung Kook dan memulai kembali harinya tanpa di bayang-bayangi impiannya untuk memiliki Jung Kook yang sudah pasti tak akan pernah bisa ia gapai lagi.
"Kau tenang saja Ga Eun, aku janji akan mencari pria yang jauh lebih tampan dari Jung Kook dan membuat pria itu menyesal karena menolak mu" ucap Bora yakin. Senyum mulai terukir di wajah cantik Ga Eun.
"Nae chingudeul gomawo" Ga Eun memeluk ke dua temannya yang duduk di sisi kiri dan kanannya itu dengan erat. Yang langsung di balas oleh mereka. Rasanya melegakan memiliki teman-teman yang baik seperti Bora dan Sena. (Terima kasih teman-temanku)
Suara dering ponsel Ga Eun membuat obrolannya dengan Bora dan Sena harus terputus. Buru-buru ia mengangkat panggilan telepon dari Eun Bi.
Baru saja ia mendengar ucapan Eun Bi di sebrang telepon ini. Ga Eun sudah sangat terkejut sekali.
"Mwo?,Jadi ... penggapit?" tanya Ga Eun ulang. (Apa?)
Dulu, Ga Eun pernah berjanji pada Eun Bi, jika sepupunya itu menikah duluan. Maka, Ga Eun ingin menjadi penggapit untuk Eun Bi. Tapi masalahnya, Ga Eun tidak ingin terlibat dalam pernikahan Eun Bi saat ini.
Alasannya hanya satu, ia tak ingin bertemu lagi dengan Jung Kook dan membuat cinta yang sudah akan ia tutup rapat-rapat malah kembali muncul.
Sudah cukup, ia menderita karena mencintai Jung Kook selama 7 tahun belakang ini. Ia ingin mengubur masa lalu kelamnya, yang sempat jatuh cinta dengan Jung Kook. Dan satu hal yang bisa ia lakukan hanyalah menolak.
Meskipun begitu, ia tak ingin membuat Eun Bi merasa kecewa padanya. Tapi tetap saja, Ga Eun sungguh tidak mau menjadi penggapit di pernikahan Eun Bi dan Jung Kook.
Hatinya pasti akan menangis saat nanti, harus melihat Eun Bi dan Jung Kook mengucapkan janji suci pernikahan mereka. Terlebih, ia akan menjadi orang terdepan yang menyaksikan itu semua.
'Apa sesulit ini untuk melupakanmu Jeon Jung Kook?'