Dua hari telah berlalu semenjak Eun Bi di nyatakan benar-benar menghilang oleh kepolisian, tapi sampai hari ini pun belum ada kabar bahwa Eun Bi berhasil di temukan.
Bahkan, Nam Joon, agen kepolisan yang biasanya sangat handal dalam menemukan keberadaan seseorang, sampai hari ini belum mengupgrade laporannya pada Jung Kook.
Jung Kook mendesah. "Kau masih belum bisa menemukannya?" tanya Jung Kook tak percaya, sambil berjalan bulak balik di depan pintu masuk rumah Bibi Ahn.
"Kau itu... agen polisi khusus, kenapa kau masih belum bisa menemukannya?" tanya Jung Kook kesal.
Nam Joon tak merespon. Ia kesal pada Jung Kook. Apa sahabatnya ini berfikir semua agen polisi khusus bisa langsung menemukan orang hilang dalam hitungan hari?, tidak bisakah sahabatnya ini bersabar sedikit. Ia sudah berusaha, jauh lebih baik dari pada para polisi yang lain.
"Kau pikir... menemukan seseorang itu mudah?" tanyanya balik. "Menemukan orang hilang, sama saja mencari jarum di tumpukan jerami, kau tahu itu?"
"Lagi pula, apa kau tidak bisa bersabar sedikit?, kenapa kau terkesan terburu-buru seperti ini?" tanya Nam Joon di sebrang telepon.
Jung Kook mengacak rambutnya kasar. "Tiga hari lagi, aku akan segera menikah dan jika Eun Bi belum berhasil di temukan, kemungkinan besar pernikahan kami akan di batalkan dan aku... tidak mau itu terjadi." ucapnya tegas, membuat Nam Joon yang mendengarnya hanya bisa berseru mengerti.
"Masih tiga hari, kan?" tanya Nam Joon memastikan.
"Kau jangan khawatir, tim-ku sekarang sedang mencari keberadaannya di seluruh Korea Selatan dan jika calon istrimu itu masih belum bisa ditemukan, kemungkinan besar... wanita itu berangkat ke luar negeri." ucap Nam Joon.
"Akan ku kabari, jika ada perkembangan yang lain."
Baru saja Nam Joon ingin mematikan sambungan teleponnya, ia kembali berbicara cepat sebelum Jung Kook mengakhiri panggilan.
"Dan satu hal lagi, kau harus percaya padaku... aku menyampaikan informasi lebih banyak dari petugas polisi yang lain kau tahu?, seharusnya ini bukan tugasku, tapi karena kau sahabatku, aku akan melakukannya... jadi percaya saja padaku." ucapnya mengakhiri.
Jung Kook tersenyum simpul. Ia tahu, Nam Joon pria yang sangat sibuk, banyak kasus yang harus pria itu tangani, terlebih mencari orang hilang yang bukan berstatus sebagai penjahat, itu bukanlah tugas Nam Joon.
Tapi, satu-satunya polisi yang bisa ia percaya sekarang, hanya Kim Nam Joon. Ia yakin, sahabatnya itu sanggup untuk mencari tahu keberadaan Eun Bi saat ini.
Pria itu di nilai sangat hebat dan kompeten, puluhan kasus telah berhasil ia selesaikan. Meskipun, Nam Joon masih muda, ia di kagumi oleh banyak polisi senior. Karena itu Jung Kook tidak perlu khawatir, ia hanya perlu mengikuti saran Nam Joon. Percaya padanya.
Jung Kook memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Lalu, ia berjalan menghampiri Bibi Ahn dan Ga Eun yang tengah duduk di sofa empuk di ruang tamu sambil menunggu ke pastian dari Jung Kook.
Saat pria itu hampir sampai di ruang tamu, Ga Eun buru - buru menghampiri Jung Kook, dan menahan pria itu sejenak di sana.
"Bagaimana?, apa Eun Bi sudah ditemukan?" tanyanya berbisik sambil menatap Jung Kook.
"Belum."
Kepala Ga Eun tertunduk sesaat. Ia sedih, sekaligus takut. Ia takut, akan terjadi hal buruk pada Eun Bi. Ia tidak tahu, bagaimana caranya menenangkan Bibi Ahn jika memang hal buruk terjadi pada sepupunya.
Bibi Ahn pasti akan sangat terpukul sekali dan Ga Eun takut sesuatu yang buruk juga akan dilakukan Bibi Ahn, seperti bunuh diri misalnya.
Ia tidak ingin itu terjadi, ia yakin Eun Bi bukan wanita gegabah seperti dirinya. Eun Bi bisa menjaga dirinya dengan baik, wanita itu sangat kuat dan tanggu.
Mata Ga Eun kembali menatap Jung Kook dan menahannya, saat pria itu hendak melangkah ke ruang tamu.
"Tolong... jangan membuat Bibi Ahn sedih, katakan saja, mereka akan segera menemukan Eun Bi." ucap Ga Eun memohon.
"Oh..."
Jung Kook berjalan melewati Ga Eun dan menghampiri Bibi Ahn yang masih duduk di sofa dengan gelisah. Di tatapnya mata Bibi Ahn sejenak lalu, Jung Kook memutuskan untuk mengikuti ucapan Ga Eun.
Mungkin, ada baiknya mengikuti saran Ga Eun untuk saat ini. Ia tidak mungkin membuat Bibi Ahn tambah frustasi. Meskipun, Jung Kook terkesan dingin dan ketus. Tapi, untuk urusan orang tua, ia sangat menghargai dan menghormati semua orang tua.
"Bagaimana menantu Jeon?, apa Eun Bi sudah di temukan?" tanya Bibi Ahn sambil menyentuh tangan Jung Kook.
Jung Kook terdiam sesaat. "Untuk saat ini mereka belum menemukannya tapi,... mereka bilang akan segera menemukan Eun Bi."
Bibi Ahn terlihat tambah gelisah setelah mendengarkan penjelasan Jung Kook barusan. Dengan sigap, Ga Eun menghampiri Bibi Ahn lalu, berusaha menenangkan wanita itu.
"Bibi Ahn jangan khawatir, polisi pasti akan menemukan Eun Bi..."
Ga Eun membawa Bibi Ahn kedalam dekapannya, mengelus pundak Bibinya dan memberikan dukungan padanya.
"Tidak apa... Eun Bi wanita yang kuat Bi, dia bisa menjaga dirinya dengan baik, Ga Eun yakin itu. Jadi Bibi, jangan khawatir. Eun Bi tidak akan suka melihat Bibi terpuruk seperti ini. Pasti ada alasan mengapa Eun Bi pergi." ucapnya sembari memeluk dalam tubuh Bibi Ahn.
Jung Kook terdiam untuk beberapa saat sambil memandangi kedua wanita yang saat ini terlihat sangat sedih itu. Ada sesuatu yang ingin ia bicarakan mengenai pernikahannya.
Tapi, Jung Kook tidak yakin. Apakah ini waktu yang tepat untuk membicarakannya, melihat kondisi Bibi Ahn sekarang, ia takut wanita ini akan tiba-tiba syok atau semacamnya.
"Mengenai pernikahan..." ujar Jung Kook ragu.
Bibi Ahn menatap Jung Kook dengan mata sembabnya. "Menantu Jeon, kau tidak boleh membatalkan pernikahan ini." ucap Bibi Ahn takut
Jung Kook menggeleng ringan. "Tidak Bi, aku tidak akan membatalkan pernikahan ini."
"Mungkin, ada baiknya jika pernikahan ini di undur sampai Eun Bi di temukan." ucap Jung Kook memberikan usul.
"Tidak!" jawab Bibi Ahn tegas.
"Pernikahan ini, harus berlangsung sesuai tanggalnya. Menantu Jeon, kau tidak boleh mengundur pernikahan ini." ucapnya sambil menggenggam tangan Jung Kook.
Sejujurnya, Jung Kook juga tidak ingin mengundur pernikahannya, ia ingin segera menikahi Eun Bi dan membuat dirinya terbebas dari segala beban.
Masalahnya sekarang, Eun Bi belum di temukan. Ada baiknya ia mencari solusi seperti mengundurkan acara pernikahan. Dengan begitu, Jung Kook tak akan di permalukan dan di olok-olok oleh rekan bisnisnya.
"Eun Bi, pasti akan kembali sebelum pernikahan. Bibi yakin itu..." ucap Bibi Ahn yakin.
"Kalau tidak?" tanya Jung Kook memastikan.
Cara terbaik saat ini, hanya mengundur pernikahan. Mereka bisa mengatur ulang pernikahan yang sudah selesai mereka atur itu.
Bibi Ahn terlihat bingung. Ia tidak tahu, jawaban seperti apa yang harus ia berikan pada Jung Kook. Ia sendiri tidak yakin, apakah Eun Bi akan kembali sebelum pernikahan berlangsung.
Sebuah ide, terlintas di benak Bibi Ahn saat ia melihat Ga Eun. "Ga Eun bisa menggantikan Eun Bi di pernikahan."
Ga Eun terkejut. "Meng... menggantikan Eun Bi?" tanyanya memastikan.
"Aku tidak bisa Bi!" jawab Ga Eun tegas.
Ia tidak mungkin bisa mengantikan Eun Bi di pernikahan. Ga Eun sudah berjanji pada dirinya sendiri, kalau ia akan melupakan Jung Kook dan itu sudah berhasil ia lakukan, meskipun baru setengah jalan.
"Bibi mohon padamu Ga Eun." ucap Bibi Ahn memohon. "Bibi tidak pernah meminta apapun padamu sebelumnya... tapi kali ini, Bibi mohon padamu Ga Eun, tolong bantu Bibi sekali ini saja." ucapnya lagi memelas.
"Paman sudah tiada, dan satu keinginan paman hanyalah melihat Eun Bi menikah dengan Jung Kook... jika pernikahan ini tidak bisa terlaksana, betapa sedihnya paman di sana. jadi Bibi mohon padamu Ga Eun."
Menyinggung soal Paman Kang yang telah meninggal 8 tahun lalu akibat kecelakaan membuat Ga Eun sedih. Ia sangat ingin sekali membalas budi pada paman dan Bibinya, tapi tidak dengan cara seperti ini.
"Tidak Bi, Ga Eun tidak bisa." ucapnya tegas.
"Bibi mohon Ga Eun, kau hanya perlu menggantikan Eun Bi di pernikahan tidak lebih dari itu." ucapnya lagi sambil menggenggam tangan Ga Eun.
Berdiri di pelataran dan mengucapkan janji suci mengantikan Eun Bi. Ini terlalu sulit untuk Ga Eun lakukan. Kenapa Bibi Ahn tidak mengikuti saran Jung Kook saja, mengundurkan tanggal pernikahan ini.
"Ikuti saja saran Jung Kook, Bi." ucap Ga Eun putus asa.
"Tidak Ga Eun, pamanmu ingin mereka menikah di tanggal itu, Bibi bisa apa jika pamanmu telah berpesan hal seperti ini. Apa kau ingin membuat paman sedih?" tanyanya.
"Bibi tahu, kau menyayangi Eun Bi, dan Eun Bi pasti akan sangat berterima kasih padamu, jika kau bisa menyelamatkan pernikahan ini." ucapnya lagi menyakinkan keraguan Ga Eun.
Ga Eun tidak merespon. Sampai ucapan Bibi Ahn, membuatnya tersadar dari lamunannya. "Bibi yakin, kau bisa membantu Eun Bi... jadi Bibi mohon padamu, tolong Eun Bi, Ga Eun."
"Menantu Jeon, pasti akan setuju dengan saran Bibi kan?" tanyanya sambil memandangi Jung Kook di sisi kirinya.
Jung Kook berfikir sejenak. Ia tidak sepenuhnya yakin, menjadikan Ga Eun sebagai pengganti Eun Bi otomatis Jung Kook harus membicarakan masalah ini pada orang tuanya di Amerika.
"Bagaimana menantu Jeon, kau setuju kan?" tanya Bibi Ahn lagi.
Jung Kook menatap Ga Eun lalu, ia mengangguk ringan. "Aku setuju Bi." jawabnya. Setidaknya dengan cara ini, Jung Kook bisa melepas satu per satu bebannya.
Untuk masalah Eun Bi, itu bisa ia percayakan pada Nam Joon dan jika nanti, Eun Bi masih tidak bisa di temukan, tidak masalah baginya. Ia bisa melanjutkan pernikahan dengan Ga Eun.
Lagi pula, Jung Kook sendiri tidak terlalu peduli dengan pernikahan, mau siapapun yang bersanding dengannya nanti. Jung Kook tak peduli. Karena hanya ada pekerjaan yang ia pedulikan.
Tidak seperti Bibi Ahn yang terlihat lega, Ga Eun malah membulatkan matanya kesal sambil memandangi Jung Kook tajam.
Ia tidak mengerti apa yang merasuki Jung Kook. Bagaimana bisa pria ini setuju dengan usul Bibi Ahn yang sangat tidak masuk akal.
***
Bandara Internasional Incheon terlihat ramai di jam sibuk seperti ini. Banyak dari orang-orang yang berada di sini berniat untuk menjemput sanak saudara dan kerabat mereka yang baru kembali dari berpergian atau pun sekedar datang untuk berkunjung ke Seoul.
Tak terkecuali Jung Kook dan Ga Eun yang saat ini berada di area parkir. Masih sekitar dua puluh lima menit lagi pesawat Nenek Oh dari Amerika mendarat ke Seoul.
Awalnya, Jung Kook berniat untuk datang tepat pukul dua siang, tapi karena takut Nenek Oh akan mengomel panjang lebar, Jung Kook memutuskan untuk pergi lebih awal.
Ia juga mengajak Ga Eun serta bersamanya kemari. Berhubung Nenek Oh ingin melihat wajah cucu menatu-nya, jadi hanya dengan membawa Ga Eun dan memperkenalkannya sebagai Eun Bi akan lebih baik.
Jung Kook belum bisa memberi tahu Neneknya mengenai masalah hilangnya Eun Bi, Jung Kook takut itu akan membuat kondisi jantung Nenek Oh memburuk. Pasalnya Nenek Oh, di nyatakan memiliki kondisi jantung yang lemah di usianya ini.
Karena itu, ia hanya memberi tahu Ayah dan Ibu nya di Amerika. Untung ke dua orang tuannya itu memaklumi rencana pernikahan ini dan setuju dengan usul yang di berikan oleh Bibi Ahn.
"Apa masih lama?" tanya Ga Eun bosan.
Sudah sekitar lima belas menit mereka duduk di mobil, tanpa melakukan apapun. Ia bosan setengah mati. Kenapa mereka tidak keluar saja, menghirup udara segar dan melihat orang-orang berlalu lalang. Bukankah itu akan mempercepat waktu?
Tidak ada respon dari Jung Kook. Pria itu hanya menatap lurus gedung bandara yang sangat besar ini sambil menyandarkan tangan kirinya pada jendela kaca yang tertutup. Sesekali, pria ini mengecek ponselnya untuk melihat pekerjannya.
"Gaji ku, tidak akan di... potong, kan?" tanya Ga Eun lagi sambil melirik Jung Kook.
Lagi-lagi Jung Kook tak merespon membuat Ga Eun menghela nafas berat. Baik lah, ini bukan pertama kalinya Jung Kook memperlakukannya seperti ini. Ia sudah terbiasa, sangat terbiasa malah.
Ga Eun memalingkan wajahnya ke arah jendela, tak ada pemandangan apapun yang bisa ia lihat selain tumpukan mobil yang berjejer di sisi kanannya.
Bosan sekali. Ga Eun tidak bisa hanya duduk diam seperti ini. Setidaknya mereka harus mengobrol atau apalah. Berdiam di dalam mobil tanpa membahas apapun, benar-benar bosan.
Ga Eun melepas safety belt-nya, mengambil ponsel di tas jinjing hitamnya lalu, membuka pintu mobil. Baru saja Ga Eun ingin melangkah keluar dari mobil, suara Jung Kook membuatnya menoleh ke arah pria itu.
"Kemana kau akan pergi?" tanyanya sambil melirik Ga Eun sejenak.
"Aku ingin mencari udara segar, di sini tidak enak... terlalu banyak aura negatif." ucapnya mengejek.
Setelahnya, Ga Eun buru-buru meninggalkan Jung Kook yang masih memandang kesal padanya. Sebelum pria itu mengamuk karena mendengar ejekan Ga Eun.
"Aura negatif?, apa dia pikir aku ini hantu, yang benar saja." ucapnya tak percaya.
Sebuah bangku taman panjang yang berada di depan gedung bandara menjadi pilihan Ga Eun untuk menghirup udara segar, sembari menatap langit biru cerah dan pepohonan yang menghiasi lokasi bandara ini.
Sesekali, Ga Eun membalas pesan ke dua sahabatnya yang terus saja menanyai keberadaan Ga Eun saat ini.Biasanya, jam seperti ini, sahabat Ga Eun akan datang berkunjung ke kantor Ga Eun untuk mengajaknya makan siang bersama.
Ga Eun kembali meletakkan ponselnya di pangkuannya. Lalu, mengirup dalam-dalam udara Seoul yang sangat segar sambil memandangi matahari yang terasa menyengat di siang bolong.
Sedangkan Jung Kook, pria itu masih tak bergeming dari posisinya. Ia menatap Ga Eun dari dalam mobilnya yang sekarang sedang bermain dengan anak laki-laki berusia sekitar tiga tahunan.
Tawa dan senyum terlihat berbarengan di wajah cantik Ga Eun, saat wanita itu bermain dengan anak laki-laki di sampingnya. Membuat Jung Kook sesekali tersenyum tanpa ia sadari. Lalu, dering ponsel membuat Jung Kook merogoh kantung jasnya untuk mengambil ponselnya.
Ia membaca nama penelepon. Lalu, buru-buru di angkat saat sang Nenek meneleponnya. Sambil mendengarkan omelan Nenek Oh karena Jung Kook tidak ada di dalam bandara saat ini, mata Jung Kook sibuk mencari ke sekeliling lokasi bandara.
Ia tidak melihat Ga Eun di tempat tadi. Jung Kook memutuskan untuk masuk ke dalam bandara sendirian, menjemput Nenek Oh yang masih mengomel panjang di sebrang telepon.
Jung Kook, bisa mencari Ga Eun nanti. Karena yang terpenting sekarang, ia harus menghentikan omelan Nenek Oh. Sebelum wanita itu kembali mengomel sepanjang jalan.
Baru saja, Jung Kook keluar dari dalam mobil dan berjalan sekitar setengah meter. Ia melihat Ga Eun berlari ringan menghampirinya, sambil membawa kantung belanjaan di tangan kanannya.
"Cepat... Nenek sekarang sudah mendarat di bandara dan Nenek menunggu kita." ucap Jung Kook sembari berjalan melewati Ga Eun.
"Tunggu dulu..." ucap Ga Eun sembari mencegat lengan Jung Kook. "Ini... berikan pada Nenekmu ketika kau bertemu beliau, tidak baik jika tidak membawa apapun ketika bertemu orang tua." sambungnya sambil menyerahkan kantung belanjaan yang berisi teh hijau.
Jung Kook melihat isinya sekilas. Lalu, ia merogoh kantung celananya, mengeluarkan dompet kulit berwarna hitam dan mengambil beberapa lembar uang.
"Tidak perlu..." tolak Ga Eun saat Jung Kook menyerahkan sejumlah uang padanya.
"Itu untuk Nenekmu, jadi harganya gratis, anggap saja Eun Bi yang membelinya... tapi, jika untukmu kau harus bayar, mengerti." ucap Ga Eun.
Jung Kook memandangi Ga Eun sejenak. Lalu, ia berlari memasuki bandara di ikuti oleh Ga Eun yang juga ikut berlari.
Sesampainya mereka di dalam bandara, Jung Kook kembali menghubungi Nenek Oh. Setelah mendapatkan lokasi Nenek Oh. Jung Kook kembali berlari menuju tempat Nenek Oh.
Nafas Ga Eun terengah-engah. Ia menyeka keringat di keningnya, lalu memasang senyum manis saat melihat Nenek Oh yang sedang mengomeli Jung Kook.
"Halo Nek..." sapa Ga Eun ramah dengan senyum tulus.
Nenek Oh yang sebelumnya mengomeli Jung Kook, kini berhenti dan langsung tersenyum saat melihat Ga Eun berdiri di samping Jung Kook.
"Cantik sekali... kau pasti Eun Bi, kan?" tanya Nenek Oh sambil menyentuh wajah Ga Eun.
Ga Eun tersenyum. "Oh... iya Nek, aku Kang Eun Bi. senang bertemu dengan Nenek." ucap Ga Eun sambil membungkuk 75°.
Nenek Oh terlihat sangat senang saat melihat Ga Eun. Ia tidak menyangka, wanita yang berhasil merebut hati Jung Kook adalah wanita yang sangat cantik, sopan dan sederhana. Sesuai dengan selera Nenek Oh.
"Terima kasih." ujar Nenek Oh sembari menggenggam kedua tangan Ga Eun.
"Nenek sangat berterima kasih, karena kau mau membuka hatimu dan menikah dengan cucu nenek. Nenek yakin kau pasti kesulitan mengurus Jung Kook, tapi percayalah... Jung Kook pria yang akan berubah untuk orang yang ia cintai. Jadi, Eun Bi kau harus bertahan, mengerti?" ucap Nenek Oh panjang lebar.
Ga Eun hanya bisa merespon dengan seulas senyum manis sambil mengangguk ringan. Sedangkan Jung Kook, ia memutar bola matanya malas. Bagaimana Neneknya sendiri bisa berkata buruk mengenai dirinya di depan orang lain.
Dan omong kosong apa tadi, berubah untuk orang yang ia cintai?, Mustahil. Jung Kook tak akan berubah, ia senang dengan tabiat buruknya. Dengan begitu, wanita-wanita yang menggilainya tak akan mungkin tahan. Buktinya, Ga Eun memutuskan untuk tidak menyukai Jung Kook lagi.
"Apa kita tidak bisa pulang sekarang?" tanya Jung Kook dingin.
Nenek Oh yang sedari tadi mengobrol ringan dengan Ga Eun, melirik cucunya dengan tajam.
"Ck, kau memang tidak bisa melihat Nenek bahagia sedikit." tuturnya kesal.
Jung Kook tak berkomentar, ia malas harus berhadapan dengan neneknya. Lebih baik ia segera mengantar Nenek Oh ke rumah dari pada harus mendengar omelan.
Jung Kook menarik koper besar Nenek Oh meninggalkan bandara menuju area parkir yang di ikuti oleh Nenek Oh dan Ga Eun dari belakang.
Sesampainya di rumah Jung Kook. Pria itu, menurunkan koper Nenek Oh dari dalam bagasi. Membawanya masuk dan meletakkan koper itu di salah satu kamar kosong.
Ga Eun mengikuti langkah Jung Kook dari belakang sambil menuntun Nenek Oh menaiki tiga tangga di depan pintu utama.
Ini bukan kali pertama Ga Eun kemari, bisa di bilang ini dua kalinya ia kemari meskipun bukan karena di undang, tapi ia cukup senang.
Menjadi avatar, sepertinya bukan pilihan yang buruk. Bisa melihat lagi rumah pria yang dulu pernah menjadi cintanya. Membuat Ga Eun tersenyum beberapa kali.
Ia tidak menyangka akan kembali melihat rumah ini, ia pikir setelah menyatakan keputusannya untuk tidak menyukai Jung Kook lagi.
Maka semuanya berakhir, tapi entah kenapa takdir membawanya dalam sebuah rencana. Tapi, Jung Kook dan Ga Eun lebih suka menyebutnya sebagai permainan aneh. Permainan yang di lakukan hanya untuk mempertahankan sebuah pernikahan.
Meskipun begitu, permainan tidak akan berakhir, jika mereka tidak menyelesaikan permainan ini dan yang pasti Jung Kook dan Ga Eun tidak akan bisa menebak bagaimana permainan ini akan berakhir.
Hanya takdir yang menentukan segalanya, bagaimana akhir dari permainan peran ini. Semuanya bergantung dari takdir dan juga keputusan mereka.
***