Hai, maaf minggu kemarin enggak update aku kelupaan, jangan lupa vote dan comments ya. Makasih, BIG LOVE YOU.
Langkah kaki Ga Eun yang berlari ringan dari arah luar cafe hingga ke lantai 2 menimbulkan suara dentingan yang cukup keras dari sepatu heels yang digunakan olehnya.
Suasana cafe yang semula sunyi, berubah menjadi berisik karena kehadiran Ga Eun yang berhasil menarik perhatian beberapa pengunjung cafe. Mulai dari yang duduk di lantai 1 hingga yang ada di lantai 2.
Tak terkecuali Jung Kook yang sekarang sedang mengadakan rapat dengan sekretaris kantornya, yang saat ini memilih duduk di sudut dekat tangga. Juga ikut terganggu dengan kehadiran Ga Eun yang terlihat terburu-buru itu.
"Geuga yeogiseo hago issneun il?" gumam Jung Kook sembari melirik Ga Eun sekilas. (Apa yang dilakukannya disini?)
"Neo mwoya?" tanya Sekretaris Min Yoongi bingung. (Apa yang anda katakan tadi?)
"Aniyo." jawab Jung Kook singkat. Lalu, ia mengalihkan matanya ke berkas yang di bawa oleh Sekretaris Min beberapa menit yang lalu. (Tidak)
Dengan berbalutkan dress berwarna pitch selutut yang ia selaras dengan sepatu heelsnya itu. Ia melangkah dengan terburu-buru, menuju salah satu pria yang tengah duduk gelisah menunggunya.
"Mianhamnida" ucap Ga Eun spontan. Ia kemudian duduk berhadapan dengan pria bertubuh cukup gempal itu. (Maafkan aku)
"A... kwenchanseumnida" jawab pria gempal itu santai di akhiri seriggaian kecil. "Kau pasti, habis dari kantor ya?" tanya pria itu, setelah mempersilakan Ga Eun menyeruput jus buah yang telah di pesannya beberapa menit yang lalu. (Ah... tidak apa-apa)
Ga Eun melongo. "A... Ne" jawabnya singkat. Ia melepas bed nama yang masih menggantung di lehernya itu. (Ah... iya)
"Seharusnya, kau tidak perlu buru-buru kemari" ujar pria itu tak enak. "Kau bisa memintaku untuk menjemputmu" tawarnya kikuk.
"Kita kan tidak punya nomor satu sama lain" jawab Ga Eun spontan, membuat pria itu tersenyum kikuk.
"Ah... Benar juga" pria itu berseru kecewa.
Dengan ragu, pria itu mengeluarkan ponselnya dari saku jas berwarna cream yang ia gunakan. Kemudian, ia meletakan benda pipih itu ke atas meja bundar ini. Sambil menghelus tengkuknya yang tak terasa gatal itu.
Pria yang masih terus menatap langit ini, terlihat bingung untuk memulai perbincangan dengan Ga Eun yang sekarang hanya bisa menatap lurus pria berkulit cukup putih ini. Bahkan, untuk meminta nomor Ga Eun pria tak berani.
"Apa ini kencan buta pertamamu?" tanya Ga Eun santai.
Berbeda dengan Ga Eun yang terlihat santai di pertemuan kencan buta pertamanya dengan pria ini. Pria itu terlihat gelagapan untuk bicara. Bahkan, untuk menatap Ga Eun saja ia tak berani.
Pria itu mengangguk cepat untuk merespon pertanyaan Ga Eun yang sudah lewat beberapa menit itu. Lagi-lagi, Ga Eun hanya bisa tersenyum.
"Oh iya" ucap pria itu kelupaan menawarkan buku menu pada Ga Eun, setelah mereka duduk di sini hampir 20 menitan yang hanya di isi dengan saling tersenyum dan diam itu. "Kau... Ingin pesan apa?" tanyanya sambil mendorong buku menu ke hadapan Ga Eun.
Berhubung perut wanita itu sudah sangat keroncongan. Ga Eun, dengan cepat memesan menu makanan yang ia biasa pesan di cafe ini. Tidak butuh waktu lama, pelayan akhirnya datang membawa pesanan mereka.
Sebuah bistik dengan tingkat kematangan medium menjadi pilihan Ga Eun untuk menu makan siang hari ini. Begitu pun dengan pria yang dihadapannya yang juga memesan bistik tapi, dalam ukuran porsi yang berbeda. Membuat Ga Eun yang dijuluki perut karet, sampai-sampai tercengang melihatnya.
Di lain sisi, Jung Kook yang masih rapat dengan sekretsrisnya itu. Sekali-kali melirik Ga Eun, yang sekarang sedang menikmati makan siangnya sembari mengobrol dengan pria di hadapannya itu.
"Jadi... dia ikuti kencan buta?" gumam Jung Kook tak jelas. "Apa ia tidak laku, sampai harus ikut kencan buta seperti ini?" tanyanya tak habis pikir.
Pria ini mengakui jika wajah Ga Eun cantik, sangat cantik malah. Mulai dari wajah mungil wanita itu, kulit putih susunya,sampai ke senyumnya yang menurut Jung Kook sangat tulus.
Tapi ia heran, kenapa wanita seperti Ga Eun harus ikut kencan buta. Terlebih dengan pria yang terlihat seperti teddy bear itu.
Sembari menyantap hidangan yang ada dihadapannya, Ga Eun sebisa mungkin mengobrol dengan pria bermarga Shin ini. Menanyakan hal-hal dasar mengenai pria ini.
Meskipun, Ga Eun tidak terlalu menyukai pria seperti Shindong. Tapi, cinta bisa datang kapan saja kan?. Yang terpenting sekarang, ia harus bisa melupakan Jung Kook. Itu misi yang harus Ga Eun selesaikan.
Dering ponsel Ga Eun, membuat obrolan yang terlihat santai itu harus terganggu. Sambil membaca nama si penelepon. Ga Eun memilih untuk mengangkat telepon itu di kamar mandi.
Dengan satu isyarat, ia meminta ijin pada Shindong yang langsung di respon anggukan kecil dari pria itu. Shindong terlihat tidak terlalu peduli dengan ke pergian Ga Eun ke toilet, karena terlalu asik makan.
Di dalam kamar mandi, Ga Eun buru-buru menelepon Bora kembali.
"Yeo bosseyo" sapa Ga Eun setelah sambungan telepon terhubung.
Bora yang merasa cemas karena Ga Eun tak menggangkat panggilan teleponnya barusan. Buru-buru memarahi Ga Eun duluan, sebelum ia berbicara inti dari mengapa ia menelepon Ga Eun.
"Oh... Pria itu terlihat baik, tapi penampilannya sungguh berbeda dari yang kau tunjukkan di ponselmu itu beberapa hari yang lalu" adu Ga Eun yang direspon ketidak percayaan Bora.
"Na geojismal i aninda!" belah Ga Eun, yang di tuduh oleh Bora. (Aku tidak bohong!)
"Jadi, kau mau bagaimana?" tanya Bora di sebrang telepon.
"Mungkin, aku akan kencan beberapa kali lagi dengan Shindong" ujar Ga Eun menimbang-nimbang.
Sembari mendengarkan Bora yang masih banyak bertanya dari sebrang telepon ini. Ga Eun, menatap dirinya pada kaca besar yang ada di dalam toilet. Membenarkan make up nya yang sedikit berantakan dengan tisu toilet.
"Aku tutup dulu ya, nanti kita bicarakan lagi" ucap Ga Eun mengakhiri.
Setelah merapikan sedikit rambutnya, ia pun keluar dari toilet. Tapi betapa terkejutnya Ga Eun saat melihat Jung Kook berdiri bersandar di dinding pembatas toilet perempuan sambil bersedekap dada.
"A... nollage hae" ujar Ga Eun kagat sambil mengelus dadanya. (Ah... mengagetkan saja)
Pria itu berjalan beberapa langkah mendekati Ga Eun yang masih diam di tempatnya. Tidak ingin banyak bicara dengan Jung Kook, Ga Eun memilih untuk berlalu pergi.
Tapi Jung Kook malah menghalangi dengan selalu berjalan di jalan yang sama dengan Ga Eun, membuat wanita itu mengeram kesal.
"Wae?,dangsin i yaegi hago sipeun salam?" tanya Ga Eun malas. Ia bahkan tak menatap mata Jung Kook yang sekarang sedang menatap lurus ke arahnya.(kenapa?, ada yang ingin kau bicarakan?)
"Namja ga... neo ege majji anhneun geoya" ucapnya santai langsung pada inti. (Pria itu... tidak cocok denganmu)
Ga Eun yang enggan menatap Jung Kook. Kini melemparkan tatapan tajam pada pria yang pernah mengisi hatinya ini. Memang apa peduli Jung Kook jika pria itu tak cocok dengannya.
Memangnya Jung Kook orang tua Ga Eun, yang bisa melarangnya untuk tidak sembarangan kencan dengan pria. Menyebalkan.
"Itu bukan urusanmu!" ujar Ga Eun ketus.
Ia lalu, berjalan pergi dari tempat ini. Tapi ucapan Jung Kook membuatnya kembali terhenti. "Aku tak tahu, jika tipe mu akan turun se-drastis itu" ucapnya jujur, lalu ia pergi meninggalkan Ga Eun yang masih terdiam di tempat menahan emosinya.
Memangnya, karena siapa ia seperti ini. Kencan buta yang sangat ia benci, harus ia lakukan agar bisa melupakan Jung Kook, pria yang bahkan tak pernah membuka hatinya sedikit pun pada Ga Eun.
Di dalam cafe, Shindong yang sudah hampir selesai menyantap bistik berukuran jumbonya itu. Melirik sekilas ke arah toilet yang tak kunjung menampakkan wajah Ga Eun.
"Apa... Ga Eun kabur?" tanyanya cemas.
Shindong memutuskan untuk mencari Ga Eun ke dalam toilet. Baru beberapa langkah ia berjalan, Jung Kook yang baru kembali dari toilet menghadang Shindong yang terlihat kebingungan dengan sikap Jung Kook itu.
"Maaf, aku ingin lewat" ucap Shindong sopan. Saat Jung Kook terus saja menutupi jalannya.
Jung Kook tak merespon, lagi-lagi ia menghadang jalan Shindong seperti yang ia lakukan sebelumnya kepada Ga Eun.
"Kau, bukan tipe wanita yang sedang kencan buta denganmu itu" ujar Jung Kook tiba-tiba diakhiri dengan senyum yang terangkat.
Pupil mata Shindong melebar seketika. Ia tak tahu, apa urusan pria ini dengan kencan butanya dengan Ga Eun. Ia sendiri tak mengenali Jung Kook, tapi pria ini datang-datang dan langsung membuatnya marah.
"Maldo haji malla!" tukas Shindong tak senang. (Jangan asal bicara!)
Jung kook kembali mengangkat senyum sinisnya. "Aku tidak asal bicara, karena tipe Ga Eun adalah aku." ucapnya dengan percaya diri. Lalu, ia berangsur meninggalkan Shindong yang terlihat menahan emosinya itu.
Jung Kook berbalik sekilas setelah berjalan sekitar 3 setengah langkah. "Dan satu hal lagi, jika kau tak ingin sakit hati, maka kau harus duluan menolak wanita itu, sebelum dia kembali dari toilet dan menolakmu, Karena ia tak sungguh-sungguh ingin ikut kencan buta ini!"
Jung Kook kembali duduk di kursinya, dan melanjutkan rapatnya yang sempat tertunda. Pria itu sendiri tak tahu kenapa ia harus ikut campur dengan urusan kencan buta Ga Eun.
Tapi satu hal yang pasti, jika Ga Eun memang ingin mencari pengganti dirinya. Maka, Ga Eun harus mencari yang sepadan dengannya.
Ga Eun yang baru kembali dari toilet, merasa heran dengan Shindong yang terlihat tak seceria tadi.
"Museun il i ileonago issni?" tanya Ga Eun khawatir. (Apa terjadi sesuatu?)
Shindong tak menjawab. Dengan wajah memerah menahan marah dan sedih, ia bangkit berdiri dan membungkukkan tubuhnya singkat. Lalu pamit dari hadapan Ga Eun. Membuat tanda tanya muncul di kelapa Ga Eun.
Ga Eun ikut berdiri, dengan tatapan heran wanita itu menunggu langkah selanjutnya yang akan dibuat oleh Shindong.
"Aku rasa, kau tidak cocok denganku" jelas Shindong berbohong. "Setelah berpikir, kau bukan tipe wanita yang ku suka" lanjutnya lagi dengan suara bergumam tapi, masih bisa di dengar oleh Ga Eun.
"Hajiman,..." ucapan Ga Eun terputus. Shindong sudah pergi meninggalkannya yang masih bingung. (Tapi,...)
Ia melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Ah, dia sudah hampir terlambat untuk kembali ke kantor. Lagi pula, ia bisa malakukan kencan buta lain kali. Lebih baik ia cepat kembali ke kantor, sebelum Manajer Han memarahinya karena terlambat.
Buru-buru ia mengambil tas jinjing yang biasa ia gunakan lalu berangsur turun dari lantai 2 menuju lantai 1 dan keluar tanpa melirik Jung Kook yang sekarang sedang tersenyum senang itu.
***
Musik klasik yang dimainkan oleh para musisi di restoran berukuran lumayan besar ini, membuat pengunjung yang biasanya datang kemari untuk mengobrol santai terlihat sangat nyaman.
Sembari menyeruput teh yang Eun Bi pesan, matanya tak bisa lepas dari Jung Kook yang sampai sekarang masih asik dengan iPad-nya itu.
Eun Bi perlahan meletakan cangkir teh yang ia minum ke atas meja yang cukup rendah ini. "Bukankah tidak baik mengabaikan calon istrimu seperti ini, Oppa?" tanya Eun Bi menyinggung.
Jung Kook tak merespon, ia masih asik mengetik beberapa hal di sana. Membuat Eun Bi berdecak kesal dengan pria dihadapannya ini.
Dengan cukup emosi, Eun Bi berjalan ke arah Jung Kook dan mengambil iPad pria itu dengan kasar.
"Berhentilah memainkan iPad-mu ini, saat bersamaku Oppa" ucapnya sinis dengan senyum semanis mungkin. Lalu, kembali duduk di kursinya.
Tak ada kata yang ingin Jung Kook ucapkan mengenai tingkah laku Eun Bi yang terkesan mengekang ini. Lagi pula, ia bisa menyelesaikan pekerjaannya nanti setelah mereka selesai memilih gaun pengantin mereka.
Jung Kook menyeruput tehnya yang sudah tak hangat itu, lalu menyantap sesendok cheese cake di hadapannya.
Sesekali pria itu menatap arloji hitam di pergelangan tangan kirinya itu. Entah apa yang mereka lakukan di sini. Membuang waktu saja. Padahal mereka bisa langsung bertemu di direktori wedding yang ada di Gangnam.
Merasa lelah Jung Kook memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak. Lebih baik ia menatap kegelapan dari pada harus menatap Eun Bi yang terlihat sensi itu.
Beberapa hari ini, ia tidak bisa tidur nyenyak karena banyaknya tender yang harus ia selesaikan. Terlebih perusahaan yang baru ia bangun, masih butuh banyak perhatian.
Meskipun begitu, Jung Kook 1000 kali lebih menyukai menyelesaikan pekerjaannya yang tak pernah usai itu, di bandingkan harus duduk di sini bersama Eun Bi yang selalu saja emosional.
Keinginan Jung Kook untuk terbebas dari belenggu perjodohan, yang selalu diatur orang tuanya agar bisa fokus pada pekerjaan. sepertinya hanya akan menjadi angan saja sekarang.
Dengan wanita seperti Eun Bi yang akan bersanding dengannya nanti, dan yang pasti akan mengisi hari-harinya itu. Jung Kook pastikan, ia tak akan tahan di rumah.
Mungkin ia akan menjadi super workaholic yang sebelumnya hanya workaholic kualitas tinggi. Itulah yang ia putuskan, dan akan menjadi keputusan akhirnya.
Ia yakin, setelah menikah. Ia pasti akan lebih banyak menghabiskan waktu di kantornya. Jung Kook bahkan berniat menjadikan kantornya itu sebagai rumah ke dua yang akan sangat betah untuk ia tinggali.
Gampang saja, ia tinggal mengosongkan salah satu ruang kantornya dan membuatnya menjadi kamar tidur untuknya. Dan itu, sudah ia lakukan, hampir 80 %. Tinggal menambahkan beberapa furnitur saja di dalamnya.
Baru beberapa menit ia memejamkan matanya itu, suara yang amat familiar mulai mengisi gendang telinganya. Membuat mata Jung Kook yang terasa sedikit berat itu terbuka, untuk melihat siapa yang datang dan menyapa Eun Bi dengan ramah.
Ga Eun yang semula senang bercengkrama dengan Eun Bi, kini memasang wajah masamnya saat melihat Jung Kook. Ia masih emosi dengan Jung Kook, yang tegah menganggu kencan butanya dan membuat semuanya berantakan.
Ga Eun buru-buru memalingkan wajahnya ke arah Eun Bi. "Ada apa kau memintaku untuk datang ke mari?" tanya Ga Eun spontan.
"Aku ingin kau menemaniku memilih gaun pernikahan, selain itu kita juga akan memilih gaun untuk kau kenakan sebagai penggapitku nanti" jelas Eun Bi dengan seulas senyum simpul.
Jung Kook yang belum tahu kabar mengenai Ga Eun yang akan menjadi penggapitnya itu terlihat sedikit terkejut. Begitupun dengan Ga Eun, yang terlihat canggung sekarang. Karena harus pergi dengan Eun Bi dan Jung Kook.
"Ayo pergi Oppa" ajak Eun Bi seraya mengaitkan mesra tangannya pada lengan Jung Kook.
Belum sampai di direktori Wedding saja, Ga Eun sudah merasa di bakar api cemburu. Melihat sepupunya begitu manja pada Jung Kook.
Apa lagi sekarang, ia harus menjadi nyamuk di hubungan Eun Bi dan Jung Kook. Terlebih, ia harus satu mobil dengan mereka dan mendengarkan setiap cerita mereka yang bahkan tak menanggapi kehadiran Ga Eun di mobil ini.
Ini, akan menjadi hari yang sulit bagi Ga Eun.