🍁🍁🍁
Hidup harus terus berjalan, segala kenangan baik yang indah maupun yang tak menyenangkan ditinggal di belakang. Disimpan dalam peti memori yang hanya sekali-kali ditengok sebagai pengingat bahwa hari-hari itu pernah melintas dalam garis perputaran hidup. Adapun masa depan adalah hal yang perlu digapai saat ini dan hari-hari seterusnya. Kerikil masalah hingga karang cobaan akan selalu menghadang. Mau tak mau semuanya akan dihadapi cepat atau lambat. Hanya cukup menempatkan harapan dalam hati bahwa semuanya akan memiliki solusi dan penyelesaian.
Hidup seperti inilah yang akan dihadapi Aisha. Segala kegetiran akan disingkirkan meski takkan sepenuhnya dapat dilupakan. Kenangan akan suaminya, Alif Pramana akan abadi dalam hatinya, cintanya, rindunya, kasih sayangnya takkan pernah pudar untuk sang belahan jiwa. Apalagi ada Alfa yang menjadi bukti nyata cinta mereka. Cinta yang akan dirawat dan dijaga dengan seluruh hidupnya.
Hari-hari berlalu begitu cepat. Pekerjaan di perusahaan semakin padat. Tim produksi telah berhasil menemukan model yang akan berperan dalam iklan produk Healthy Food. Para model berasal dari agensi yang menjadi salah satu klien Pramana Corporation.
Proses syuting iklan elektronik dan digital akan segera dilaksanakan. Bahkan lokasi telah ditentukan. Ryo ikut terlibat memantau kelancaran syuting iklan tersebut. Dia telah menggelontorkan dana yang cukup fantastis untuk menyajikan keunggulan dari produknya. Aisha juga menjanjikan hal yang sama bahwa Ryo tidak akan kecewa dengan hasil kerja timnya.
Aisha tidak terlibat langsung di lapangan karena ada tim inti yang menangani iklan tersebut. Dia hanya memantau secara kontinyu dan sering berdiskusi dengan pihak Ryo untuk memastikan apa yang diinginkan pria setengah sipit itu terpenuhi.
Selama dua hari Aisha berkunjung ke lokasi syuting berlangsung di Dream Island, salah satu pulau buatan di salah satu gugusan pulau yang terletak puluhan kilometer di sebelah selatan kota M. Pulau ini menjadi salah satu ikon pariwisata kota M yang selalu jadi tujuan wisata utama kawula muda. Dream Island hanya memiliki luas sekitar 10000 meter persegi. Ada berbagai wahana bermain dan taman yang dibuat seperti dalam cerita dongeng. Di pinggir pulau yang menghadap ke lautan lepas dibangun beberapa resor untuk pengunjung yang akan menginap dalam pulau.
Untuk mencapai Dream Island pengunjung menempuh perjalanan selama sejam ke pelabuhan selatan dari kota M kemudian perjalanan dilanjutkan dengan kapal cepat selama hampir dua jam. Letaknya strategis karena dikelilingi beberapa pulau besar dengan kontur pegunungan dan laut lepas di sebelahnya.
Pulau ini dihuni oleh beberapa keluarga yang bertugas sebagai perawat dan anggota kebersihan pulau. Mereka dipekerjakan oleh pihak berwenang yang menangani pariwisata kota. Pulau ini paling sering disewakan sebagai lokasi syuting yang menjadi salah satu devisa kota M.
Hari ini adalah tahap akhir dari proses pengambilan gambar selama dua hari. Aisha turut memantau semua proses bersama Ryo. Sesekali mereka berdiskusi untuk memberikan efek tambahan yang diinginkan oleh sang klien.
Dikta dan Megan tentu saja ikut ke lokasi sebagai asisten masing-masing atasan. Megan terus menempel pada Dikta seperti kancing baju pada kemeja Dikta.
Saat istirahat setelah pengambilan gambar selesai, Aisha dan Ryo makan siang bersama sekaligus membahas detail iklan cetak yang diinginkan pria Jepang itu. Tim produksi memilih menikmati makan siang mereka bersama tim lainnya di meja panjang di teras resort yang menghadap ke pantai. Sementara Megan menyeret Dikta untuk menempati meja lainnya yang sedikit jauh dari Aisha dan Ryo. Membiarkan duo atasan leluasa berdiskusi sambil menikmati makan siang.
"Sepertinya sekretarismu sedikit agresif kepada sekretarisku," celutuk Aisha sambil meletakkan serbet di atas meja. Dia baru saja menuntaskan makan siangnya. Aisha menatap duo sekretaris yang terlihat serius dengan diskusi mereka. Bahkan wajah Dikta tampak terlalu serius dan tak lepas menatap Megan di depannya.
Ryo memalingkan wajah ke arah pandangan Aisha. Dia terkekeh saja.
"Mereka berdua masih bujang, dan dari penuturan Nita, mereka berdua sangat dekat," tukas Ryo.
Aisha sudah pernah mendengar cerita itu dari mulut Dikta. Dan Ryo benar. Tak ada yang menghalangi mereka untuk dekat. Ada rasa nyeri menggigit di hatinya ketika dia harus meneriakkan kenyataan itu dalam pikirannya.
"Kapan premier iklan ini kamu rencanakan?" tanya Aisha mengalihkan pembicaraan ke masalah bisnis.
Aisha dan Ryo memutuskan untuk menghilangkan kesan formal dalam pembicaraan mereka. Mereka adalah rekan bisnis tetapi Ryo ingin Aisha menganggapnya sebagai teman diskusi yang nyaman baik dalam hal bisnis maupun menyangkut masalah lainnya yang ingin mereka bicarakan.
"Aku ingin minggu pertama bulan depan sudah bisa premier dan diluncurkan ke media. Aku tidak mau terlalu lama menunggu," jawab Ryo. Dia menyeruput kopi dalam cangkirnya.
"Aku pengen kamu datang di acara premier untuk mendampingi aku," ujar Ryo dengan sedikit nada memerintah.
"Tanpa kamu suruh aku akan tetap datang." Aisha mendelik ke arah Ryo yang hanya ditanggapi dengan kekehan panjang.
"Aisha, kamu ini orangnya easy going meskipun agak sedikit tertutup. Cantik iya, lembut iya. Aku heran sampai sekarang tidak adakah pria yang berminat padamu?" tukas Ryo dengan senyum terkulum di bibirnya yang tipis kemerahan. Mungkin bibir itu tidak pernah menyentuh filter rokok.
"Jodoh itu adalah pengaturan Tuhan. Mungkin bukan tidak ada yang suka, hanya saja aku mencoba membatasi diri karena status yang aku sandang," ucap Aisha. Dia mencoba merapikan rambutnya yang tertiup angin. Sementara Ryo menatap wajah wanita cantik di depannya.
"Mengapa harus mempersoalkan status yang kamu sandang. Just take it easy. Tidak perlu dengar omongan orang," cetus Ryo.
"Ini bukan Jepang, Bro. Di sana orang-orang tidak punya waktu ngurusin urusan orang lain. Lha di sini, janda seperti saya ini bakal jadi bahan lezat untuk gosip," kilah Aisha dengan kesal. Ryo manggut-manggutkan kepala.
"Gimana kalau dengan aku saja. Apakah kamu mau? Kita sama-sama pernah gagal. Dan aku rasa kita bisa memahami satu sama lain," ujar Ryo tiba-tiba.
"Ish, becandanya tidak lucu orang Jepang." Aisha tertawa mendengar usulan Ryo.
"I am serious," kata Ryo dengan wajah sungguh-sungguh. Aisha langsung berhenti tertawa.
"Tapi aku tidak akan mengambilnya serius. Kita berteman. Dari awal kita sudah menetapkan batasannya, Ryo," tegas Aisha dengan raut tak kalah serius. Tatapan Aisha terpatri langsung ke manik mata sehitam tinta milik Ryo.
Tiba-tiba Ryo langsung terbahak melihat ekspresi serius Aisha. Sedangkan Aisha hanya mengernyit bingung. Apa yang lucu?
"Hei, tidak perlu seserius itu tanggapanmu. Aku bukan pria pemaksa. Aku lebih senang kalau kamu datang padaku dengan sukarela," ujar Ryo sambil merentangkan kedua belah tangannya sebagai sikap menerima.
Tak lama meluncurlah lagu Bukan Cinta Biasa milik Afgan dari bibir Ryo. Pria itu bersenandung dengan suara merdunya yang serak-serak seperti suara Kenshi Yonezu, dia bertingkah seolah sedang merayu Aisha dengan lagunya. Sementara Aisha menanggapi dengan tawa malu-malu. Ryo terus menggoda Aisha dengan tingkah konyolnya. Beberapa orang dari tim produksi diam-diam merekam aksi sang bos HF tersebut.
"Tim produksi sudah bersiap untuk pulang." Suara Dikta mengalihkan perhatian kedua orang yang tengah bercanda tersebut. Tepatnya Ryo yang terus menggoda Aisha sementara yang digoda hanya terus-terusan tersenyum.
Aisha dan Ryo serentak menoleh ke sumber suara. Dikta berdiri di belakang mereka dengan tatapan datar ke arah Ryo. Pria setengah sipit mengangkat sebelah alisnya menangkap tatapan tidak senang yang dilayangkan Dikta ke arahnya. Tak lama Megan bergabung dengan mereka.
"Dari mana?" tanya Ryo kepada sekretarisnya.
"Dari toilet, Pak," jawab Megan.
"Ayo bersiap pulang. Hubungi nakhoda kapal cepatnya," titah Ryo. Dia kembali menatap Dikta yang masih berdiri di depan mereka.
"Kapal cepatnya sudah siap, Pak," tukas Megan beberapa saat kemudian setelah dia melakukan panggilan telepon.
Akhirnya Dikta beranjak dari tempatnya, masuk ke dalam kamar tempat dia menginap. Aisha melakukan hal yang sama. Ryo dan Megan lebih dahulu menuju ke kapal. Di pelabuhan pemberangkatan tim produksi telah bersiap-siap mengangkut semua peralatan ke kapal cepat yang lebih besar. Sedangkan yang akan digunakan Ryo dan Aisha ukurannya lebih kecil.
Sepuluh menit kemudian Aisha dan Dikta bergabung dengan Ryo dan Megan. Megan mendahului naik ke atas kapal disusul oleh Ryo. Aisha bersiap naik ke atas kapal. Cuaca agak berangin membuat permukaan laut agak bergelombang. Aisha agak kesulitan naik karena kondisi kapal yang terus bergoyang. Ryo berisiatif mengulurkan tangannya membantu Aisha. Namun tiba-tiba Dikta menaruh tas pakaian Aisha yang sedang dijinjingnya ke tangan Ryo yang terulur.
Ryo terkejut. Sebelum Ryo sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi, Dikta langsung meraih tangan Aisha dan menuntunnya turun ke kapal. Ryo hanya bisa melongo.
Sedetik kemudian Ryo terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepala.
'Sok cool banget menutupi perasaannya,' sungut Ryo dalam hati.
Kapal melaju meninggalkan Dream Island menuju pelabuhan selatan kota M. Selain nakhoda kapal dan salah seorang ABK, hanya ada mereka berempat duduk saling berhadapan di dalam kabin yang dirancang sedikit terbuka. Angin laut menyapu wajah dan rambut mereka.
Dikta duduk terdiam di samping Ryo yang duduk berhadapan dengan Megan. Sementara Aisha lebih memilih mengalihkan pandangannya ke lautan lepas yang menampilkan pemandangan permukaan laut keperakan hingga keemasan ditimpa cahaya matahari sore. Megan sedang asik berkutat dengan ponselnya.
Dari balik kacamata hitamnya, diam-diam Dikta menatap Aisha. Dia sempat mendengar pembicaraan Aisha dan Ryo di resort sebelumnya. Entah mengapa tawa malu-malu Aisha menanggapi lelucon Ryo begitu mengganggu pikirannya.
Lewat sudut matanya, Ryo juga menangkap tatapan Dikta ke arah wanita yang duduk di depannya. Sebagai sesama pria, dia tidaklah buta melihat gelagat berbeda dari sang pengawal di sampingnya. Membuat Ryo tiba pada satu kesimpulan liar.
'Pria muda ini sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada majikannya sendiri.'
***
Sehari setelah kegiatan di Dream Island, beredar sebuah video yang langsung membuat heboh jagad maya. Video yang hanya berdurasi selama beberapa menit itu menampilkan kedekatan Ryo dan Aisha yang sedang bercakap-cakap serius. Lalu scene dalam video langsung berganti ke situasi ketika Ryo sedang bernyanyi dan Aisha tersenyum malu campur geli. Meski kualitas suara video tidak cukup bagus karena suara nyanyian Ryo hanya samar-samar, tetapi video tersebut langsung menimbulkan berbagai spekulasi liar. Ada yang mengomentari kecocokan antara Aisha dan Ryo secara visual. Tetapi ada juga yang memberikan komentar miring seputar status janda Nyonya Pramana yang berusaha menggaet sang pengusaha muda kaya raya.
Dikta memandang nanar video di ponselnya. Video tersebut baru muncul selama sejam di sosial media. Beberapa komentar meminta klarifikasi kebenaran dari video tersebut.
"Siapa ya yang iseng mengunggah video ini?" tanya Megan yang ikut menonton video tersebut. Mereka berdua sedang duduk bercakap-cakap di ruang tamu Dikta.
"Entahlah. Ada banyak orang di sana. Aku rasa ini posisi tempat duduk tim produksi. Tetapi orang-orang tim produksi tidak semua murni orang-orang kami. Di sana ada orang dari agensi model dan beberapa profesional yang disewa untuk beberapa pekerjaan. Jadi kita tidak bisa menebak siapa perekamnya," jawab Dikta masih menekuni membaca komentar-komentar tentang video.
"Apakah bos-mu sudah menghubungi untuk klarifikasi?" tanya Dikta pada Megan.
"Bos Ryo tidak akan peduli dengan pemberitaan seperti itu. Dulu waktu dia diberitakan bercerai karena selingkuh dari istrinya, dia sama sekali tidak memberikan klarifikasi. Katanya ngapain ambil pusing sama omong kosong berita yang tak berdasar, nanti berita itu akan tenggelam sendiri tertutupi oleh berita skandal selebriti pencari sensasi," jawab Megan santai.
"Tapi dalam kasus ini Aisha yang dirugikan. Ryo bisa saja santai tapi bagaimana dengan reputasi Aisha. Perusahaan kami sedang mengalami pergolakan karena perebutan posisi puncak, aku khawatir ada orang-orang yang akan memanfaatkan berita ini untuk memperburuk situasi Aisha di perusahaan," geram Dikta.
"Apakah Abang segitu khawatirnya sama Aisha," sergah Megan.
"Tentu saja aku khawatir. Dia adalah tanggung jawabku. Keselamatan dan kemanannya," ujar Dikta dengan nada gusar.
"Ini hanya pemberitaan, Bang. Seandainya Ryo tidak mengambil tindakan, pasti Aisha akan memberikan instruksi kepada bagian humas Pramana Corp untuk mengatasi masalah ini," balas Megan sama gusarnya.
"Abang terlalu berlebihan menanggapi segala hal yang berhubungan dengan Aisha. Apakah Abang punya perasaan sama dia?" lirih Megan seraya menatap Dikta intens.
"Apa maksudmu? Ini bagian dari pekerjaanku, Megan. Kamu tidak paham situasi yang sedang dihadapi oleh Aisha," kilah Dikta dengan suara ditekan.
"Tidak. Abang yang berlebihan menanggapi situasi Aisha. Dia wanita dewasa yang paham situasinya. Abang terlalu memaksakan diri untuk memahami dia. Abang bahkan terlalu fokus berada di sekelilingnya hingga mengabaikan hal lain. Aku takut dia akan memanfaatkanmu nantinya," tukas Megan sengit.
"Megan, kenapa kamu bicara seperti itu. Kamu tahu sifat aku gimana, kan? Saat aku berjanji melindungimu aku melakukannya bahkan harus mengorbankan pertemananku dengan Don. Situasi yang aku hadapi sekarang adalah melindungi Aisha dan Alfa. Dan aku sudah berjanji kepada almarhum Tuan Alif, suaminya. Ini adalah tanggung jawab," tekan Dikta sekali lagi.
Megan terdiam dengan wajah cemberut.
***
Aisha menatap satu persatu tulisan pada kolom komentar. Sebagian besar berisi cibiran tentang statusnya yang berusaha menggaet Ryo demi memanjat status sosial.
Setelah beberapa jam video itu beredar, belum ada klarifikasi dari Ryo. Apakah pria Jepang itu sengaja mendiamkan masalah ini untuk mengambil keuntungan. Premier iklan dua minggu lagi. Mungkin Ryo ingin mengambil perhatian media terkait premier tersebut.
Aisha menekan nomor kontak Ryo. Pada deringan kedua, pria setengah sipit itu menjawab panggilan telepon Aisha.
"Ryo, apakah kamu ingin mengambil keuntungan dari pemberitaan hari ini?" tanya Aisha tanpa tedeng aling-aling.
"Astaga Aisha. Aku kira kamu akan menanyakan kabarku lebih dahulu. Mungkin aku sedang bersedih di sudut kamar tidur membaca komentar para netizen dan butuh dihibur olehmu." Ryo berbicara dengan nada dibuat sedih di sambungan telepon. Aisha hanya bisa menggeleng tak percaya dengan jawaban si pria Jepang.
"Tipe orang sepertimu hanya akan menertawakan pemberitaan seperti ini," imbuh Aisha. Ryo terkekeh sendiri.
"Apakah kamu tidak nyaman dengan pemberitaan ini, Aisha?" tanya Ryo dengan suara menggoda.
"Menurutmu?" sindir Aisha.
"Oh, baiklah. Aku akan menyingkirkannya untukmu. Ku harap kamu akan merenungkan usahaku kali ini untukmu," ujar Ryo.
"Sesama teman saling membantu. Karena kamu teman yang sangat bisa diandalkan jadi aku malas mengeluarkan tenaga untuk ini," sindir Aisha lagi.
"Well, everything I'll do for you, baby!" sahut Ryo.
"Aku bukan baby-mu," pungkas Aisha geram.
Ryo hanya tertawa renyah.
"Huh, ini penolakan kedua untukku hari ini. Well, tunggu saja. Kurang dari sejam video itu akan menghilang. Serahkan padaku." Ryo lalu menutup sambungan.
Benar saja. Kurang dari sejam video tersebut langsung hilang jejak dari media digital. Aisha bernapas lega. Dia hanya perlu menyiapkan pidato klarifikasi pada acara premier iklan Ryo dua minggu depan.
Aisha bisa bernapas lega karena video tersebut belum sempat dilihat oleh keluarganya di kampung juga keluarga Alif lainnya. Hanya Arif, adiknya yang sempat meneleponnya. Namun Aisha meminta adiknya untuk tidak mempercayai pemberitaan miring tentangnya dan juga tidak memberitahu apa pun kepada orang tua mereka. Aisha khawatir ibunya akan semakin cemas.
Dikta pun tak menyangka jika video tersebut menghilan sejam kemudian. Dia menghubungi pihak humas Pramana Corporation untuk menanyakan perihal penghapusan video, namun pihak humas mengatakan bukan mereka yang melakukan.
Ketika Megan telah pulang dari kediamannya, Dikta berniat menemui Aisha membahas masalah pemberitaan tersebut. Tapi entah mengapa dia ragu untuk mengunjungi wanita itu dalam situasi telah larut. Dikta berusaha menjaga batasan seperti yang dikatakan ibunya. Akhirnya dia memutuskan menelepon Aisha.
"Ada apa Dikta?" Suara Aisha terdengar mengantuk di seberang sana. Bahkan tak ada nada cemas di sana.
"Apa- sudah tidur?" tanya Dikta. Dia berdiri di depan jendela ruang tamu, mengamati rumah Aisha di depan sana. Cahaya samar menembus jendela ruang kerja Aisha.
"Belum. Lagi ngetik satu atau dua bab."
"Tentang video hari ini, apakah- bagian humas yang menyelesaikannya?" tanya Dikta.
"Bukan." Ada jeda sesaat. Aisha sedang menghirup kopinya. Ya, Dikta sangat tahu kebiasaan Aisha ketika sedang larut menulis naskah novel. Minum sampai bergelas-gelas kopi.
"Siapa?" tanya Dikta semakin penasaran.
"Ryo yang melakukannya," jawab Aisha.
Dikta mengepalkan tangannya erat. Ponsel dalam genggamannya pun dicengkeram erat.
Bos Ryo tidak akan peduli dengan pemberitaan seperti itu - itu bahasa Megan tadi.
Tapi, ternyata pria Jepang itu peduli. Apakah ini karena Aisha terlibat di dalamnya?
Dikta menghirup napas dengan sesak.
Bersambung ....
🍁🍁🍁