๐ธ๐ธ๐ธ
Perjalanan selama hampir empat puluh lima menit terasa sangat singkat bagi Dikta. Duduk di dekat Aisha, dengan penampilan barunya saat ini rasanya berbeda dan mendebarkan.
Meskipun mereka berkendara dalam diam, tetapi sesekali Dikta melirik ke samping kirinya, ke arah Aisha yang duduk tenang mengamati padatnya jalanan di depan mereka. Suasana malam tahun baru memang tidak akan jauh dari namanya kemacetan.
Hampir semua orang tumpah ruah ke jalanan menuju ke tujuan mereka bersama keluarga, teman atau pasangan mereka. Ada yang menuju ke pesta-pesta tahun baru, ke restoran favorit keluarga untuk makan malam bersama atau kencan dengan pasangan menikmati pesta kembang api di taman kota.
Aisha dan Dikta tiba di pelataran parkir hotel yang hampir penuh ketika waktu hampir pukul delapan malam. Setelah memarkirkan mobil, Aisha dan Dikta beriringan naik lift ke tempat premier iklan di ballroom hotel mewah tersebut.
Ketika tiba di pintu ballroom mereka disambut oleh penerima tamu. Aisha memperlihatkan undangan mereka sebagai perwakilan perusahaan. Ruangan acara sudah sangat ramai karena hampir seluruh undangan telah hadir. Aisha mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari keberadaan Ryo sang tuan rumah acara.
Dikta menunjuk ke satu titik tempat Ryo sedang berdiri sedang berbincang dengan beberapa pria dalam setelan pesta yang mewah. Aisha dan Dikta menghampiri Ryo.
"Selamat malam, maaf saya terlambat datang. Ada kemacetan luar biasa di luar sana," sapa Aisha dengan ramah.
Ryo dan para pria yang berdiri di hadapannya menoleh ke arah Aisha. Kesan pertama yang mereka perlihatkan adalah ekspresi kekaguman dan wajah terpesona. Aisha tersenyum ramah dan sopan.
Ryo mengerutkan kening tetapi sesaat kemudian dia menepuk keningnya disertai suara tawa penuh kekaguman.
"Aisha?" seru Ryo tertahan. Aisha mengangguk dan kembali tersenyum.
"Astaga Aisha! Saya benar-benar pangling melihat penampilan baru kamu." Ryo mengusap belakang kepalanya karena salah tingkah.
"Ternyata Anda bisa juga menyebut kata pangling," seloroh Aisha.
"Hahahaha ... iyalah. Saya masih orang Indonesia. Oh iya Aisha, Dikta, masih saya perkenalkan ke bapak-bapak ini." Ryo lalu berpaling ke arah para pria lawan bicaranya sebelumnya.
"Mr. Watanabe, and Mr. Murphy, she is Aisha, my bussiness partner in this work, the chief of Pramana Corporation that handled this advertisement project. Dan Aisha, ini tuan Watanabe dan tuan Murphy, mereka kolega bisnis saya, perusahaan mereka juga baru saja melakukan ekspansi di negara ini," tutur Ryo memperkenalkan orang-orang penting di depannya, dan beberapa kolega bisnisnya dari dalam negeri.
"How do you do, Mr. Watanabe and Mr. Murphy." Aisha menangkupkan kedua tangan di depan dadanya, menyapa degan sopan satu persatu orang-orang yang diperkenalkan kepadanya. Para pria tersebut membalas sapaan Aisha dengan anggukan sopan sekaligus terpesona.
Mereka kemudian larut dalam perbincangan ringan selama beberapa saat. Setelah itu Ryo mengajak mereka untuk merapat ke arah panggung karena pembawa acara telah mengumumkan jika acara premier iklan tersebut akan dimulai.
Suara musik mengentak dengan semangat mengiringi pemutaran beberapa video iklan yang akan segera dirilis oleh perusahaan Healthy Food. Iklan yang menjadi proyek pertama perusahaan tersebut dengan Pramana Corporation.
Banyak dari undangan berseru kagum dan memberikan komentar positif tentang iklan baru produk minuman isotonik tersebut. Aisha dan Dikta saling berpandangan lega. Kerja keras tim mereka terbayar dengan berbagai pujian yang dilontarkan.
Puluhan menit kemudian, video selesai diputar dan pembawa acara mempersilahkan Ryo naik memberikan sambutan.
Semua orang terpaku pada sosok pria setengah sipit itu. Sebagian besar wanita-wanita di acara tersebut akan berdecak kagum memandang sang pengusaha muda dengan tubuh proporsional, wajah berkharisma yang selalu menampilkan senyum menawan. Penampilannya yang luwes saat berbicara diselingi beberapa humor segar menghipnotis semua tamu. Tak terkecuali Aisha.
Ryo kemudian mengundang Aisha ke atas panggung untuk melakukan peresmian peluncuran iklan tersebut. Dengan anggun Aisha melangkah perlahan ke arah Ryo. Dia juga sedikit was-was jika gaunnya tersangkut atau kakinya tersandung. Berdiri di depan khalayak ramai bukan hal pertama bagi Aisha tetapi dia masih sering dilanda demam panggung.
Ryo menyambut Aisha dengan senyum lebar. Kemudian pria itu memperkenalkan profil Aisha dan menceritakan secara singkat perjalanan kerja sama mereka dalam membuat iklan tersebut.
Beberapa orang yang mengenali Aisha sebagai wanita dalam skandal video dan foto yang beredar beberapa hari sebelumnya langsung berbisik-bisik satu sama lain.
Awalnya mereka tidak yakin karena wanita dalam video dan foto tidak mengenakan kerudung.
Beberapa orang justru menganggap Aisha dan Ryo sangat cocok ketika mereka berdiri bersama. Terlepas dari benar tidaknya skandal tersebut, mereka menganggap kedekatan Ryo dan Aisha bukan hal yang salah mengingat keduanya sama-sama tidak memiliki pasangan.
Dan tentu saja para pemburu berita langsung siaga dengan berbagai daftar pertanyaan yang mereka yakin akan menjadi topik berita hangat esok hari.
Di bawah panggung, Dikta memperhatikan gerak gerik Aisha dan Ryo dengan seksama. Sampai saat ini dia masih terpesona dengan Aisha. Orang-orang di sebelah kiri dan kanannya saling berbisik membicarakan Aisha, tetapi Dikta hanya bisa menelan kegusarannya dalam hati. Baginya, apa pun yang orang-orang bicarakan tentang Aisha, itu semua karena mereka tidak tahu kebenarannya.
Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Dikta. Ketika Dikta menoleh, tampak Megan dengan gaun malam berwarna hitam dengan model off shoulder dan belahan hingga setengah pahanya. Kaki jenjangnya begitu mempesona dengan sepasang sendal tumit tinggi berwarna putih gading dengan aksen tali melilit hingga betisnya. Rambutnya digelung memperlihatkan leher indahnya.
"Hai, Bang. Melamun saja nih," sapa Megan dengan elegan. Kesan tomboi yang biasa dia perlihatkan langsung sirna. Di salah satu tangannya bertengger gelas berisi cairan minuman berwarna emas.
"Baru datang? tanya Dikta.
"Tadi ada urusan yang mesti dibereskan. Biasalah, bos Ryo tidak suka kalau kerjaan tidak perfect," tukas Aisha sambil menyodorkan segelas minuman lainnya. Dikta menolak.
"Kamu sering minum alkohol?" Dikta mengernyit.
"Temani bos Ryo ketemu klien sering ditawari alkohol. Awalnya menolak, tapi lama-lama tidak enak juga karena selalu menolak. Bos Ryo bolehkan asal jangan sampai mabuk" jawab Aisha.
"Jaga dirimu baik-baik. Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi," tukas Dikta dengan wajah datarnya.
"Terima kasih sudah mencemaskanku. Aku tahu kalau Abang tetap peduli sama aku. Sampai kapan pun Abang tidak akan pernah tergantikan di hatiku."
Dikta tidak menanggapi ucapan Megan. Dia mengalihkan pandangannya dari gadis itu ke depan bertepatan dengan seorang staf naik ke atas panggung sambil mendorong sebuah meja beroda. Di atas meja tersebut ada sebuah plakat bertuliskan kalimat yang berkaitan dengan peluncuran iklan tersebut dan ada pita emas membentang di atasnya.
Aisha dan Ryo masing-masing memegang gunting yang dikalungi pita. Pembawa acara memberi aba-aba kemudian mereka berdua menggunting pita di atas plakat secara bersamaan. Semua tamu memberikan tepuk tangan meriah. Aisha dan Ryo lalu mengangkat gelas diikuti oleh para tamu.
Acara inti premier selesai. Para tamu kembali menikmati acara santai sambil mencicipi makanan yang dihidangkan di atas meja prasmanan dan juga berbagai jenis minuman alkohol yang telah disediakan. Pembawa acara mengingatkan adanya pesta kembang api tengah malam.
Ryo memang total dan tidak main-main menyiapkan acara tersebut. Dia benar-benar ingin menjamu tamunya yang kebanyakan dari luar negara dengan baik.
Para pria dalam ruangan tersebut mulai sibuk berinteraksi, saling menyapa untuk sekedar menguatkan hubungan atau bahkan sedang berburu relasi kerja baru yang dianggap potensial untuk dijadikan mitra kerja.
Beberapa kelompok wanita-wanita sosialita berkumpul dan bercengkrama satu sama lain. Gaun-gaun dan perhiasan mereka merupakan keluaran terbaru dari merek ternama dunia. Pembicaraan mereka lebih banyak tentang gosip selebriti atau pria-pria kaya yang menjadi incaran para wanita lajang.
Aisha turun dari panggung bersama dengan Ryo dan langsung bergabung dengan Dikta dan Megan. Sementara Ryo berkeliling untuk menyapa para tamunya. Aisha tidak berminat untuk bergabung dengan kelompok para wanita sosialita.
Saat Aisha hampir tiba di tempat Dikta, seorang kliennya menyapa. Pria paruh baya tersebut mungkin seusia Alif dan perusahaannya bergerak dalam bidang distribusi pangan dan berbagai kebutuhan di sektor pertanian. Pria tersebut telah menjadi klien Alif sejak lama dan istrinya yang ramah juga mengenal almarhumah istri pertama Alif.
Mereka berbincang cukup lama. Sesekali Aisha melirik ke arah Dikta dan Megan yang mengobrol sambil berhadapan. Penampilan
Megan yang seksi dengan postur tubuh bak model sampul majalah membuat Aisha tidak tenang. Apalagi saat Megan berbisik di telinga Dikta, tubuhnya hampir menempel ke dada Dikta meski terlihat jika pria itu tampak tidak nyaman. Beberapa kali Megan tersenyum dan tertawa mesra sambil tatapannya tak lepas dari pria di depannya. Sedangkan Dikta lebih banyak diam mendengarkan ocehan Megan.
"Sekali lagi selamat atas keberhasilan kerja keras kali ini, Nyonya Pramana. Saya yakin Pak Alif bangga dengan Anda," ucap sang klien.
"Terima kasih banyak, Pak," balas Aisha dengan senyum ramahnya.
"Jika Nyonya Aisha punya waktu luang mngkin kita bisa minum teh sore bersama di kediaman kami," timpal istri sang klien.
"Dengan senang hati, Nyonya." Aisha menggenggam tangan nyonya di depannya. Mereka lalu berpelukan hangat kemudian pasangan itu pamit. Mereka akan pulang lebih dahulu setelah berpamitan pada Ryo.
Setelah pasangan suami istri tadi pergi, Aisha mengedarkan pandangannya sekeliling mencari Dikta dan Megan. Duo sekretaris tersebut telah menghilang dari tempat mereka berdiri sebelumnya.
Tak jauh dari tempat Aisha, terdengat suara tawa sekumpulan wanita. Mereka berbicara dengan suara keras seolah sedang mengejek satu sama lain. Dalam kerumunan tersebut Aisha menangkap siluet sesosok wanita yang dia kenal. Mengenakan gaun malam berwana merah menyala juga sepatu merah dengan tumit runcing yang sangat tinggi. Melihat tumit sepatu tersebut membuat Aisha sedikit trauma.
Tentu saja wanita itu juga sedang memandang Aisha dengan senyum mengejek di wajahnya. Siapa lagi kalau bukan Maghdalena.
Wanita itu melangkah cepat dan memotong jalan Aisha. Seketika Aisha menghentikan langkahnya sebelum menabrak Maghdalena. Aisha terpaku menatap penampilan Maghdalena. Atasan gaunnya model kemben hampir tak sanggup menampung payudaranya yang terlihat seperti akan meloncat keluar dari gaunnya. Rambutnya yang panjang bergelombang dibiarkan tergerai namun tak dapat menutupi area dadanya yang sedari tadi menjadi santapan lezat mata lapar para pria hidung belang dalam ruangan itu.
"Wohoo ... mau kemana Aisha?" seru Maghdalena berdiri tegak di depan Aisha berusaha menghalanginya melangkah kemana pun.
"Ada apa? Aku tidak punya urusan denganmu," sentak Aisha dengan wajah tanpa ekspresi.
"Aku masih punya urusan denganmu setelah kamu mempermalukan aku di ruang rapat," ujar Maghdalena dengan nada marah.
"Apa maumu?" tantang Aisha.
"Membuatmu malu juga di depan orang-orang," bisik Maghdalena dengan tatapan menusuk ke retina mata Aisha. Aisha balas menatap tajam.
Tiba-tiba Maghlena berbalik membelakangi Aisha seraya berseru dengan suara keras.
"Hai, para undangan sekalian. Aku rasa kalian tahu siapa wanita ini," tunjuk Maghdalena ke arah Aisha dengan jari-jarinya yang terawat.
"Wanita ini adalah wanita sial yang telah menyebabkan om Alif Pramana meninggal. Dia mengalami kecelakaan karena nasib sial yang dibawa oleh wanita miskin dari tempat kumuh ini. Dia ingin menjadi cinderella. Sekarang setelah om Alif tiada, dia mencoba merangkak ke pelukan orang kaya. Namun ternyata dia tidak puas dengan satu lelaki sehingga dia juga melakukan hal senonoh dengan sekretaris prianya," cecar Maghdalena.
Terdengar gumaman rasa terkejut dari seluruh ruangan. Beberapa wanita melontarkan cibiran penuh ejekan.
"Sekarang dia mencoba menutupi kebusukannya di balik kerudung. Dia pikir dengan berkerudung orang-orang akan menganggapnya suci tanpa noda. Kalian jangan tertipu dengan penampilannya. Dia hanyalah perempuan binal yang sibuk menggoda para pria kaya," teriak Maghdalena berapi-api. Semua orang memandang ke arah Aisha maupun Maghdalena. Sebagian besar menatap jijik ke arah Aisha.
"Bukankah disini kamu yang binal berteriak binal kepada orang lain. Wanita serakah yang tidak tahu tempatnya. Jangan sampai kamu akan mengumbar aibmu sendiri di depan umum," balas Aisha.
Maghdalena langsung berseru geram sambil mengangkat tangannya hendak menampar Aisha. Seseorang segera mencengkeram tangan Maghdalena yang sudah hampir menyentuh wajah Aisha. Dikta yang menangkap tangan Maghdalena menyentaknya agar menjauh dari Aisha. Pria itu berdiri menghalangi Aisha dari serangan Maghdalena.
"Jangan coba-coba kamu bertindak melampaui batas kalau kamu tidak mau menerima akibatnya," ancam Dikta menatap tajam ke wajah Maghdalena. Nyali wanita itu sedikit menciut tetapi dia tidak ingin dipermalukan oleh Aisha lagi.
"Ada apa ini?" Ryo muncul membelah kerumunan.
"Wah ada dua pahlawan yang datang menyelamatkan si wanita binal. Yang satu kekasih gelapnya yang satu selingkuhannya," tukas Maghdalena semakin tak terkendali.
"Siapa yang mengizinkan wanita ini masuk dan merusak pestaku. Setahu saya dia tidak ada dalam daftar tamuku," cela Ryo.
"Kamu jangan sembarangan bicara. Aku adalah bagian dari Pramana Corporation. Aku adalah salah satu pemegang saham di sana. Jadi hal yang wajar jika aku ada di acara ini. Benarkan Aisha?" balas Maghdalena jumawa.
"Kamu bilang bagian dari Pramana Corp? Rasanya Anda sudah mencoreng nama Pramana Corp dengan kata-kata tidak sopan Anda kepada pimpinan Anda sendiri. Atau jangan-jangan Anda mencuri saham di Pramana Corp?" Ryo terus mencela Maghdalena dengan bahasa menyakitkan.
Maghdalena memandang Ryo penuh kemarahan. "Bre***sek!" seru Maghdalena lalu berbalik pergi.
Sebelum dia menjauh Aisha menarik tangannya.
"Maghdalena! Fitnah apa pun yang kamu lontarkan kepadaku aku tidak peduli. Orang akan percaya atau tidak aku tidak peduli karena kelak kebenaran akan terbuka sendirinya. Tapi ingat! Jangan pernah muncul di depanku lagi atau mengganggu kehidupanku, atau aku tidak akan tinggal diam," tegas Aisha.
Maghdalena menyentak lengannya lalu melangkah keluar dari ballroom hotel itu. Sekali lagi dia dipermalukan oleh Aisha di depan orang banyak. Hatinya semakin membara karena dendam.
Ryo meminta maaf dan meminta para tamu kembali ke meriahnya pesta. Beberapa penyanyi ibukota mulai mengisi acara sambil menunggu pesta kembang api tengah malam nanti.
Aisha pamit pada Ryo untuk pulang lebih awal. Dia merasa sedikit pusing dengan hingar bingar pesta. Ryo terlihat sedikit keberatan tetapi dia tidak bisa menahan Aisha lebih lama.
"Aku akan meneleponmu nanti," bisik Ryo di dekat telinga Aisha karena suara berisik musik. Aisha hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah itu dia mengajak Dikta pulang.
"Bang, besok aku ke rumahmu ya." Tiba-tiba Megan muncul dan bergelayut di lengan Dikta. Aisha yang sudah hampir keluar dari pintu ruang acara menoleh dan mendapati tingkah mesra Megan pada Dikta.
"Terserah kamu. Jangan sampai kamu mabuk lagi," tukas Dikta. Dia lalu menarik lengannya dari genggaman Megan.
"Oke. Nanti aku telepon," seru Megan lalu melangkah kembali ke ruang acara. Aisha kembali melangkah masuk ke dalam lift disusul oleh Dikat. Mereka hanya terdiam menanti kotak besi tersebut tiba di basement.
Saat pintu lift terbuka beberapa wartawan menyerbu mereka sambil menanyakan masalah video dan foto. Bahkan mereka hendak mengkonfirmasi pernyataan Maghdalena saat di ruang acara sebelumnya. Ternyata baru saja beredar lagi sebuah video serangan verbal Maghdalena pada Aisha.
Aisha hanya melewati para wartawan tersebut tanpa menjawab sepatah kata pun. Dikta hanya mencoba menghalangi para pemburu berita yang mencoba merangsek ketika Aisha hendak masuk ke dalam mobil. Dikta segera masuk ke kursi kemudi dan memacu mobil keluar dari area hotel tersebut.
Dalam perjalanan mereka kembali terdiam tanpa ada yang membuka suara. Suasana di antara mereka begitu berbeda dengan suasana jalanan yang mereka lewati. Begitu ramai dengan suara musik dari kafe atau restoran yang dilewati serta suara tawa orang-orang yang bersuka cita menyambut tahun baru.
"Sepertinya Tuan Fujita menyukaimu," ucap Dikta tiba-tiba memecah kesunyian.
"Hmm?? Dari mana kamu tahu?" tanya Aisha. Dia memiringkan kepala ke arah Dikta sembari bertumpu pada sebelah tangannya yang bersandar di jendala mobil.
"Dari cara dia menatap dan terpesona padamu," jawab Dikta datar.
"Sejak kapan kamu mengurusi perasaan orang lain?" tanya Aisha sedikit emosi. Dadanya bergetar karena prasangka Dikta tentangnya dan Ryo. Apakah pria itu juga mempercayai gosip murahan dalam video itu. Bukankah mereka berdua juga digosipkan hal yang sama?
Dikta terdiam tanpa menanggapi lagi.
"Bagaimana dengan Megan?" Kembali Aisha melontarkan pertanyaan yang telah lama menyesak dalam dadanya.
"Dia hanya aku anggap seperti seorang adik," jawab Dikta.
"Seorang adik yang bersikap mesra," sosor Aisha dengan suara pelan. Dia memalingkan wajahnya ke arah luar jendela. Sementara Dikta kembali diam tak bergeming dengan serangan Aisha.
Dikta memarkirkan mobil di dalam garasi rumah Aisha. Dia turun kemudian mengunci pintu mobil setelah Aisha turun.
Segera Aisha melangkah ke teras rumah tanpa menoleh kepada Dikta sedikit pun. Dikta menyusul Aisha hingga ke teras dan menunggu wanita itu membuka pintu dengan kunci cadangan yang dia bawa.
"Aisha!" panggil Dikta pelan saat Aisha sudah membuka pintu. Aisha menoleh dengan tangan memegang hendel pintu. Dikta menyerahkan kunci mobil.
"Saya tidak bisa mengabaikan Megan. Saya pernah berjanji padanya untuk menjaga dan melindunginya seperti yang saya lakukan padamu dan Alfa," ucap Dikta. Aisha menatap manik mata Dikta mencoba mencari setitik emosi di sana, namun hanya kegelapan yang dia dapatkan. Sampai kapan pun dia tidak akan pernah mengerti apa yang dipikirkan sekretarisnya itu. Dia berharap hanya ada dirinya dan Alfa dalam pikiran pria itu. Tetapi dia telah berpikir egois berharap hanya dia yang akan dipedulikan oleh Dikta selain ibu dan adiknya. Dia terlalu banyak berharap.
"Pulanglah dan istirahat," kata Aisha lalu menutup pintu. Dia melangkah ke kamarnya dengan perlahan agar tidak membangunkan para asisten rumah tangga.
Setelah membersihkan diri dan wajahnya, Aisha mengubur dirinya dalam selimut tebal. Suara petasan dan kembang api mulai terdengar bersahut-sahutan. Waktu hampir mendekati tengah malam. Tahun akan segera berganti meninggalkan tahun-tahun yang terlewati dengan segala kenangan dan cerita.
Aisha kembali mengingat segala hal yang telah dilaluinya selama setahun di belakang. Kematian Alif, gonjang-ganjing dalam perusahaan, beberapa masalah perusahaan yang belum menemukan titik terang dan juga perasaannya yang mulai berbeda.
Ada titik-titik kerinduan yang sering mampir dalam kegetiran yang melingkupi hatinya. Sekuat tenaga dia menepis perasaan tersebut namun semakin lama titik-titik itu semakin membesar. Meninggalkan rasa tidak nyaman saat perasaan tersebut terganggu karena kehadiran sosok lain.
Dikta. Nama pria itu mulai terdengar indah di telinganya saat bibirnya mengucapkannya. Perhatiannya, perlindungannya dan kehadirannya membuatnya sangat nyaman. Tanpa Dikta dia merasa tidak aman dan takut. Bukan takut karena bahaya tetapi takut jika suatu saat pria itu tidak peduli atau mengabaikannya. Takut jika nanti dia kehilangan perhatian Dikta.
Apakah ini hanya rasa ketergantungan dengan kehadiran Dikta selama enam tahun dalam hidupnya? Tapi dia akan berdebar jika bersamanya. Dan dia sangat bahagia saat pria itu memujinya. Dia juga tidak suka kala Megan terlalu manja kepada Dikta.
Dia ingin memiliki Dikta untuknya, sebagai pengawal, sekretaris dan ... dan ... dan apa?
Mungkin seseorang yang penting di dalam hidupnya dan ... di dalam hatinya.
Bersambung ....
๐ธ๐ธ๐ธ
Nb : Maaf jika kalian kurang mendapat feel saat membaca chapter ini karena pikiran saya sedang terbagi antara tugas negara di sekolah, tugas rumah tangga, dan kekhawatiran akan adanya banjir jika hujan tak reda-reda juga. Tahun pelajaran baru termasuk saat sibuk. Banyak administrasi baru yang harus disiapkan. Jadi mohon maaf jika saya kembali ke mode very slow update ๐
Enjoy your reading and see you next chapter ๐