Chereads / Sekretarisku Pengawalku / Chapter 20 - Paman Kemana?

Chapter 20 - Paman Kemana?

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

Jumat pagi diisi dengan kesibukan kantor. Selain menangani beberapa laporan yang masuk, Aisha juga harus melakukan pertemuan dengan tim perencanaan, tim produksi dan beberapa tim lainnya untuk membahas konsep yang diminta Ryo untuk iklan minuman isotoniknya. Proyek ini lumayan besar karena Ryo meminta beberapa iklan dibuat sekaligus termasuk iklan digital dan iklan cetak. Rapat hanya dijeda untuk shalat Jumat dan makan siang kemudian dilanjutkan lagi hingga hampir pukul lima sore.

Dalam pertemuan ini hadir juga perwakilan dari perusahaan Healthy Food. Salah satunya adalah Megan. Aisha heran karena Megan hadir di pertemuan itu. Bukannya dia asisten Ryo yang mengekor pria setengah sipit itu kemana-mana?

Ternyata Ryo sedang ke Jepang untuk urusan keluarga dan Megan diutus untuk mewakili perusahaannya. Itu yang pria Jepang itu katakan di pesan singkatnya pada Aisha.

Pertemuan teknis itu berjalan lancar dan semua keluar ruang rapat dengan wajah lelah. Namun mereka kembali berseri karena besok akhir pekan dan mereka bisa istirahat dan memanfaatkan akhir pekan dengan bersantai.

Begitu pula dengan Aisha. Sabtu besok akan menjadi hari khusus untuk Alfa. Dia akan menemani putra kesayangannya yang akan ikut lomba di sekolahnya. Bahkan ketika Aisha pulang di sore hari, Alfa begitu bersemangat mempersiapkan semua perlengkapan yang akan dia bawa besok.

Seperti malam-malam sebelumnya, Dikta tidak pernah bergabung untuk makan malam lagi bersama mereka. Hanya waktu sarapan saja mereka akan makan bersama. Jadilah hanya Aisha dan Alfa yang menghadapi hidangan di atas meja. Tidak dapat dipungkiri jika Aisha merasa kesepian sejak Dikta tak tinggal bersama mereka lagi. Namun Aisha menghargai keputusan Dikta dan dia tidak bisa menghalanginya. Tentu saja Dikta membutuhkan waktu untuk kehidupan pribadinya. Tidak setiap waktu menjadi bayang-bayangnya.

Selesai makan malam, Aisha langsung menggiring Alfa ke kamarnya. Dengan patuh Alfa masuk ke bawah selimut setelah menggosok gigi dan mencuci kakinya.

"Ma, paman akan temani Alfa besok kan?" tanya bocah tersebut saat ibunya membimbingnya berbaring di ranjang kecilnya.

"Paman kan sudah janji," sahut Aisha. Dia menarik selimut hingga leher putranya. Alfa menyeringai senang.

"Tidur ya supaya besok Alfa bisa cepat bangun. Mau dibacakan dongeng?" tukas Aisha.

Alfa menggeleng. "Peluk!"

Aisha berbaring menghadap putranya, memeluk bahu kecil itu dan mengelus lembut kepalanya. Sesekali dikecupnya dahi Alfa yang perlahan mulai memejamkan matanya.

Udara dingin menyelimuti malam yang beranjak larut. Rintik hujan dan desau angin menjadi saksi sunyinya malam-malam yang dilewati Aisha. Rasa kehilangan berpadu dengan rasa getir menghadapi segala cobaan yang seperti takkan habisnya di depan.

Aisha hanya bisa menanamkan kesabaran dalam hatinya. Dia yakin semua masalah akan ada jalan keluarnya dan semua kesulitan akan berlalu.

***

Setelah shalat Subuh, pagi-pagi sekali Aisha sudah berkutat di dapur membuat beberapa makanan sebagai bekal. Alfa masih berkelana dalam mimpinya. Para ART hanya diminta membersihkan rumah saja kemudian mereka bisa mengambil waktu libur untuk besok.

Setelah kotak bento yang berisi sushi, ayam goreng, cumi pedas manis dan oseng tempe selesai dikemas, Aisha membangunkan putranya untuk bersiap.

Alfa memaksa matanya terbuka. Dia kembali digiring ibunya ke kamar mandi. Setengah jam kemudian bocah itu telah siap dengan baju olahraga kanak-kanak berupa baju kaos lengan panjang berwarna kuning. Pada bagian lengan atas terdapat setrip berwarna biru yang melingkari lengan. Celananya berwarna biru polos yang terlihat keren digunakan oleh Alfa. Sepasang sepatu dengan warna senada celana membungkus kaki sang bocah. Tak lupa ransel mini bergambar kartun mobil berwarna biru telah tersampir di bahu mungilnya.

Aisha dan Alfa turun bersamaan dari lantai dua. Aisha mengenakan Billowy dress warna biru muda lengan panjang dengan manset, dan bagian rok mengembang hingga betisnya. Dia juga memakai flat shoes putih yang menutupi tempurung kakinya. Rambut hitamnya yang sedikit bergelombang dipelintir di kedua sisi dan dijalin ke belakang. Sebagian besar lainnya dibiarkan tergerai menutupi bahu hingga sebagian punggungnya. Wajahnya segar dengan sentuhan make up tipis seperti biasa. Aisha bukan tipe wanita yang suka berdandan maksimal.

"Paman kemana, Ma?" tanya Alfa mendongak ke ibunya.

Aisha mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu. Bayangan sang sekretaris sama sekali belum tampak. Aisha berjalan ke arah jendela ruang tamu dan mengintip ke arah rumah Dikta di depan. Dahi Aisha mengernyit saat melihat sebuah mobil Mits***shi mungil keluaran terbaru berwarna merah terparkir di depan rumah sang sekretaris.

"Ma ...!" panggil Alfa dari ruang makan. Bocah itu sedang duduk di depan meja makan sambil meminum susu cokelat.

"Paman lagi ada tamu, sayang," sahut Aisha. Saat dia hendak beranjak dari depan jendela, dia melihat Dikta keluar rumah dengan pakaian kasual, kaos polo berkerah berwarna putih lengan pendek dan jins hitam pekat. Di belakangnya tampak seorang gadis memakai rompi tanpa lengan berwarna hitam yang menutupi dalaman berwarna putih dan celana kulot putih longgar. Keduanya masuk ke dalam mobil merah dan si gadis yang duduk di belakang setir. Saat mobil berbelok di depan pagar Aisha dapat melihat sekilas wajah si gadis. Dia Megan.

Ternyata mereka punya janji keluar juga hari ini. Apakah Dikta lupa dengan janjinya pada Alfa?

"Paman kemana, Ma?" tanya Alfa yang sudah berdiri di sebelah ibunya. Aisha sampai tersentak kaget.

"Paman punya urusan penting kayanya. Kita duluan ya, nanti paman menyusul kita," ujar Aisha. Alfa terlihat tidak senang. Namun karena bujukan Aisha akhirnya bocah itu menurut. Aisha dan Alfa berangkat berdua ke sekolah Alfa dengan mengendarai mobil To**ta Etios Valco hitam miliknya. Aisha mengemudi sendiri.

Keduanya tiba di sekolah Alfa setengah jam kemudian. Jalanan pagi ini tidak terlalu ramai dan macet. Setelah memarkirkan kendaraan, Aisha menuntun Alfa masuk ke lokasi lomba. Mereka berpegangan tangan.

Aisha mendaftarkan nama Alfa kepada panitia pendaftaran lomba di meja depan. Panitia memberikan daftar lomba yang ingin diikuti oleh peserta. Aisha mengamati semua jenis lomba dan waktu pelaksanaannya. Ada lomba individu yang akan dilakukan oleh anak. Lalu ada lomba untuk pasangan ayah dan anak. Lomba individu akan dilaksanakan di awal. Alfa bisa melakukannya sambil menunggu kedatangan Dikta. Aisha mendaftarkan dua cabang lomba yang sesuai dengan usia Alfa, yaitu lomba lari dengan bola dan lomba merangkai lego sesuai gambar.

Kepala sekolah membuka lomba dengan beberapa kata sambutan untuk menyemangati para siswa dari podium yang disediakan di depan tenda besar untuk para orang tua. Para orang tua dan anak-anaknya duduk tenang di deretan kursi yang telah di sediakan di halaman depan sekolah yang luas. Acara ini dirancang sesantai mungkin tanpa banyak pidato resmi. Setelah pembukaan singkat, panitia langsung mengatur pelaksanaan lomba.

Tak lama panitia memanggil semua peserta lomba lari dengan bola. Aisha menuntun Alfa ke garis start dan memberikan beberapa instruksi sambil berjongkok di depan putranya.

"Alfa nanti lari ke sana, ambil bola yang Alfa suka lalu bawa sama Mama ya," kata Aisha memberi petunjuk.

"Bola apa saja, Ma?" tanya Alfa.

"Iya. Tapi ambilnya satu-satu ya. Alfa mau ambil bola warna apa dulu?" tukas Aisha.

"Warna biru. Terus hijau, terus kuning, terus merah terus hitam. Alfa tidak suka yang hitam," jawab Alfa.

"Tapi warna hitam tetap diambil sayang. Kalau tidak diambil nanti Alfa tidak menang," bujuk Aisha.

"Alfa mau menang," seru Alfa.

"Bagus!" Aisha lalu memposisikan Alfa di garis start.

"Siap!!!" seru panitia pemandu lomba. "Mulai!!!"

Kumpulan bocah-bocah tersebut langsung berlari ke depan ke deretan bola warna-warni yang terparkir sejauh lima meter di depan.

Alfa berusaha berlari secepatnya. Aisha memekik memberikan semangat di belakangnya. Suasana tempat lomba sangat ramai oleh pekikan dan teriakan para orang tua yang menyemangati anak-anak mereka.

Alfa tiba di titik kedua, mengambil bola biru pertama yang diinginkannya kemudian berlari kembali ke arah ibunya dengan membawa bola tersebut. Wajah Alfa begitu fokus berlari. Tekadnya ingin memenangkan lomba tersebut.

Tiba di titik awal, Alfa menyerahkan bola biru pada ibunya yang disambut dengan sorakan menyemangati sang ibu. Tanpa ragu Alfa kembali berlari ke titik jemput bola. Beberapa anak di sebelah kiri dan kanannya juga telah menyelesaikan satu putaran dan kembali berlari untuk mengambil bola selanjutnya. Suasana begitu riuh rendah oleh teriakan dan pekikan yang membahana.

Sepuluh menit kemudian lomba selesai dengan hasil Alfa mendapat posisi kedua dalam menyelesaikan lomba. Dengan lelah bocah itu bergelayut di lengan ibunya. Wajahnya sedikit menyiratkan kekecewaan.

Aisha berjongkok menyamakan tinggi dengan putranya.

"Tidak apa-apa sayang. Tadi Alfa sudah berusaha dengan baik. Alfa larinya cepat lho," hibur Aisha mengusap wajah cemberut putranya.

"Tapi Alfa tidak menang," cetus Alfa dengan bibir mengkerut sedih.

"Tidak apa-apa. Nanti kan lomba lego. Alfa pasti menang," ujar Aisha menguatkan putranya. Alfa mengangguk kuat dengan senyum lebar memperlihatkan gigi-gigi mungilnya yang putih.

Mereka meninggalkan arena lomba lari balon. Lomba merangkai lego masih beberapa menit kemudian. Aisha mengajak Alfa duduk di sebuah bangku untuk menonton lomba tarik tambang mini yang dilakukan oleh anak yang lebih besar dari Alfa. Sambil menunggu Aisha memberikan air minum dan sebuah pisang kepada Alfa. Bocah itu menikmati camilannya sambil memperhatikan keseruan anak-anak yang sedang lomba.

"Paman mana, Ma?" celutuk Alfa tiba-tiba.

"Belum datang, sayang. Mungkin macet," jawab Aisha menghibur putranya.

Aisha mengedarkan pandangan sekeliling, mencari sosok Dikta yang sama sekali belum muncul. Dia menengok ponselnya sekilas tapi tidak ada panggilan tak terjawab atau pesan dari sekretarisnya itu. Aisha mulai gelisah dan menatap putranya yang begitu tenang duduk di sampingnya.

Aisha sadar suatu hari hal seperti ini akan terjadi. Dikta akan sangat membutuhkan ruang untuk urusan pribadinya. Tidak mungkin dia dan Alfa akan selamanya bersama dengan Dikta. Status mereka hanya majikan dan pegawai. Akhir pekan adalah waktu libur bagi pegawai. Mereka akan menghabiskan waktu dengan keluarga, teman atau bahkan kekasih mereka. Begitu juga dengan Dikta.

Selama enam tahun Dikta bekerja dengannya, pria itu memang belum pernah terlihat pergi bersama dengan seorang wanita. Karena dia sibuk dengan berkeliaran di sekitarnya dan Alfa.

Kehadiran Megan sebagai orang yang dekat dengan Dikta memberikan pemikiran kepada Aisha bahwa pria itu juga butuh waktu santai dan tentu saja kencan dengan seorang wanita yang disukainya.

Sebelumnya Dikta mengatakan kalau dia sangat dekat dengan Megan sewaktu di Singapura dan dia menganggap wanita itu sebagai keluarganya. Sebab Megan tidak memiliki keluarganya lagi.

Tetapi Dikta menyayanginya. Bahkan memuji Megan di depannya. Aisha tidak pernah tahu seberapa dekat keduanya di masa lalu. Namun menilik ekspresi Megan ketika menatap Dikta, Aisha tahu kalau Megan juga sangat menyukai sekretarisnya itu. Nalurinya sebagai sesama wanita tidak salah.

Mungkinkah kehadiran Megan kali ini akan membuat Dikta sadar kalau dia memiliki kebutuhan untuk bersama dengan seorang wanita sebagai pendampingnya.

Ada gelenyar rasa nyeri menikam ulu hati Aisha setiap kali memikirkan hal tersebut. Selama ini Dikta perhatian padanya. Sangat perhatian. Sehingga dia takut menyalahartikan perhatian tersebut sebagai sesuatu yang lain. Dia seorang majikan. Dan Dikta menghargainya. Maka tentu saja sekretarinya akan menarik batasan dalam posisi mereka. Dan tentu saja perhatian itu adalah bagian dari pekerjaan pria itu.

'Apakah kamu berharap lebih, Aisha?' teriak batinnya. Entahlah, aku takut nanti kecewa, jerit sisi hatinya yang lain.

"Ma ...!" Suara Alfa membangunkan Aisha dari lamunan panjangnya. Dia menunduk menatap putranya yang terlihat sangat kesepian. Seperti dirinya.

Tak lama terdengar pengumuman dari panitia yang mengundang semua peserta merangkai lego untuk menuju area lomba. Aisha segera mengajak putranya ke lokasi yang disebutkan. Untuk sesaat dia melupakan ketidakhadiran Dikta yang belum memberi kabar sama sekali.

Bersambung ....

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

Ketemu lagi sama pasangan Dikta-Aisha-Alfa. Jangan lupa batu kuasa untuk mereka.

See you next chapter ๐Ÿ˜˜