Fatma masih memikirkan tentang mimpinya, hatinya terus bertanya-tanya tentang siapa sosok perempuan di dalam mimpinya tersebut. Tak lama kemudian Hendra yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi bergegas menghampiri istrinya yang terlihat sedang melamun.
"Fatma, ada apa? Kenapa kamu melamun?". Tanya Hendra lirih.
Fatma sedikit tersentak. "Mas Hendra, kamu membuatku kaget. Nggak kok mas, aku gak melamun". Sahut Fatma.
Hendra tersenyum. "Pipi kamu akan memerah kalau kamu sedang berbohong".
Sontak Fatma langsung refleks memegang kedua pipinya. "Apa iya mas?". Tanya Fatma penasaran.
Namun Hendra hanya tertawa melihat tingkah lucu istrinya. "Kenapa Mas Hendra tertawa?". Ujar Fatma bingung.
"Kamu itu lucu ya, padahal tadi aku cuma bercanda. Tapi kamu nanggepinnya serius dan sekarang ketahuan kan kalau kamu memang melamun tadi". Sahut Hendra yang kembali tertawa.
Fatma langsung mengerucutkan bibirnya, sementara Hendra semakin tertawa geli melihat tingkah Fatma sangat menggemaskan.
"Sudah ya jangan ngambek istriku, mas punya kabar gembira buat kamu". Ujar Hendra.
"Kabar gembira? Soal apa mas?". Tanya Fatma penasaran.
"Mas naik jabatan jadi manager operasional dan harus bermutasi ke kantor yang baru". Ujar Hendra antusias.
"Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya mas. Selamat ya mas, anggap saja ini kado terindah dari Allah untuk pernikahan kita. Tapi ngomong-ngomong Mas Hendra mau di mutasi kemana?".
Hendra tersenyum. "Jakarta".
"Apa?!! Jakarta? Jauh banget mas, lalu pulangnya berapa bulan sekali?". Gumam Fatma.
"Gak akan terasa jauh kalau kita menjalaninya secara bersama-sama". Sahut Hendra yang langsung mencubit pelan dagu istrinya.
"Maksud mas gimana?".
"Ya kamu juga ikut sama mas, ke Jakarta. Karena disana mas dapat rumah dinas beserta fasilitasnya".
Fatma tercengang mendengar ucapan suaminya. "Benarkah mas? Alhamdulillah, terimakasih ya Allah atas segala nikmat yang telah engkau berikan". Ujar Fatma.
"Yasudah sekarang kita kasih tau bapak sama ibu dulu ya, karena kita harus berangkat ke Jakarta sabtu pagi di minggu ini". Ucap Hendra yang langsung mengajak Fatma untuk menemui orangtuanya.
♡♡♡
Hari ini tiba waktunya untuk Hendra dan Fatma pergi menuju Jakarta, mereka berdua telah berada di Bandara Abdul Rachman Saleh. Kedua orangtua Fatma pun ikut mengantar anak serta menantunya sebelum bertolak ke Jakarta.
Ada rasa sedih di dalam hati Fatma yang harus tinggal berjauhan dengan orangtuanya. Tapi ini sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri yang harus ikut kemanapun suaminya pergi.
"Bu, ibu sehat-sehat ya, jangan capek-capek. Karena sekarang kan gak ada lagi yang bantuin ibu di rumah". Ujar Fatma.
"Fatma, kamu tidak usah khawatirkan ibu. Justru kamu yang jangan capek-capek dan kamu juga harus hati-hati disana. Jakarta itu beda nak sama Malang, jadi kamu harus berhati-hati dan jangan mudah percaya pada orang yang baru di kenal". Gumam sang ibu.
"Iya bu, Fatma akan selalu ingat semua pesan ibu". Sahut Fatma yang langsung memeluk sang ibu.
Setelah menunggu kurang lebih tiga puluh menit, tibalah mereka untuk check-in. Setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya, Fatma pun berjalan sambil menggandeng Hendra disampingnya. Ini pengalaman pertamanya untuk naik pesawat, berkali-kali Fatma mengatakan pada Hendra bahwa dirinya takut namun dengan lembut Hendra menenangkan hati istrinya agar tidak kembali takut.
Mereka berdua kini sudah berada di dalam pesawat yang akan membawa mereka berdua menuju Jakarta. Dengan setia Hendra menggengam tangan Fatma agar tidak merasa takut, Fatma pun memejamkan kedua matanya ketika pesawat mulai berjalan perlahan. Setelah pesawat mengudara, Hendra meminta Fatma untuk membuka kedua matanya dan perlahan melihat ke arah jendela. Fatma pun di buat terpana ketika melihat keindahan hamparan langit luas yang ada di depan matanya.
"Masha Allah, mas. Langitnya indah sekali, awan-awan putih itu terlihat sangat cantik seperti kapas". Ujar Fatma.
Hendra tersenyum. "Iya sayang, cantik seperti kamu". Sahut Hendra lirih ditelinga Fatma.
Fatma pun terkikik pelan mendengar gombalan suaminya. "Kamu gombal banget sih mas". Gumam Fatma yang langsung mencubit hidung Hendra.
Tak lama kemudian Fatma pun terlelap di bahu suaminya hingga pesawat tiba di Jakarta. Hendra pun membangunkan Fatma, seketika Fatma pun mengerjap dan melihat ke arah jendela pesawat sudah berada di darat.
"Kita sudah sampai mas?". Tanya Fatma.
"Iya sayang, Alhamdulillah kita sudah sampai". Sahut Hendra.
"Alhamdulillah, sebentar ya Mas. Aku rapikan hijab ku dulu". Gumam Fatma.
Mereka berdua pun langsung bergegas turun setelah antrian tidak terlalu padat. Fatma pun merasa senang karena sekarang ia menjejakkan kakinya di Jakarta. Sepanjang perjalanan menuju rumah barunya, Fatma disuguhkan dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.
Setelah berkendara kurang lebih empat puluh lima menit, mereka berdua akhirnya tiba di rumah dinas tersebut. Fatma pun tak henti-hentinya mengucap syukur karena nikmat yang telah Allah kasih sangatlah luar biasa.
"Mas, ini mobil siapa?". Tanya Fatma bingung.
"Oh itu juga salah satu fasilitas yang aku dapatkan sayang, mulai saat ini kita bisa memakai mobil itu untuk berkeliling Jakarta". Sahut Hendra tersenyum.
"Ya Allah, lengkap sekali fasilitas yang mereka kasih sama kamu mas. Kamu tambah semangat ya kerjanya, karena perusahaan aja baik banget sama kamu mas". Gumam Fatma.
"Iya sayang, itu pasti. Yaudah yuk kita masuk kedalam". Ajak Hendra.
Fatma pun langsung berjalan mengekori Hendra dibelakangnya, ia sangat bangga memiliki suami seperti Hendra. Karena baginya Hendra sangatlah giat bekerja dan juga sangat mencintai dirinya dan juga keluarganya, Fatma pun tak henti-hentinya mengucap syukur atas apa yang telah Allah berikan kepadanya.
♡♡♡
Setelah selesai shalat ashar, Fatma memutuskan untuk melihat-lihat area sekitar perumahannya. Dirinya sangat beruntung karena rumah yang mereka tempati berada tepat di depan sebuah taman. Fatma memutuskan untuk santai sejenak di taman tersebut, yang kebetulan taman tersebut terdapat sebuah danau buatan yang membuat taman tersebut terlihat lebih indah.
Fatma pun memutuskan untuk melakukan panggilan video pada sang ibu, karena ia ingin berbagi kebahagiaan bersama kedua orangtuanya. Karena bagaimanapun mereka berdua berhak tau jika anak perempuan satu-satunya tersebut akan baik-baik saja tinggal berada jauh di perantauan.
Assalamualaikum bu, ibu lagi apa?. Ujar Fatma yang langsung sumringah melihat wajah sang ibu di layar ponselnya.
Waalaikumsalam nak, ibu baru aja selesai masak buat makan malam. Gimana keadaan disana? Apa semuanya baik-baik saja?
Alhamdulillah bu, semuanya baik-baik saja. Bahkan aku tidak menyangka jika fasilitas kantor yang Mas Hendra dapatkan begitu sangat lengkap bu, ibu tau gak? Rumah kami tepat berada di depan sebuah taman, oh ya bapak mana bu?. Gumam Fatma yang langsung memutar kameranya ke arah belakang dan memperlihatkan area sekitar pada sang ibu.
Bapak belum pulang, nak. Syukurlah kalau semuanya bisa bermanfaat untuk kalian berdua, kamu dan Hendra jangan lupa shalat ya nak. Bagaimanapun ini semua adalah nikmat dari Allah, sudah dulu ya nak. Sepertinya di depan ada tamu, ibu mau ke depan dulu ya, kamu yang hati-hati ya disana dan ingat pesan ibu.
Iya bu pasti, yasudah bu nanti kita sambung lagi. Salam buat bapak ya bu, Assalamualaikum.
Iya nak nanti ibu sampaikan salammu untuk bapak, Waalaikumsalam.
Panggilan video pun terputus, Fatma merasa lega jika sudah mendengar dan melihat wajah orangtuanya. Tak lama kemudian terdengar suara seseorang menyapa dirinya, Fatma langsung menoleh ke arah belakang dan balik menyapa orang tersebut.
"Hei, tetangga baru ya". Ujar orang tersebut.
Fatma pun menoleh kearah orang tersebut dan melempar senyum. "Iya mbak, saya baru disini. Baru aja sampai tadi siang". Sahut Fatma.
Orang tersebut langsung duduk disamping Fatma. "Kenalin, aku Kinara. Kamu bisa panggil aku Kinar". Ujar Kinar yang langsung mengulurkan tangannya.
Fatma pun menjabat tangan Kinar. "Aku Fatma Pasha, mbak bisa panggil aku Fatma. Senang bisa berkenalan dengan mbak, oh ya rumah mbak disebelah mana?". Tanya Fatma antusias.
"Okey, salam kenal Fatma. Itu rumah saya". Gumam Kinar yang langsung menunjuk ke arah rumahnya.
"Oh yang itu, kebetulan rumah saya persis disamping rumah mbak Kinar. Mbak tinggal sama suami dan anak-anak?". Ujar Fatma sambil menunjuk ke arah rumahnya.
Kinar tertawa. "Saya tinggal sendiri dan kebetulan saya belum menikah. Kalau kamu sendiri gimana?".
"Oh, maaf mbak. Saya gak tau, Alhamdulillah saya sudah menikah dan kebetulan suami dipindah tugas disini makanya saya ikut pindah kesini".
"Oh begitu, enak ya kalau udah punya suami. Kemana-mana ada yang nemenin". Ujar Kinar.
Fatma pun hanya tertawa, tak lama kemudian Hendra datang menghampirinya. "Sayang, kamu disini rupanya". Ujar Hendra.
"Mas sudah bangun? Iya aku lagi lihat-lihat area sekitar. Oh ya mas, kenalin ini mbak Kinar tetangga sebelah kita". Sahut Fatma.
Kinar—Hendra
Ganteng juga nih cowo, . Gumam Kinar dalam hati.
"Sayang, sebaiknya kamu siap-siap sekarang ya karena aku mau mengajak kamu ke sesuatu tempat". Ujar Hendra.
"Kemana mas?". Tanya Fatma antusias.
"Kalau di kasih tau sekarang namanya bukan surprise dong". Gumam Hendra.
"Iya gimana sih kamu Fatma, udah sana siap-siap. Jangan bikin rencana suami kamu jadi berantakan". Seru Kinar.
Fatma tersenyum. "Iya mbak Kinar, kalau begitu saya masuk dulu ya mbak. Besok kita sambung lagi ngobrol-ngobrolnya". Sahut Fatma yang langsung masuk ke dalam rumah bersama Hendra.
Kinar pun mengiyakan ucapan Fatma, Kinar tidak menyangka jika seorang Fatma yang biasa-biasa saja bisa mendapatkan suami tampan dan juga mapan dalam finansial. Bagi Kinar, Hendra adalah tipe laki-laki idamannya, Kinar pun mulai mencari cara agar bisa ngobrol berdua dengan Hendra.