Chereads / Bukan Salah Ta'aruf / Chapter 7 - Terpikat (Bag 2)

Chapter 7 - Terpikat (Bag 2)

Kinar masih terus membayangkan soal kecupannya dengan Hendra tadi siang. Ia tidak habis pikir, pria yang selama ini ia idamkan ternyata bisa dengan mudahnya ia dapatkan. Setelah ini, Kinar hanya perlu mengatur strategi agar bisa menghabiskan waktu berdua bersama Hendra. Ia tidak peduli lagi dengan posisi Fatma yang berstatus sebagai istri Hendra, karena yang ia mau saat ini ialah Hendra menjadi miliknya.

Mas Hendra, aku pasti bisa milikin kamu seutuhnya. Cepat atau lambat aku pasti bisa bikin kamu semakin tergila-gila sama aku dan aku yakin saat ini kamu pasti juga gak bisa lupain apa yang kita lakukan tadi siang. Gumam Kinar sambil tertawa kecil.

~Keesokan Harinya~

Kinar baru saja selesai menata rambutnya, ia langsung memoles wajahnya dengan beberapa make up favoritnya. Setelah itu, Kinar langsung mengenakan blazer berwarna hitam yang ia padukan dengan kemeja berwarna putih.  Dengan percaya diri Kinar langsung melenggang pergi menuju rumah Fatma, karena hari ini ia akan mengadakan meeting bersama Hendra. Sebenarnya meeting ini hanyalah rencana mereka berdua, agar bisa pergi berdua tanpa membuat Fatma curiga.

"Assalamu'alaikum". Ucap Kinar.

"Waalaikumsalam, Mbak Kinar. Mari silahkan masuk, Mas Hendra lagi ke kamar mandi sebentar". Sahut Fatma.

"Oh gitu, gak usah Fatma. Aku tunggu disini aja".

"Yaudah kalau begitu, mbak mau di buatkan minum?". Tanya Fatma.

"Terimakasih Fatma, kebetulan aku sudah minum teh tadi sebelum kesini". Sahut Kinar.

Tak lama kemudian terdengar suara Hendra yang memanggil Fatma dari dalam rumah. Fatma langsung bergegas masuk lalu menghampiri suaminya.

Nyebelin banget sih si Fatma. Gerutu Kinar.

Tak lama kemudian Hendra dan Fatma keluar dari dalam rumah, Hendra pun terpaku melihat penampilan Kinar yang begitu sangat mempesona. Sementara Kinar langsung berdiri menyambut kedatangan Hendra.

"Mas Hendra". Ujar Fatma menyadarkan lamunan Hendra, namun Hendra tetap terpaku melihat Kinar.

Lalu Kinar yang mencoba untuk menyadarkan Hendra dari lamunannya. "Mas Hendra, bisa kita berangkat sekarang? Kita bisa terlambat nanti". Ucap Kinar sambil memegang tangan kiri Hendra.

Melihat hal tersebut Fatma seperti tidak rela jika suaminya di sentuh oleh perempuan lain. Tak lama kemudian Hendra tersadar dan mengucapkan sesuatu yang membuat hati Fatma sakit mendengarnya.

"Kamu cantik Kinar". Ujar Hendra.

Fatma dan Kinar saling menatap, lalu Fatma melihat kearah suaminya.

"Maksud aku, penampilan kamu hari ini sangat berbeda Kinar. Lebih energik makanya aku jadi pangling". Gumam Hendra sedikit terbata-bata.

"Ah Mas Hendra bisa aja, kan aku jadi malu". Sahut Kinar.

Sementara Fatma terpaksa memasang senyum di wajahnya, bagaimana bisa suaminya memuji kecantikan perempuan lain di hadapannya secara langsung.

"Yaudah yuk mas, kita jalan sekarang aja. Aku takut macet di jalan, Fatma aku pamit ya". Ujar Kinar.

"I-iya mbak, hati-hati ya". Sahut Fatma.

Hendra pun berpamitan dengan Fatma, sementara Kinar telah lebih dulu masuk ke dalam mobil Hendra.

"Sayang, aku berangkat dulu ya".

"Iya mas, mas nanti meetingnya gak lama kan sama Mbak Kinar? Setelah itu kamu langsung berangkat ke kantor kamu kan mas?". Tanya Fatma khawatir.

"Iya sayang, memang kenapa?".

"Gak apa-apa mas, aku cuma tanya aja. Yaudah kamu hati-hati ya di jalan,  jangan ngebut". Ujar Fatma yang langsung mencium punggung tangan suaminya.

Sebenarnya ada kecemasan dalam hati Fatma, namun Fatma tidak kuasa untuk mengungkapkan perasaannya. Yang ia rasakan hanyalah rasa cemburu ketika suaminya harus satu mobil dengan perempuan lain. Namun Fatma mencoba untuk tidak berpikiran macam-macam tentang suaminya. Karena suaminya dengan Kinar hanyalah sebatas rekan kerja.

Aku harus cari kesibukan hari ini, agar pikiran buruk ku tentang Mbak Kinar, tidak terus menerus membuat hatiku cemas. Gumam Fatma dalam hati.

"Lama banget sih mas, pamitan doang". Gerutu Kinar.

Hendra tersenyum. "Iya maaf, biasa tadi Fatma nanya dulu ke aku. Katanya aku meeting sama kamu lama apa ngak?". Ujar Hendra.

"Ihh.. Kepo banget sih mas, istri kamu itu. Sebel banget deh aku lama-lama liatnya".

Hendra mengernyitkan dahinya. "Sebel kenapa?". Tanya Hendra bingung.

"Ya sebel, kalau lagi liat Fatma sok-sokan mesra sama kamu di depan aku". Kinar langsung mengerucutkan bibirnya.

Hendra tertawa. "Jadi ceritanya kamu cemburu? Cieee". Gerling Hendra. "Ngapain sih kamu pake cemburu segala, toh sekarang kamu udah sama aku kan?". Sambung Hendra.

Kinar menatap Hendra manja dan langsung menyandarkan kepalanya di bahu kiri Hendra. Sementara Hendra langsung mengelus kepala Kinar dengan lembut, Kinar pun merasa sangat nyaman berada di samping Hendra. Karena bagaimanapun usahanya untuk mendapatkan Hendra tidak ada yang sia-sia.

"Oh ya, jadi kita mau kemana dulu? Jalan-jalan dulu atau mau makan dulu?". Tanya Hendra.

"Kita jalan-jalan dulu aja mas, ini kan masih jam sepuluh. Jadi makannya nanti aja sekalian makan siang, gimana? Setuju?".

"Aku sih ikutin apa yang kamu bilang, sayang". Ujar Hendra.

"Apa mas? Coba ulangin lagi kata-kata yang terakhir". Sahut Kinar antusias.

"Sayang". Ucap Hendra lirih di telinga Kinar.

"Ah Mas Hendra, kamu sweet banget sih". Ujar Kinar yang langsung mencium pipi kiri Hendra dengan kuat.

Sementara Hendra langsung melajukan mobilnya menuju mall sesuai yang di minta oleh Kinar. Sesampainya di mall tersebut Kinar langsung memuaskan hatinya dengan berbelanja kebutuhan kosmetik miliknya.

"Mas, lipstick ini cocok gak sama aku?". Tanya Kinar.

"Waw.. Itu cocok banget sama kamu sayang, merah membara bikin aku jadi pengen cepet-cepet bawa kamu ke pelaminan". Gumam Hendra tertawa.

Kinar tertawa. "Mas, kamu ini ya paling bisa deh bikin aku ketawa".

Kinar pun kembali melanjutkan memilih kosmetik yang akan di belinya. Setelah selesai berbelanja kosmetik, Hendra pun memanjakan Kinar dengan membeli pakaian, tas dan juga sepatu.

"Mas, kamu beneran mau belanjain aku sebanyak ini?". Tanya Kinar penasaran.

"Sayang, untuk apa aku ajak kamu kesini kalau tidak membelanjakan kebutuhan kamu?". Tegas Hendra.

"Ah Mas Hendra, kamu itu ya paling bisa nyenengin hati aku". Gumam Kinar yang langsung memeluk Hendra.

Setelah mereka selesai berbelanja, Hendra langsung mengajak Kinar untuk makan siang di restoran mewah yang berada di mall tersebut. Namun tiba-tiba Kinar merasakan sakit di kepalanya dan meminta Hendra untuk mengantarnya ke apartemen miliknya.

"Mas, kepalaku kok tiba-tiba pusing ya. Bisa gak mas kalau makanannya dibungkus aja, terus kita makan di apartemen". Ujar Kinar.

"Kamu pasti belum sarapan ya tadi pagi? Makanya jadi pusing begini, yasudah kalau begitu aku kasih tau waitersnya dulu ya untuk membungkus pesanan kita". Sahut Hendra dan langsung bergegas pergi dari hadapan Kinar.

♡♡♡

Ummm.. Aroma masakan ini bener-bener bikin gak sabar pengin makan, Mas Hendra pasti suka nih kalau aku buatkan gulai kambing kesukaannya. Gumam Fatma antusias.

Fatma pun langsung bergegas mengambil mangkuk untuk menyajikan masakan kesukaan suaminya. Namun tiba-tiba mangkuk tersebut terlepas dari genggamannya kemudian terjatuh dan hancur berkeping-keping.

Astagfirullahaladzim. Kenapa tiba-tiba perasaanku tidak enak begini ya? Ya Allah, lindungilah suamiku di mana pun ia berada. Ujar Fatma yang langsung membereskan pecahan dari mangkuk tersebut.

Tenang Fatma, kamu harus tenang. Mas Hendra pasti baik-baik saja, setelah ini kita telepon Mas Hendra. Gumam Fatma menenangkan dirinya.

Setelah Fatma selesai membereskan pecahan mangkuk tersebut, ia langsung bergegas meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja makan. Dengan sigap Fatma langsung menekan nomor Hendra, namun nihil nomor Hendra tidak aktif dan hal tersebut membuat Fatma bertambah panik.

Tak mau ambil pusing Fatma langsung mencoba untuk menghubungi Kinar, namun nomor Kinar juga tidak aktif.

Ya Allah, ini kenapa nomornya Mbak Kinar juga gak aktif sih. Bikin panik aja deh. Gumam Fatma kesal.

Sementara itu di lain tempat, Kinar dan Hendra yang baru saja selesai makan siang bersama terlihat sangat bahagia. Kinar menyandarkan kepalanya di sofa, sementara Hendra bergegas ke dapur untuk mengambilkan segelas air hangat untuk Kinar.

"Sayang, ini aku bawakan air hangat untuk kamu. Kan katanya kamu gak mau minum obat makanya aku bawakan air hangat saja biar pusingnya mendingan". Ujar Hendra yang langsung membantu Kinar meminumkan air tersebut.

"Makasih sayang, aku gak tau apa jadinya kalau gak ada kamu". Sahut Kinar sambil menatap dalam mata Hendra.

Hendra tersenyum manis pada Kinar, sementara jarak wajah mereka semakin dekat. Tanpa mengulur waktu Kinar langsung mengecup Hendra dengan liar, sementara Hendra begitu menikmatinya sampai pada akhirnya mereka berdua melakukan sesuatu yang tak semestinya.