Chereads / Bukan Salah Ta'aruf / Chapter 8 - Doa Istri Soleha

Chapter 8 - Doa Istri Soleha

2 Bulan Kemudian.

Fatma terbangun dari tidurnya, di lihatnya waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tapi ia juga belum menemukan Hendra di rumah, karena akhir-akhir ini Hendra sering kali pulang ke rumah hingga larut malam.

Ya Allah, udah jam segini kok Mas Hendra belum pulang juga ya. Padahalkan aku pengen shalat Isya berjamaah sama Mas Hendra, tapi kalau sampai jam segini belum pulang juga mending aku shalat sendiri aja deh dari pada nanti kelupaan. Gumam Fatma.

Fatma segera bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, setelah itu ia langsung memulai shalatnya. Tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil di depan rumah, yang ternyata adalah suara mobil Hendra yang mengisyaratkan meminta untuk di bukakan pintu pagar.

Karena Fatma tak kunjung membukakan pintu, Hendra langsung bergegas turun dari dalam mobil untuk membuka pagar. Setelah itu ia langsung memarkirkan mobilnya di garasi lalu bergegas turun untuk masuk ke dalam rumah.

Hendra mengetuk pintu berkali-kali namun tak ada jawaban dari Fatma, ketika Hendra mencoba membuka pintu tersebut ia di buat shock karena pintu tidak terkunci sama sekali. Hendra bergegas masuk mencari Fatma, karena ia takut jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan oleh sang istri.

"Fatma, Fatma". Teriak Hendra.

Hendra langsung bergegas berlari menuju kamar tidurnya, ia merasa lega karena ternyata sang istri sedang menunaikan shalat Isya. Sementara Hendra di buat terpaku karena mendengar doa-doa Fatma, dirinya merasa bersalah mengingat apa yang ia lakukan bersama Kinar di belakang Fatma benar-benar sangat tidak pantas.

Ya Allah, terimakasih atas nikmat yang engkau beri hari ini untuk aku dan juga suamiku. Ya Allah, yang maha pemurah bukakanlah pintu rizki untuk suami hamba, lancarkanlah segala urusannya dan sehatkanlah ia agar ia dapat menjalankan seluruh pekerjaannya dengan lancar.

Ya Allah, berdosa sekali aku telah mengkhianati kesetiaan istriku. Gumam Hendra dalam hati.

"Mas Hendra, kamu sudah pulang. Kamu ngapain berdiri disitu?". Ujar Fatma tersenyum.

"Iya sayang, aku sengaja nunggu kamu selesai shalat". Sahut Hendra yang langsung mengulurkan tangannya karena Fatma langsung meraih tangannya dan mencium punggung tangannya.

Ya Allah, betapa tidak sadarnya aku telah di berikan istri soleha seperti Fatma. Yang selalu mencium tanganku ketika aku berangkat dan pulang bekerja. Gumam Hendra dalam hati.

"Mas, kenapa? Kok melamun?". Tanya Fatma.

"Nggak kok, aku mau mandi dulu ya". Ujar Hendra.

"Iya mas, aku mau panasin lauk pauk dulu ya. Nanti kalau udah selesai mandi langsung ke meja makan ya mas". Gumam Fatma.

"Iya sayang".

Hendra langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi, sementara Fatma segera bergegas menuju dapur untuk memanaskan lauk dan menyajikannya kembali di meja makan. Tak lama kemudian Hendra datang menghampiri Fatma, sementara Fatma langsung menyiapkan nasi beserta lauk pauknya di piring Hendra.

Hendra masih terdiam dan merasa sangat bersalah pada Fatma, sementara Fatma yang menyadari hal itu langsung menanyakan hal tersebut pada suaminya.

"Mas, kok melamun? Ada apa? Ayo di makan, nanti nasi sama lauknya keburu dingin". Ujar Fatma.

"Oh iya sayang, aku cuma merasa bersalah aja sama kamu karena akhir-akhir ini aku sering pulang larut. Aku jadi gak bisa nemenin kamu makan malam, shalat berjamaah, maafin aku ya sayang". Seru Hendra.

Fatma tersenyum. "Mas, kamu gak usah mikir yang macam-macam. Kamu itu kepala rumah tangga dan kalau memang pekerjaanmu sedang padat, aku bisa apa? Masa aku sebagai istri harus protes. Kalau itu sih namanya aku gak bersyukur dong".

Hendra merasa mendapat tamparan keras atas ucapan Fatma, karena bagaimanapun ia telah membohongi Fatma.

"Oh ya sayang, besok aku minta di buatkan bekal untuk makan siang ya". Gumam Hendra.

Fatma terkejut. "Apa mas? Kamu mau dibawakan bekal makan siang? Kamu serius?".

"Iya aku serius, itu juga kalau kamu gak repot masaknya".

Fatma tersenyum. "Mas, aku sama sekali gak merasa di repotkan sama suami sendiri. Aku malah senang kalau kamu mau aku bawakan bekal makan siang, selain hemat kan juga lebih higienis kan".

"Iya sayang kamu benar, makasih ya kamu selalu baik sama aku".

Fatma mengernyitkan dahinya. "Apaan sih mas, kamu lebay banget deh".

Hendra hanya tertawa melihat celotehan istrinya, ia benar-benar bersyukur memiliki istri sebaik Fatma.

♡♡♡

Keesokan paginya.

Fatma sedang berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan, pagi ini ia sudah selesai memasak untuk sarapan sekaligus makan siang. Dengan telaten Fatma menyiapkan semua kebutuhan Hendra, tak lama kemudian Hendra keluar dari dalam kamar dan langsung menuju meja makan.

"Wah, nasi goreng kornet ya sayang". Tanya Hendra.

"Iya mas, ayo sarapan dulu, aku lagi nyiapin bekal makan siang kamu nih. Oh ya ini aku bawain ayam goreng mentega kesukaan kamu dan tumis kangkung, aku juga bawain pudding cokelat ya mas".

"Wah, terima kasih ya sayang, sempet-sempetnya kamu bikinin aku puding segala".

"Iya kan biar makanan suami aku bervariasi". Gumam Fatma yang langsung duduk dan meletakkan kotak makan di atas meja makan.

"Gimana mas? Enak nasi gorengnya?".

"Enak banget sayang, ini favorite aku banget".

"Alhamdulillah kalau kamu suka, yaudah di lanjutin makannya ya nanti takut telat".

Setelah selesai sarapan, Fatma segera mencuci piring mereka berdua. Sementar Hendra bergegas menuju ke garasi untuk memanaskan mobil dan meletakkan tas dan juga bekal makan siangnya. Fatma segera menyusul Hendra ke garasi setelah pekerjaannya di dapur selesai.

"Mas, kamu hati-hati ya. Bekal untuk makan siangnya sudah kan mas?". Ujar Fatma.

"Iya, sudah sayang". Sahut Hendra.

"Aku seneng kalau kamu mau di bawain bekal setiap hari, abis ini aku mau ke pasar ya mas. Mau beli sayuran untuk stok kita seminggu ke depan".

"Gak tunggu aku pulang kerja aja? Nanti kita belanja di supermarket". Gumam Hendra.

Fatma tersenyum. "Mas, ngapain beli sayuran di supermarket? Harga di pasar tradisional sama di supermarket itu perbedaan harganya lumayan loh, kan sayang. Sisanya masih bisa di belanjakan untuk bahan lainnya".

Aku nggak nyangka, ternyata Fatma pintar mengolah uang belanja. Ia sama sekali tidak suka kemewahan. Gumam Hendra dalam hati.

"Yasudah, tapi kamu hati-hati ya nanti di jalan. Sebelum ke pasar, kamu harus sarapan dulu ya, karena aku gak mau kamu kenapa-napa". Seru Hendra.

"Siap bos". Ujar Fatma yang langsung mencium punggung tangan suaminya.

Hendra langsung melajukan mobilnya untuk menjemput Kinar di luar kompleks perumahan mereka. Kinar sedikit menggerutu karena Hendra terlambat lima belas menit dari waktu yang telah di tentukan.

"Kamu ngapain aja sih mas? Lama banget deh, udah tau di pinggir jalan kaya gini banyak debu". Gerutu Kinar.

"Iya maaf, tadi aku ke belakang dulu. Mules banget soalnya, maaf ya". Ujar Hendra.

"Kamu ngapain mas naro kotak makan disini?". Tanya Kinar ketus.

"Oh itu, itu bekal makan siang aku. Aku lagi pengen di bawain bekal sama Fatma".

"Apa?! Bekal?". Seru Kinar yang langsung meraih kotak makan tersebut dan meminta Hendra untuk memberhentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Berhenti mas mobilnya". Teriak Kinar.

"Tapi kenapa?". Seru Hendra.

"Kalau aku bilang berhenti ya berhenti, kamu dengar aku gak sih mas?". Gerutu Kinar.

Hendra langsung menghentikan mobilnya, sementara Kinar langsung keluar dari dalam mobil sambil membawa kotak makan tersebut.

"Kinar, mau di bawa kemana kotak makan aku?". Seru Hendra yang langsung keluar dari dalam mobil.

Dengan kesal Kinar langsung membuang isi dari kotak makan tersebut. Karena Kinar merasa cemburu dan tidak suka jika Hendra masih peduli dengan istrinya.

"Kinar kenapa makanannya di buang, itu kan bekal makan siangku". Ujar Hendra.

"Ambil tuh bekal makan siang kamu". Gerutu Kinar kesal dan langsung membuang kotak makan milik Hendra ke tempat sampah.

Sementara Hendra hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan Kinar, Hendra segera bergegas masuk ke dalam mobil untuk menyusul Kinar. Hendra langsung menasehati Kinar karena bagaimanapun tindakan Kinar membuang makanan begitu saja sangatlah tidak pantas, mengingat di luar sana masih banyak orang-orang yang kelaparan.

"Kinar, kamu ini kenapa sih? Kamu gak boleh buang makanan kaya tadi. Mubazir tau gak? Di luar sana masih banyak orang-orang yang kelaparan dan berjuang keras untuk mendapatkan makanan, tapi kamu malah buang-buang makanan". Tegas Hendra.

"Terus kamu nyalahin aku mas? Asal kamu tau ya mas, aku itu gak suka kalau kamu masih peduli sama istri kamu". Protes Kinar.

"Loh memangnya kenapa? Fatma itu istri aku, jadi wajar dong kalau aku peduli sama dia". Seru Hendra.

"Kamu itu nyebelin banget sih mas, arghhhh". Ujar Kinar dan langsung bergegas keluar dari dalam mobil.

"Kinar kamu mau kemana Kinar?".

Sementara Kinar berhasil lolos dari kejaran Hendra dan langsung bergegas mencegat sebuah taksi dan pergi mengunakan taksi tersebut.

♡♡♡

Fatma baru saja selesai menunaikan shalat dzuhur, setelah itu tak lupa ia mendoakan untuk kesehatan dan juga keselamatan untuk ia dan suaminya. Setelah selesai shalat Fatma langsung bergegas menuju dapur untuk memasak makanan kesukaan suaminya. Tak lama kemudian terdengar suara deringan dari ponsel Fatma, dengan cepat Fatma langsung meraih ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari suaminya.

Assalamualaikum mas, ada apa? Tumben telepon, kamu udah shalat dzuhur? Gimana bekal makan siangnya sudah di makan? Syukurlah kalau kamu suka mas, oh yasudah iya mas. Wa'alaikumsalam.

Fatma kembali meletakan ponselnya dan ia langsung melanjutkan aktivitas memasaknya. Fatma merasa senang, karena suaminya sangat suka dengan masakan buatannya.

Alhamdulillah, aku seneng banget kalau Mas Hendra mau bawa makanan sendiri dari rumah. Jadi hitung-hitung irit, makanan yang di makan Mas Hendra sudah terjamin kebersihannya. Gumam Fatma senang.

Sementara itu di lain tempat, Hendra yang masih sibuk berkutat mengerjakan beberapa laporan kerja merasa sangat terganggu dengan suara deringan telepon yang terus menerus berbunyi. Di lihatnya di layar ponsel tertera nama Kinar yang menelepon.

"Halo, Kinar. Ada apa? aku sedang sibuk, apa? kamu di rumah sakit? baiklah aku akan segera kesana".

Hendra segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit, Hendra sangat khawatir dan takut jika sesuatu yang tidak diinginkan menimpa Kinar.