Kinar masih kesal dengan apa yang dilakukan oleh Hendra padanya, Kinar bersumpah sampai kapanpun tidak akan pernah membiarkan Hendra dan Fatma bahagia. Karena bagaimanapun Hendra telah mempermainkanya, Kinar tidak akan tinggal diam untuk hal itu.
Kurangajar Fatma, bisa-bisanya ia memberi maaf begitu saja pada Hendra yang jelas-jelas sudah mengkhianatinya, dasar perempuan bodoh. Gerutu Kinar.
Kinar segera bergegas pergi menuju rumah Fatma, sesampainya disana Kinar langsung mengetuk pintu dengan kasar. Tak lama kemudian Fatma membukakan pintu dan ditatapnya Kinar dengan sinis.
"Mau apa kamu datang kemari, mbak?". Ujar Fatma ketus.
Kinar langsung memeluk Fatma dan menangis di pelukan Fatma. "Fatma, maafkan aku karena aku dan Mas Hendra telah tega bermain api di belakangmu".
Fatma terdiam dan berusaha mencerna kata demi kata yang Kinar ucapkan, ia tidak habis pikir jika Kinar berani mengakui kesalahannya seperti ini.
"Sudahlah Mbak Kinar, yang lalu biarlah berlalu. Aku sudah memaafkan kalian berdua dan aku minta sama Mbak Kinar untuk tidak mengganggu rumah tangga kami lagi, biarkan kami berdua bahagia mbak. Dan mbak pasti punya kebahagiaan mbak sendiri". Ujar Fatma lirih.
Kinar melepaskan pelukannya, ia langsung menyeka air matanya yang berlinang membasahi kedua pipinya.
"Iya Fatma, aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi". Ujar Kinar sambil tersenyum ke arah Fatma.
Diam-diam Kinar mengambil sesuatu dari balik punggungnya, sebuah pisau dapur telah berada di tangannya. Dengan cepat Kinar langsung menusukan pisau tersebut ke arah perut Fatma.
Fatma langsung menjerit kesakitan, sementara Kinar tertawa lepas karena merasa puas telah melampiaskan amarahnya.
"Mbak Kinar, kenapa kamu tega melakukan ini sama aku?". Rintih Fatma.
"Ini akibatnya kalau suami kamu berani macam-macam sama aku, suami kamu telah mengingkari semua janji-janjinya padaku. Jadi rasakan akibatnya, karena sakit yang kamu rasa belum seberapa Fatma di bandingkan dengan hancurnya perasaanku". Teriak Kinar yang langsung pergi meninggalkan Fatma begitu saja.
"Mbak Kinar tolong aku mbak, Mbak, Mbak Kinar". Teriak Fatma namun Kinar tak menghiraukan teriakan Fatma.
Fatma pun terkulai lemah karena telah banyak mengeluarkan darah, tak lama kemudian seorang tetangga yang kebetulan melintas di depan rumah Fatma. Melihat Fatma yang tergeletak di teras rumahnya dengan posisi pisau menancap di perutnya.
Ya Allah, Mbak Fatma. Aduh gimana ini, tolong, tolong. Teriak Bu Sarah.
Warga yang mendengar teriakan Bu Sarah langsung menghampiri Bu Sarah, termasuk RT setempat.
"Bu Sarah, ada apa?". Ujar Pak RT.
"Itu pak, tolong Mbak Fatma. Tadi pas saya kebetulan lewat depan rumah Mbak Fatma, saya lihat Mbak Fatma sudah tergeletak dengan pisau menancap". Gumam Bu Sarah.
"Astagfirullahaladzim, ayo cepat kita bawa Mbak Fatma ke rumah sakit". Seru Pak RT.
Warga langsung bergegas membawa Fatma ke rumah sakit, sementara Kinar yang melihat hal tersebut segera bergegas mengemasi barang-barangnya untuk pergi.
♡♡♡
Hendra sedang berkutat dengan tugas-tugasnya yang menumpuk, tak lama kemudian ponselnya berdering. Dan nama Pak RT tertera di layar ponselnya, Hendra segera menjawab panggilan telepon tersebut.
Hallo, Pak RT. Ada apa? Tumben telepon saya. Apa? Fatma di bunuh seseorang? Baik pak, saya akan segera kesana. Terimakasih pak.
Sambungan telepon pun terputus, Hendra langsung mematikan laptopnya dan membereskan berkas-berkas miliknya. Lalu ia segera bergegas menuju rumah sakit tempat Fatma dirawat. Selama dalam perjalanan, Hendra sangat khawatir dengan keadaan Fatma. Ia takut jika hal buruk menimpa istri yang begitu dicintainya.
Bertahan Fatma, aku mohon bertahan demi aku. Gumam Hendra yang semakin gelisah ketika mobil yang dikendarainya terjebak dalam kemacetan.
Setelah menempuh waktu kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya Hendra tiba di rumah sakit. Ia segera bergegas menuju ruangan ICU, sesampainya disana Hendra langsung meminta penjelasan Pak RT mengenai kronologi kejadian yang sebenernya.
"Pak RT, dimana Fatma? Apa yang terjadi padanya pak? Kenapa bisa seperti ini? Siapa yang melakukan ini pak?". Cecar Hendra.
"Mas Hendra sabar, tenang. Mbak Fatma sedang ditangani oleh dokter di ruang operasi. Mas Hendra yang sabar dan doakan saja semoga operasinya berjalan lancar dan Mbak Fatma bisa segera pulih". Ujar Pak RT menguatkan.
Tak lama kemudian datang seorang polisi untuk meminta keterangan saksi untuk menjelaskan kronologi kejadian. Polisi langsung meminta keterangan dari Ibu Sarah dan juga Pak RT, setelah itu giliran Hendra yang dimintai keterangan oleh polisi.
Setelah satu jam, operasi pun selesai. Dokter yang menangani Fatma, keluar dari dalam ruang operasi. Sementara Hendra langsung bergegas menghampiri dokter tersebut untuk dimintai keterangan mengenai kondisi Fatma.
"Dokter, bagaimana keadaan istri saya?". Tanya Hendra.
"Alhamdulillah, operasinya berjalan lancar. Untung saja luka tusuk yang dialami oleh istri bapak tidak terlalu dalam, jadi masih bisa ditangani dengan cepat oleh kami". Sahut sang dokter.
"Alhamdulillah, terima kasih dokter". Gumam Hendra.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu". Ujar sang dokter dan langsung bergegas pergi dari hadapan Hendra.
"Mas Hendra, yang sabar ya. Insha Allah Mbak Fatma akan segera pulih dan mudah-mudahan polisi dapat segera menangkap pelaku yang sudah berniat jahat pada Mbak Fatma". Ujar Pak RT.
"Iya pak, saya juga berharap seperti itu. Saya tidak akan bisa memaafkan orang yang sudah dengan tega melukai istri saya". Gumam Hendra.
Dua jam pasca operasi, akhirnya Fatma mulai siuman. Kondisinya masih lemah dan ia juga merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya.
"Syukurlah Fatma, akhirnya kamu siuman juga". Ujar Hendra sambil mengecup punggung tangan sebelah kanan Fatma.
"Mas Hendra, aku dimana sekarang?". Tanya Fatma.
"Kamu di rumah sakit, sayang. Tadi siang Pak RT dan warga lainnya membawa kamu kesini karena seseorang berusaha ingin membunuh kamu". Sahut Hendra.
"Benar Mbak Fatma, ada seseorang yang berusaha membunuh Mbak Fatma. Sebaiknya nanti setelah kondisi Mbak Fatma sudah membaik, Mbak Fatma jelaskan semuanya ke polisi". Ujar Pak RT.
"Iya pak". Sahut Fatma lirih, ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya sekarang. Karena bagaimana pun Hendra pasti akan shock jika ia mengetahui siapa yang berusaha untuk membunuhnya. Untuk itu Fatma terpaksa menyembunyikan semua ini dari Hendra.
"Karena Mbak Fatma sudah sadar, saya pamit pulang dulu ya Mas Hendra. Mbak Fatma semoga lekas sembuh dan semoga orang yang mencoba membunuh Mbak Fatma segera ketemu, untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya" ujar Pak RT.
"Saya terima kasih banyak sama Pak RT karena sudah mengabari saya" sahut Hendra.
"Iya sama-sama Mas Hendra, kalau gitu saya permisi dulu" seru Pak RT yang langsung pergi dari ruangan Fatma.
Sementara Hendra kembali menghampiri istrinya, dan mencoba untuk menenangkan Fatma agar tidak mengalami trauma berkepanjangan.