Chereads / Bukan Salah Ta'aruf / Chapter 16 - Aku Bukan Pelakor

Chapter 16 - Aku Bukan Pelakor

"Sayur.. Mbak Fatma sayur, sayur" teriak tukang sayur langganan Fatma.

Tak lama kemudian ibu-ibu yang lainnya mulai datang mengerumuni tukang sayur tersebut dan mulai memilih sayuran yang akan dibelinya.  Sementara Fatma yang mendengar teriakan tukang sayur langganannya langsung bergegas keluar rumah untuk membeli beberapa bahan makanan yang dibutuhkannya.

"Mang, pesenan saya apa sudah ada?". Tanya Fatma.

"Tenang mbak, sudah mamang siapin nih". Ujar si tukang sayur.

"Memang Mbak Fatma pesen apa sama si mamang?". Tanya Ibu Rika.

"Daging kambing, bu. Biasa kesukaan suami saya". Sahut Fatma tersenyum.

Tak lama kemudian Annisa keluar dari dalam rumah dan hal tersebut menjadi perhatian ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur.

"Mbak Fatma, itu siapa? Kakaknya Mbak Fatma?". Tanya Ibu Dewi penasaran.

Belum sempat Fatma menoleh kearah Annisa, namun Annisa sudah keburu memperkenalkan dirinya di hadapan ibu-ibu tersebut.

"Hai, ibu-ibu salam kenal ya semuanya. Perkenalkan saya Annisa, istri pertamanya Mas Hendra". Ujar Annisa tersenyum.

Astagfirullahaladzim. Gumam Fatma lirih.

Mendengar ucapan Annisa seperti itu membuat ibu-ibu tersebut tercengang dan tidak percaya.

"Apa?! Istri pertama? Jadi selama ini Mbak Fatma itu istri keduanya Mas Hendra?". Gumam Ibu Rika.

"Ya begitulah ibu-ibu, lebih tepatnya dia itu pelakor. Karena sudah menikah diam-diam dengan suami saya, ketika saya sedang koma". Ujar Annisa.

"Astagfirullahaladzim". Gumam ibu-ibu yang mendengarnya.

"Mbak Annisa cukup, jangan fitnah saya di depan ibu-ibu semuanya. Saya bukan pelakor seperti yang mbak tuduhkan, cukup mbak jangan berbuat seperti itu kepada saya". Tegas Fatma dan segera membayar belanjaannya lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

"Gak nyangka ya, Mbak Fatma yang keliatannya baik dan juga religius malah kenyataannya dia seorang pelakor juga, kalau gitu apa bedanya dia sama si Almarhumah Kinar ya. Ih ngeri harus hati-hati deh ibu-ibu". Gumam Ibu Dewi.

Fatma yang mendengar ucapan Ibu Dewi seperti itu langsung menitikan air matanya. Dirinya sudah tidak kuat lagi jika harus menghadapi kenyataan pahit seperti sekarang ini.

Aku sudah tidak sanggup lagi ya Allah. Gumam Fatma.

Sementara itu Annisa yang masih berada di luar rumah, langsung menceritakan kronologis kejadian yang menimpa rumah tangganya. Dan hal tersebut membuat ibu-ibu yang mendengar cerita Annisa menjadi simpatik dan mulai menyalahkan Fatma.

"Ya begitulah deh ibu-ibu ceritanya, posisi saya disini jadi semakin terjepit. Tapi saya kan juga punya hak atas suami saya". Gumam Annisa dengan ekspresi sedih diwajahnya.

"Kamu yang sabar ya Mbak Annisa, semuanya memang rumit. Tapi kami doakan semoga masalah Mbak Annisa cepat menemui titik terang". Ujar Ibu Rika.

"Terimakasih ya ibu-ibu sudah mau dengerin curhatan saya, sekarang saya jadi lega dan merasa perjuangan saya dari Surabaya ke Jakarta untuk mencari suami saya gak sia-sia, kalau begitu saya permisi masuk dulu ya bu". Sahut Annisa dan langsung bergegas dari hadapan ibu-ibu tersebut.

"Yes, langkah aku untuk menyingkirkan Fatma dari sini sudah semakin dekat. Setelah ini ia pasti langsung depresi dan minta pulang kampung deh." Gumam Annisa terkikik dalam hati.

Waktu makan malam sudah tiba, Fatma masih sibuk menata masakannya di meja makan. Sementara Annisa sudah duduk manis di meja makan menunggu Fatma selesai menyiapkan semuanya.

Sementara Fatma tidak menghiraukan sama sekali keberadaan Annisa yang sudah berada di meja makan. Tak lama kemudian Hendra yang baru saja keluar dari dalam kamar, langsung membantu Fatma untuk menata semuanya.

"Sayang, biar aku bantu ya". Ujar Hendra, namun Fatma tak menghiraukan ucapan Hendra.

Ketika semua masakannya sudah tersaji di atas meja, Fatma segera mengambilkan sepiring nasi beserta lauk pauknya di piring Hendra. Setelah itu barulah ia mengisi makanan di piringnya sendiri, lalu Fatma segera bergegas pergi dari hadapan Hendra dan juga Annisa.

"Sayang, kamu mau kemana? Kenapa gak makan disini saja?". Tanya Hendra.

Fatma membalikkan tubuhnya. "Aku tidak sudi jika harus makan satu meja dengan perempuan yang sudah memfitnah aku di depan ibu-ibu kompleks yang lainnya". Gerutu Fatma dan langsung bergegas masuk kedalam kamar.

Sementara Hendra menghela nafas panjang. "Hal apa lagi yang kamu lakukan sama Fatma, Annisa?". Tanya Hendra.

"Bukan apa-apa kok mas, aku cuma cerita aja sama ibu-ibu kalau Fatma ini ngerebut kamu dari aku, udah itu doang kok". Gumam Annisa enteng sambil meraih centong nasi yang ada di hadapannya.

"Keterlaluan kamu Annisa, sebaiknya kamu kembali ke Surabaya. Karena keberadaan kamu disini sudah membuat suasana rumahku menjadi kacau". Tegas Hendra.

"Kenapa aku yang harus pulang? Aku ini istri kamu mas, aku juga berhak atas kamu". Gerutu Annisa.

"Tapi kita sudah pisah ranjang selama tiga tahun dan sejak saat itu aku sudah menganggap kamu bukan istriku lagi". Gumam Hendra.

"Apa kamu pernah menceraikan aku secara sepihak sejak saat itu mas? Nggak kan mas? Yasudah lalu salahnya dimana? Sebelum palu hakim diketuk dan sampai sekarang lah hubungan kita masih sah sebagai suami istri". Sahut Annisa.

Hendra langsung menghela nafas dan bergegas pergi dari hadapan Annisa.

"Loh mas, kamu mau kemana? Kenapa gak jadi makan?". Tanya Annisa, namun Hendra tidak menghiraukan ucapan Annisa.