Chereads / Bukan Salah Ta'aruf / Chapter 18 - Kembali Ke Malang

Chapter 18 - Kembali Ke Malang

Fatma masih sibuk mengemasi barang-barangnya, ia mempercepat gerakannya karena ia tidak ingin ada yang mengetahui jika dirinya pergi dari rumah. Setelah selesai berkemas, Fatma segera memesan taksi online untuk mengantarnya ke bandara.

Tak lama kemudian ponselnya berdering, Fatma segera menjawab panggilan telepon tersebut yang tak lain adalah driver taksi online yang di pesannya telah tiba di depan rumah. Fatma pun segera menutup teleponnya dan segera bergegas keluar sambil membawa dua buah koper besar miliknya dan segera memasukkan ke dalam bagasi mobil.

Tanpa menunggu lama, Fatma segera meminta sang driver untuk segera pergi menuju bandara. Setelah berkendara kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya Fatma tiba di Bandara Halim Perdanakusuma. Ia segera bergegas turun dari dalam mobil lalu membawa kedua kopernya menuju loket check-in.

Setelah semua proses check-in selesai, Fatma segera berjalan menuju ruang tunggu. Dirinya masih bingung apakah keputusannya untuk pergi tanpa pamit telah benar atau tidak, tapi setidaknya ia merasa sedikit bisa menghirup udara segar ketika sudah keluar dari rumahnya yang bagaikan di neraka.

♡♡♡

Hendra baru saja tiba di rumahnya, ia langsung bergegas masuk ke dalam rumah memanggil Fatma. Namun Fatma tak kunjung menemuinya dan malah Annisa yang keluar dari dalam kamarnya.

"Mas, kamu sudah pulang? Kamu bawa apaan itu mas". Ujar Annisa yang berusaha mengambil kantong belanjaan milik Hendra.

"Apaan sih Annisa, ini buat Fatma bukan buat kamu". Tegas Hendra.

Annisa menghela nafas. "Mas, mas, orang Fatma gak ada di rumah kok, ngapain juga kamu nyariin dia".

"Apa?! Fatma gak ada di rumah". Gumam Hendra panik dan segera bergegas masuk ke dalam kamar dan meletakkan kantong belanjaannya di sofa.

Melihat hal tersebut Annisa segera meraih kantong belanjaan tersebut, namun ia mengurungkan niatnya untuk mengambilnya karena isi kantong belanjaan tersebut adalah sebuah satu set gamis beserta hijab syar'i. Sementara itu di lain tempat, Hendra yang tak mendapati Fatma di dalam kamar, langsung memeriksa isi lemari mereka.

Hendra shock ketika melihat semua pakaian milik Fatma sudah tidak ada lagi di dalam lemari. Hendra tertunduk lesu mendapati kenyataan bahwa istrinya telah pergi dari rumah, lalu tidak sengaja tangan Hendra menyentuh secarik kertas yang berada di tempat tidur. Hendra segera meraih kertas tersebut lalu membaca isi surat yang ditulis oleh Fatma.

Dear suamiku,

Assalamualaikum,

Mas maafkan aku jika aku telah lancang melangkah keluar dari dalam rumah tanpa seizinmu. Hanya saja hatiku tidak sekuat baja yang harus terus menerus menerima segala kesalahanmu.

Aku pamit pulang ke rumah kedua orangtuaku mas, sudah cukup aku menerima kenyataan pahit lalu kini ditambahkannya lagi dengan kenyataan yang lebih menyakitkan, maafkan aku mas, aku tidak bisa. Aku meminta kebesaran hatimu mas, untuk bisa menceraikan aku.

Karena dulu kita menikah dengan cara baik-baik dan aku juga ingin berpisah dengan kamu secara baik pula. Walau aku tau perceraian memang tidak disukai oleh Allah, tapi ini satu-satunya jalan untuk kita berdua bisa lebih intropeksi diri.

Nanti setelah anak kita lahir, aku tidak melarang kamu untuk menemuinya kapanpun. Karena bagaimanapun juga kamu adalah ayah dari anak kita, untuk masalah Annisa, aku harap kamu bisa memberikan ia kepastian. Walaupun kamu akan menceraikannya demi aku, maaf mas aku tidak bisa lagi untuk terus bersama denganmu. Karena hatiku memiliki kadar sabar yang sangat terbatas.

Aku harap kamu mengerti dengan keputusanku, mas. Aku tunggu kamu menemui kedua orang tuaku untuk mengembalikan aku pada mereka, sama seperti halnya dulu kamu datang pada mereka untuk meminta aku.

Wassalam,

Fatma Pasha

Hendra menghela nafas panjang setelah selesai membaca surat tersebut, ia tidak percaya jika Fatma akan berbuat senekat itu. Bahkan dirinya tidak ada niat sedikitpun untuk menceraikan Fatma, namun nasi sudah menjadi bubur. Semua kebohongan yang ia tutup rapat akhirnya terbongkar seiring waktu.

Fatma, aku tidak ingin bercerai denganmu. Gumam Hendra.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu kamarnya, Hendra segera bergegas untuk membukakan pintu, Annisa terkejut ketika melihat Hendra telah berlinang airmata.

"Mas, kamu kenapa? Kok nangis?". Ujar Annisa.

"Fatma pergi dari rumah, dia pulang kerumah orang tuanya". Sahut Hendra lirih.

Annisa menghela nafas. "Bagus dong mas, itu berarti tandanya dia sudah menyadari kesalahannya". Gumam Annisa bangga.

"Maksud kamu apa ngomong gitu?". Seru Hendra.

"Ya kan Fatma udah ngerebut kamu dari aku, mas. Ya jadi wajar aja kalau sekarang dia kembaliin kamu ke aku".

"Cukup Nis, aku tegasin sekali lagi sama kamu. Fatma gak pernah ngerebut aku dari kamu, tapi kamu yang tiba-tiba menghilang dari aku". Tegas Hendra.

Annisa menghela nafas. "Ya terserah kamu deh mas, mau ngomong apa. Judulnya tetep aja Fatma ngerebut kamu dari aku". Sahut Annisa malas dan langsung bergegas pergi dari hadapan Hendra.