"Cukup Hendra, tak ada yang perlu dijelaskan. Cepat pergi dari sini, ayah muak melihat muka kamu. Setelah cucu ayah lahir, ayah akan mengurus semua berkas perceraian kalian. Demi Allah, Hendra ayah tidak akan mengijinkan kamu melihat anak kamu setelah lahir". Tegas sang ayah mertua.
Annisa yang sedari tadi juga sudah geram dengan keluarga Fatma, langsung menarik paksa Hendra untuk mengajaknya pergi.
"Ayo mas, ngapain sih masih disini gak penting juga". Ujar Annisa sambil menarik paksa Hendra.
Akhirnya Hendra pun menyerah dan pergi dari rumah orang tua Fatma, sementara Annisa langsung mengajak Hendra masuk ke dalam mobil yang sudah ia sewa jauh-jauh hari sebelumnya. Sementara Fatma langsung terisak ketika Hendra sudah pergi dari rumah orang tuanya.
Sang ibu langsung memeluknya, mereka berdua tidak menyangka jika Ta'aruf yang mereka niatkan malah membawa petaka untuk anak semata wayangnya. Sang ayah langsung menutup pintu dan kembali duduk di samping Fatma. Ayah nya langsung terisak dan memeluk Fatma dengan erat.
"Maafin ayah, Fatma. Ayah sudah membuat masa depan mu menjadi hancur. Ayah kira Hendra adalah laki-laki yang baik, namun ayah salah menduga. Maafkan ayah, Fatma. Ayah menyesal sudah menjodohkan kamu dengan Hendra" ujar sang ayah terisak.
Fatma menyeka air matanya. "Sudah yah, jangan menangis. Ayah tidak salah, Ta'aruf itu tidak salah tapi yang salah hanya manusia yang menjalaninya"
"Ibu juga minta maaf Fatma, karena dulu ibu terus meyakinkan kamu kalau Hendra itu anak yang baik. Ternyata Hendra bukan orang yang tepat untuk kamu" seru sang ibu yang juga terisak.
"Sudah bu, ibu tidak salah. Aku sudah ikhlas menjalaninya, mungkin keputusan yang tepat saat ini adalah berpisah. Jadi ibu sama ayah harus mengizinkan aku untuk bercerai dengan Mas Hendra setelah aku melahirkan"
Sang ayah mengusap wajah Fatma, lalu mengecup keningnya. Lalu membawa Fatma ke dalam pelukannya. "Ayah pasti mengizinkan kamu bercerai, karena ayah tidak ingin kamu terbelenggu dalam ikatan pernikahan yang tidak membuatmu bahagia"
"Terima kasih, ayah" ujar Fatma.
Fatma bersyukur memiliki orang tua yang begitu menyayangi nya. Jadi ia tidak perlu terlalu larut dalam kesedihan. Karena ia tidak ingin janin yang sedang ia kandung jadi ikutan stress. Sang ibu langsung mengajak Fatma untuk beristirahat di kamar, Fatma langsung mengiyakan ucapan sang ibu dan bergegas masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.
Sementara sang ibu menemaninya sampai ke kamar dan kembali menenangkan Fatma. Sementara itu di lain tempat, Hendra dan Annisa yang masih dalam perjalanan menujuĀ penginapan. Hendra masih bingung, bagaimana bisa Annisa menyusulnya. Padahal rencana pergi ke Malang sudah ia rencanakan dari jauh-jauh hari. Tapi kenapa Annisa bisa tau dan sepertinya tidak mungkin jika Annisa langsung membeli tiket pesawat di hari yang sama.
"Kenapa diam aja Mas? Apa kamu bingung kenapa aku bisa ada di sini? Apa kamu keberatan kalau aku nyusul kamu?" tanya Annisa.
"Iya, bagaimana bisa kamu menyusul ku?" tanya Hendra bingung.
Annisa tersenyum. "Itu hal yang mudah bagi ku, kamu tidak usah bingung memikirkan hal itu"
"Tapi bagaimana bisa Annisa, dan ini juga mobil siapa?"
"Ini mobil sewaan Mas, untung saja aku datang tepat waktu. Lagian kamu ngapain sih Mas, pakai acara berlutut segala?" memangnya orang tua Fatma itu Raja yang perlu di sembah? Kamu ini jangan bodoh dong Mas" gerutu Annisa.
"Karena aku ingin Fatma kembali"
"Tapi untuk apa, mas? Percuma! Fatma juga sudah tidak menginginkan kamu juga kan? Dia itu sudah minta di ceraikan, ngapain juga kamu masih berharap sama dia"
"Tapi Fatma sedang mengandung anakku, aku ingin memberikan dia kenyamanan selama masa kehamilannya"
Annisa menghela nafas. "Tapi semua itu sudah terlambat Mas, Fatma sudah kecewa sama kamu. Dan tidak ingin kamu ada di dekatnya lagi" gerutu Annisa.
Hendra menghela nafas, kini ia benar-benar frustasi karena apa yang ia harapkan jauh dari kata sempurna. Ia gagal mengajak Fatma untuk kembali ke Jakarta. Dan yang ia dapatkan hanyalah makian dari mertuanya dan surat cerai yang akan ia dapatkan dalam waktu 8 bulan lagi.