Fatma sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk Hendra, belum sempat Fatma menyendok nasi untuk Hendra tak lama kemudian suara ketukan pintu terdengar dari arah ruang tamu. Fatma pun menghentikan aktivitasnya lalu bergegas untuk membukakan pintu.
"Siapa pagi-pagi gini sudah datang?". Ujar Hendra.
"Gak tau mas, aku ke depan dulu ya mas. Mau lihat siapa yang datang". Sahut Fatma.
"Iya sayang".
Fatma pun langsung bergegas menuju ruang tamu, lalu membuka knop pintu tersebut. Di lihat nya Kinar sudah berada dihadapannya.
"Mbak Kinar, kirain siapa". Ujar Fatma.
Kinar tersenyum. "Fatma, aku ganggu gak? Aku bosen di rumah sendirian. Kebetulan hari ini aku berangkat siang kerjanya, makanya aku kesini pengen ngobrol-ngobrol sama kamu". Sahut Kinar.
"Nggak kok mbak, sama sekali gak ganggu. Aku malah seneng kalau mbak Kinar mau main kesini, kebetulan aku sama Mas Hendra lagi mau sarapan. Ikut sarapan bareng yuk mbak sama kita berdua". Ajak Fatma.
"Duh, aku jadi nggak enak ya. Bertamu pagi-pagi gini, beneran nih aku gak ganggu kamu sama suami kamu?". Tanya Kinar.
Fatma tersenyum. "Nggak mbak, beneran. Yaudah yuk masuk".
Kinar pun langsung berjalan mengekori Fatma di belakangnya.
"Mas, ada Mbak Kinar. Katanya dia bosen di rumah makanya dia kesini pengen ngobrol-ngobrol sama aku, aku sekalian ajak Mbak Kinar buat sarapan bareng sama kita".
"Oh iya, aku malah seneng kalau Kinar mau main kesini. Jadi ada yang nemenin kamu sayang, sering-sering aja ya mbak main kesini. Saya senang kalau Fatma ada temannya, yaudah kalau gitu kita mulai aja yuk sarapannya". Ujar Hendra.
Fatma pun langsung mempersilakan Kinar untuk duduk dan menyicipi aneka masakan buatannya. Kinar senang, karena ia bisa dengan mudahnya masuk ke kehidupan Fatma dan Hendra. Terlebih lagi, Hendra sudah memberikan sinyal untuk dirinya agar sering-sering berkunjung kerumahnya.
Bagus.. Selangkah lagi lebih dekat dengan kamu Hendra. Gumam Kinar dalam hati.
Setelah selesai sarapan, Fatma langsung mengantar Hendra sampai ke depan gerbang rumahnya. Fatma pun kembali merapikan dasi dan juga kerah baju Hendra dan hal itu menyulut kecemburuan pada Kinar yang melihatnya.
Sial, kenapa jadi mesra-mesraan di depan gue sih. Gerutu Kinar kesal.
"Sayang, mas berangkat dulu ya. Kamu jangan capek-capek ya di rumah". Ujar Hendra sambil mengelus lembut pipi istrinya.
"Iya mas, kamu tenang aja. Kamu juga hati-hati ya nyetirnya, jangan ngebut". Sahut Fatma yang langsung mencium punggung tangan suaminya.
"Iya sayang, yaudah mas berangkat dulu ya—Kinar saya berangkat dulu ya, titip istriku ya". Ujar Hendra tersenyum.
"Iya mas, hati-hati". Sahut Kinar.
Lo pikir gue ini tempat penitipan apa?. Gumam Kinar kesal dalam hati.
"Emm.. Fatma kalau gitu aku pamit pulang dulu ya". Ujar Kinar.
"Loh, kok buru-buru banget mbak? Kita kan belum jadi ngobrol banyak". Sahut Fatma.
"Maafin aku ya Fatma, lain kali aja kita ngobrolnya lagi. Kebetulan bos aku barusan sms, katanya aku harus berangkat ke kantor satu jam lagi, soalnya mau ada pertemuan penting di kantor".
"Oh gitu, yaudah mbak gak apa-apa".
"Yaudah kalau gitu, aku pamit dulu ya Fatma".
Fatma pun segera mengantar Kinar sampai keluar gerbang, setelah itu Fatma memutuskan untuk membeli sayuran di tukang sayur keliling yang kebetulan sedang berhenti tepat di seberang rumah nya.
"Mang, ayam nya masih ada?". Ujar Fatma.
"Masih neng, kebetulan masih sisa satu".
"Mbak penghuni baru ya di rumah itu?". Ujar ibu-ibu yang sedang berbelanja.
Fatma pun tersenyum. "Iya bu saya penghuni baru dan baru sampai juga kemarin sore".
"Oh gitu, emang tadinya tinggal dimana mbak?". Tanya ibu-ibu yang lainnya.
"Di Malang bu, kebetulan suami di pindah tugas disini. Makanya saya ikut suami kesini".
"Oh gitu, kenalin mbak, saya Ibu Dewi, kalau yang ini Ibu Ratna, ini Ibu Shila dan yang ini Ibu Rika".
"Senang bisa berkenalan sama ibu-ibu semua, nama saya Fatma bu". Ujar Fatma antusias.
"Kalau saya Mang Ojo, neng. Jangan lupa ya ingetin nama saya". Ujar tukang sayur tersebut dan hal itu mengundang gelak tawa diantara mereka.
"Iya mang, pasti Fatma ingetin namanya". Sahut Fatma tersenyum.
"Ngomong-ngomong Mbak Fatma udah kenal deket sama si Kinar?". Tanya Ibu Rika.
"Belum bu, baru kenal kemarin sore".
"Lah itu terus ngapain si Kinar udah ada di rumah nya Mbak Fatma pagi-pagi?". Timpal Ibu Shila.
"Oh soal itu, Mbak Kinar cuma mau ngobrol-ngobrol saja dengan ku, bu. Katanya dia bosan dirumah dan kebetulan hari ini dia berangkat agak siang ke kantornya". Sahut Fatma.
"Mbak Fatma, saya kasih tau ya sebaiknya kamu hati-hati sama Kinar. Karena dia itu benalu yang suka gangguin suami orang". Timpal Ibu Ratna.
Fatma pun tercengang. "Astagfirullahaladzim, bu gak baik menuduh orang tanpa bukti karena nanti jatuhnya ibu memfitnah Mbak Kinar".
"Mbak Fatma nih ya kalau di kasih tau gak percaya banget, saya itu gak fitnah tapi memang begitu kenyataannya. Ya itu sih terserah Mbak Fatma aja mau percaya atau tidak". Sahut Ibu Ratna.
Fatma menghela nafas panjang. "Berapa mang semuanya?". Tanya Fatma.
"Enam puluh ribu neng".
"Makasih ya mang, ibu-ibu saya pamit duluan ya". Ujar Fatma yang langsung bergegas masuk kedalam rumah.
Si Fatma ngeyel banget ya kalau di kasih tau—iya ngeyel banget. Gumam ibu-ibu, Fatma yang masih bisa mendengar percakapan mereka langsung tak menghiraukannya.
Fatma pun bingung harus percaya atau tidak dengan perkataan tetangganya tersebut, karena Kinardi cap sebagai perebut suami orang. Disisi lain dirinya merasa Kinar sangatlah baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda yang seperti ibu-ibu tadi katakan.
Ya Allah, aku benar-benar bingung sekarang. Apa aku harus mempercayai perkataan ibu-ibu tadi? Tetapi disisi lain Mbak Kinar juga orang yang baik. Gumam Fatma sambil menghela nafas panjangnya.
♡♡♡
Hendra sedang sibuk mengecek berkas-berkas keperluannya untuk meeting dengan kliennya. Tak lama kemudian kliennya pun tiba ditempat mereka mengadakan pertemuan, Hendra pun tercengang ketika melihat kliennya tersebut adalah Kinar yang tak lain adalah tetangganya sendiri.
"Kinar". Ujar Hendra terkejut.
"Mas Hendra, ya ampun dunia itu sempit banget ya mas. Kalau aku tau klien aku itu kamu mending tadi berangkatnya aku nebeng sama kamu ya mas". Sahut Kinar tertawa.
Hendra tersenyum. "Iya kamu benar Kinar, mendingan saya santai aja tadi berangkatnya. Kalau perlu kita meetingnya di rumah aja ya".
"Bener banget mas". Gumam Kinar tertawa.
"Yaudah kita mulai aja ya meetingnya". Ujar Hendra.
Kinar pun mengiyakan perkataan Hendra dan langsung menyimak presentasi yang sedang Hendra jelaskan padanya. Kinar pun dengan kagum menatap wajah Hendra dalam, bahkan pikirannya pun tidak fokus menangkap apa yang Hendra jelaskan.
Yang Kinar tau Hendra adalah sosok laki-laki yang tampan dan mapan, pikirannya terus mencari cara agar Hendra bisa jatuh ke dalam pelukannya.
"Sejauh ini apa ada yang ditanyakan Kinar?". Ujar Hendra.
Namun Kinar tidak mendengar pertanyaan yang Hendra lontarkan, Hendra pun langsung menyadarkan Kinar dari lamunannya.
"Kinar, apa kamu mendengar saya?". Gumam Hendra yang langsung memegang tangan Kinar.
"Iya Mas aku juga cinta sama kamu". Sahut Kinar spontan.
Hendra mengernyitkan dahinya. "Apa?!! Maksud kamu?".
"Emmm.. Nggak mas, aduh maaf saya gak bermaksud berkata seperti itu". Sahut Kinar salah tingkah sambil merapikan rambutnya. "Yaudah mas, pokoknya meeting ini ditutup aja. Aku sudah deal dengan apa yang Mas Hendra bicarakan, gimana kalau sekarang kita pesan makan aja? Kebetulan aku udah laper banget". Sambung Kinar lagi.
"Iya boleh". Sahut Hendra yang langsung sigap memanggil pelayan cafe tersebut.
Mereka berdua pun langsung memesan makanannya masing-masing, setelah beberapa menit menunggu akhirnya pesanan mereka pun datang. Mereka berdua langsung menyantap makanannya sambil menceritakan tentang kehidupan mereka masing-masing.
"Jadi kamu mau sampai kapan single terus?". Ujar Hendra.
"Emm.. Sampai Mas Hendra mau ngelamar aku jadi istri kedua". Sahut Kinar tertawa.
"Apa?!!". Seru Hendra tercengang.
Kinar tertawa terbahak-bahak. "Bercanda mas, bercanda. Lagian pertanyaan kamu gitu sih, ya pokoknya sampai ada laki-laki yang datang melamar aku baru aku melepas masa lajangku". Sahut Kinar.
"Kamu itu cantik Kinar, masa satu pun gak ada cowo yang berniat komitmen sama kamu".
"Nah itu masalahnya, aku paling gak suka komitmen untuk saat ini. Aku masih pengen ngejar karir mas".
"Ngejar karir boleh, tapi kamu juga gak boleh egois dong sama diri kamu sendiri". Gumam Hendra sambil menyuap makanannya.
Kinar makin terpesona dengan perkataan Hendra yang menurutnya sangatlah bijak. Ia pun memutuskan untuk mempercepat rencananya agar Hendra bisa jatuh kedalam pelukannya, Kinar pun tersenyum licik sambil menatap wajah Hendra yang sedang asik menikmati makanannya.