Chereads / Jangan Rebut Suamiku / Chapter 6 - Part 5 - Jenuh

Chapter 6 - Part 5 - Jenuh

Ya Allah, jika aku bisa memilih, aku tidak ingin menjadi beban untuk suamiku. Apalagi sampai tidak bisa merawatnya dengan baik, namun apa daya jika engkau ingin mengujiku dengan penyakit ini. Aku tidak bisa menolaknya, selain aku terus berpasrah dan meminta kesembuhan hanya kepadamu. Gumam Sabila dalam hati.

Sabila terus memanjatkan doa di setiap sepertiga malam, di dalam doanya ia terus meminta kepada Rabb-Nya agar secepatnya diberi kesembuhan. Sabila termasuk perempuan hebat, ia tidak pernah mengeluh apalagi menyerah dengan segala cobaan yang sedang menimpanya bertubi-tubi.

Terlebih lagi belakangan ini suaminya jadi sering mabuk-mabukan dan berubah menjadi sangat arogan kepada dirinya. Sabila benar-benar tidak mengerti apa yang membuat suaminya berubah seperti itu. Tak lama kemudian Sabila mendengar Tommy yang baru saja pulang dari sebuah club malam, Tommy berteriak-teriak memanggil namanya.

Namun apa daya, dirinya tidak bisa melakukan apa-apa. Hati Sabila sangat teriris melihat kondisi suaminya yang semakin memprihatinkan. Sampai pada akhirnya Tommy merangsak masuk kedalam kamar secara kasar, Sabila tersentak karena mendengar Tommy yang tiba-tiba saja jatuh ketika membuka pintu.

"Dasar istri tak berguna kamu, Sabila. Suami pulang bukannya disambut malah kerjanya tidur aja". Teriak Tommy sambil mencoba berdiri dan berjalan terhuyung-huyung ke arah Sabila.

Astagfirullahaladzim, Mas Tommy sadarlah mas. Kamu sedang mabuk mas, kenapa sekarang kamu jadi seperti ini mas. Gumam Sabila dalam hati.

"Kamu dengar aku tidak, Sabila? Aku sedang bicara padamu". Tommy semakin berteriak dan semakin kasar memegangi kedua pipi Sabila.

Air mata Sabila menetes, karena kali ini suaminya benar-benar sudah bertindak kasar pada dirinya.

Ya Allah, mas sadarlah mas. Ini bukan Mas Tommy yang aku kenal, sadarlah mas.

Karena semakin kesal, Tommy langsung melayangkan tamparan keras dipipi Sabila. Sementara Sabila tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima apa yang Tommy lakukan, bahkan ia tidak dapat merasakan tamparan yang dilayangkan oleh Tommy karena memang tubuhnya yang kaku dan juga mati rasa.

Sabila hanya bisa memejamkan matanya, ia sangat takut jika Tommy melakukan hal yang nekat terhadap dirinya. Sabila terus berdoa meminta pertolongan Allah dan tiba-tiba pertolongan Allah pun datang tidak disangka-sangka, perawat Sabila datang ke rumahnya.

Sang perawat yang mendengar keributan dari dalam kamar majikannya langsung segera bergegas berlari untuk melihat apa yang sedang terjadi. Perawat tersebut terkejut ketika melihat Tommy sedang memukuli Sabila, dengan cepat ia langsung memukul Tommy dari belakang menggunakan gagang sapu. Alhasil, Tommy pun jatuh pingsan akibat pukulan tersebut, sementara sang perawat langsung bergegas menolong majikan perempuannya.

"Bu, ibu gak apa-apa? Maaf kalau saya kesini malam-malam, dari tadi perasaan saya tidak enak. Saya kepikiran sama ibu terus, makanya saya langsung mutusin untuk datang kemari, pas saya mau ketuk pintu, saya lihat pintu depan terbuka sedikit makanya saya langsung masuk gitu aja, bu. Maafkan saya jika saya lancang bu". Ujar Santi sang perawat tersebut.

Sabila pun mengedipkan matanya sekali untuk memberi isyarat pada Santi jika dirinya baik-baik saja.

Ya Allah, terimakasih atas pertolonganmu. Engkau telah mengirim Santi untuk menolong hamba.

"Bu, malam ini Santi akan menemani ibu. Santi minta maaf jika sudah berbuat seperti itu sama Pak Tommy. Santi refleks bu, ketika Santi melihat ibu sedang di pukuli oleh bapak". Gumam Santi terisak.

Sabila kembali mengedipkan matanya sekali, Santi pun langsung merebahkan tubuhnya disamping Sabila. Sabila sangat bersyukur memiliki perawat seperti Santi, walaupun umurnya masih belia tapi semangat Santi untuk bekerja sangatlah gigih. Mereka berdua pun langsung terlelap, Sabila tidak perlu lagi merasa takut karena Santi ada untuk menemaninya.

Pagi pun datang, sinar matahari dengan samar-samar masuk melalui celah-celah hordeng dikamar Sabila. Tommy mulai tersadar, ia merasakan sakit pada tengkuknya. Tommy berusaha berdiri untuk merenggangkan otot ditubuhnya, ia pun terkejut ketika melihat Santi yang masih tertidur pulas sambil memeluk Sabila.

Dengan kasar Tommy langsung membangunkan Santi dengan cara menarik tubuhnya. "Jadi kamu yang semalam memukul saya? Kurang ajar kamu ya, berani-beraninya kamu memukul saya". Ujar Tommy.

Santi pun tersentak kaget dengan apa yang Tommy lakukan terhadapnya, Sabila juga ikut terbangun ketika mendengar suara Tommy yang sedang memaki Santi. Sabila pun meminta Tommy untuk tidak memaki Santi dengan cara merintih-rintih, namun Tommy tidak menggubrisnya sama sekali.

"Maafkan saya pak, saya refleks melakukan itu". Ujar Santi.

"Refleks? Kamu pikir kamu siapa? Mulai hari ini kamu tidak perlu lagi datang kemari, karena saya tidak sudi mempekerjakan orang yang sudah berani kurang ajar dengan saya". Seru Tommy.

"Tolong pak, jangan pecat saya. Kalau saya dipecat, siapa nanti yang akan mengurus ibu? Sedangkan bapak sibuk bekerja hingga larut malam".

"Saya tidak peduli dengan ucapan kamu, kalau perlu sekalian kamu bawa pulang mayat hidup itu ke rumah kamu. Karena saya sudah muak melihatnya setiap hari hanya terbujur kaku diatas tempat tidur". Teriak Tommy kasar.

Sabila pun menitikan airmatanya ketika mendengar ucapan Tommy yang sangat melukai hatinya.

Astagfirullahaladzim, sampai hati kamu bicara seperti itu sama aku mas? Apa salah aku mas, sampai-sampai kamu tega berucap seperti itu.  Mana janji kamu yang katanya mau merawat aku sampai sembuh mas? Mana janji kamu yang katanya tidak akan pernah membiarkan aku sendirian selama aku sakit, mana mas? Tapi hari ini kamu malah berkata seperti itu, bahkan kamu muak melihatku setiap hari yang hanya bisa menghabiskan waktu diatas tempat tidur. Gumam Sabila dalam hati sambil terisak.

"Baik jika itu mau bapak, saya berhenti bekerja mulai saat ini dan saya juga akan membawa Ibu Sabila untuk ikut bersama saya. Saya bersumpah, bapak akan mendapatkan karma yang lebih menyakitkan dari apa yang ibu rasakan". Seru Santi sambil menunjuk ke arah Sabila.

"Kurang ajar kamu Santi". Ujar Tommy yang hendak menampar Santi.

Santi pun menghalangi wajahnya dengan kedua tangannya, Tommy pun mengurungkan niatnya untuk menampar Santi. Dengan cepat Tommy langsung bergegas pergi dari hadapan Santi.

"Bu, Ibu maukan kalau ikut Santi? Santi gak mau ibu di perlakukan kasar sama bapak. Santi janji, Santi akan merawat ibu sampai sembuh. Tapi maaf bu, rumah Santi jelek gak sebagus rumah ibu. Apa ibu mau ikut bersama Santi?". Ujar Santi lirih.

Sabila pun mengedipkan kedua matanya sekali, ia benar-benar beruntung memiliki perawat seperti Santi.

Santi, hatimu sungguh mulia, nak. Ibu bersyukur dipertemukan oleh orang sebaik kamu. Ibu janji, kalau ibu sembuh nanti, ibu akan membahagiakan kamu seperti anak ibu sendiri. Ujar Sabila dalam hati.

Setelah selesai mengemasi barang-barang milik Sabila, Santi langsung memapah Sabila dan memindahkannya ke kursi roda. Santi segera bergegas membawa Sabila pergi, ketika taksi online yang di pesannya sudah tiba.

♡♡♡

Tommy terus menggedor pintu apartemen Laras, karena tak kunjung di buka ia kembali menggedornya dengan keras. Sementara itu, Laras yang baru saja selesai mandi langsung bergegas membukakan pintu.

Siapa sih pagi-pagi gini udah bertamu, ganggu orang aja. Gerutu Laras.

Laras pun terkejut ketika melihat sosok orang yang sudah berdiri dihadapannya. "Tommy". Ujar Laras.

"Hai sayang, kamu lama banget sih bukain pintunya. Aku kan udah kangen banget sama kamu". Ujar Tommy.

"Maaf tadi aku lagi mandi, ini baru aja selesai makanya aku buru-buru bukain pintunya".

"Udah Wangi dong sayang". Gumam Tommy yang langsung memeluk laras penuh gairah dan mendorongnya masuk kedalam kamar. Mereka berdua pun hanyut dalam kenikmatan yang mereka ciptakan.

Kini Tommy sudah tidak lagi peduli dengan Sabila, karena ia sudah memiliki Laras yang bisa memuaskan birahi nya. Bahkan Tommy juga tidak peduli dengan status Laras sebagai istri kakak kandungnya, yang terpenting bagi Tommy adalah ia bisa menyalurkan seluruh birahi nya yang selama ini tidak pernah tersalurkan.

2 jam lamanya mereka berdua hanyut memadu cinta, bahkan Laras sama sekali tidak kewalahan melayani Tommy yang sangat haus kenikmatan. Bagi Laras, Tommy adalah yang ia inginkan bahkan ia tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini ketika ia sedang bersama suaminya.

Kini mereka berdua terkulai lemas di atas tempat tidur, Laras mencoba untuk bangun dan mengambil segelas air mineral di dapur. Laras segera kembali ke kamar sambil mengambil dua gelas penuh air mineral, ia langsung memberikannya pada Tommy.

"Terima kasih, sayang". Ujar Tommy yang langsung menenggak habis minumannya.

"Aku gak nyangka, kamu bisa sekuat ini". Gumam Laras genit sambil menyeruput minumannya.

"Emang Mas Rahman, cuma tahan berapa menit?".

Laras menghela nafas. "Kita bahkan gak pernah rutin melakukan hal ini, kamu tau sendiri kan kakak mu itu super sibuk. Jadi menyentuh ku saja hampir tidak ada waktu".

Tommy tersenyum dan langsung menghampiri Laras dan memeluknya dari belakang. "Kasian banget sih tuan putri di anggurin terus ya, mulai sekarang kamu gak akan kesepian lagi".

"Terus Sabila gimana?".

"Udah kamu gak usah mikirin mayat hidup itu lagi, karena dia sudah di bawa pergi sama pembantu sialan itu".

Laras terkejut. "Santi?. Kok bisa?".

"Pembantu sialan itu yang meminta Sabila untuk ikut dengannya, sudah kamu gak usah mikirin Sabila lagi. Yang terpenting sekarang adalah tentang kita". Gumam Tommy yang langsung mengecup bibir Laras, mereka berdua pun kembali hanyut dalam lautan asmara yang sangat memabukkan.