Laras masih duduk tertegun di balkon apartemennya, ia masih memikirkan kecupan semalam yang ia lakukan bersama Tommy. Karena baginya, Tommy memiliki semua yang tak di miliki oleh Rahman, suaminya yang tak lain adalah kakak kandung Tommy.
Ini semua gara-gara kamu Sabila, kalau saja waktu itu kamu tidak muncul di kehidupan Tommy, mungkin sekarang aku sudah menikah dengannya bukan dengan Rahman. Gerutu Laras kesal.
Laras langsung mengirimi Tommy pesan singkat untuk meminta maaf padanya.
To : Tommy
Tom, kakak minta maaf untuk kejadian semalam. Karena tidak seharusnya kita melakukan kecupan itu.
Laras langsung meletakkan ponselnya dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi, belum sempat ia melangkahkan kakinya tak lama kemudian ponselnya kembali berdering. Dengan cepat ia langsung meraih ponselnya dan membaca satu pesan yang telah ia terima.
Laras terkejut ketika pesan yang ia terima adalah video mesranya bersama Tommy, dengan cepat Laras langsung membalas pesan tersebut.
To : +62812345678910
Kamu siapa? Apa maksud dari semua ini?
Laras merasa gelisah, ia takut kalau video tersebut bisa sampai ke tangan suaminya, bisa-bisa ia dicoret dalam daftar warisan suaminya.
Sial, siapa yang membuat video ini. Ini gak bisa dibiarkan. Gerutu Laras.
Tak lama kemudian ponsel Laras kembali berdering dan tertera nomor tersebut di layar ponselnya. Laras ragu ingin menjawabnya, namun ia juga penasaran dengan sosok orang tersebut. Tanpa pikir panjang, Laras langsung menjawab panggilan telepon tersebut dan terdengar suara perempuan dari sebrang teleponnya.
Halo, kamu siapa? Apa maksud kamu dengan video itu? Tanya Laras lantang.
Kamu gak perlu tau siapa saya, tapi yang harus kamu tau, kamu jangan macam-macam sama saya dan kamu harus menuruti perintah saya. Sebaiknya kamu jauhi Tommy, Kalau sampai kamu tidak menuruti perintah saya, kamu akan tanggung akibatnya.
Tutt.. Tuttt.. Tuttt...
Panggilan telepon akhirnya terputus, Laras merasa kesal karena dirinya merasa terancam. Laras kembali meletakkan ponselnya di atas meja, ia langsung bergegas menuju kamar mandi.
******
Tommy sudah kembali berkutat dengan pekerjaannya, ia mencoba untuk mencari kesibukan agar ia bisa melupakan kejadian semalam yang benar-benar tidak pantas ia lakukan bersama kakak iparnya. Konsentrasinya terpecah ketika ponselnya berdering dan menerima satu pesan, Tommy langsung membuka pesan tersebut yang ternyata dari Laras.
From : Kak Laras
Tom, kakak minta maaf untuk kejadian semalam. Karena tidak seharusnya kita melakukan kecupan itu.
Tommy menghela nafas panjangnya, ia kembali meletakkan ponselnya dan memilih untuk tidak membalas pesan sang kakak. Belum sempat ia berkonsentrasi, ponselnya kembali mendapatkan notifikasi pesan. Tommy mengernyitkan dahinya ketika nomor tidak dikenal yang mengiriminya pesan, Tommy langsung membuka isi pesan tersebut.
Ia pun terbelalak melihat isi pesan tersebut yang ternyata adalah rekaman video mesra dirinya dengan Laras. Tommy kembali meletakkan ponselnya di atas meja, ia merasa frustasi dan juga takut akan dampak dari video tersebut.
Astaga, bagaimana bisa itu terjadi. Siapa yang sudah dengan sengaja merekam video tersebut. Gumam Tommy.
Tak lama kemudian Rio merangsak masuk begitu saja keruangan Tommy dan hal tersebut membuat Tommy terkejut dan sedikit tersentak.
"Astaga, Rio. Lo bisa gak kalau masuk ketuk pintu dulu". Ujar Tommy kesal.
"Sorry bro, lagian biasanya kan gue juga langsung masuk aja. Gak apa-apa kan dan lo juga fine-fine ajakan, lah kenapa protesnya sekarang?". Sahut Rio.
"Sorry bro sorry, gue lagi pusing aja nih".
Rio mengernyitkan dahinya. "Pusing kenapa bro? Cerita sama gue, ada masalah apa?".
Tanpa pikir panjang Tommy langsung memperlihatkan rekaman video mesranya dengan Laras. Rio terbelalak, bagaimana bisa video tersebut sudah berada ditangan Tommy. Sedangkan maksud kedatangan dirinya keruangan Tommy adalah untuk memperlihatkan video mesra Tommy dan kakak iparnya yang berhasil ia rekam semalam.
"Bro, itu seriusan? Itu kakak ipar lo men, gila lo sikat juga". Ujar Rio.
"Ketidaksengajaan, ini semua terjadi di luar alam sadar kita".
Rio tertawa. "Apa? Ketidaksengajaan? Tapi kalau di lihat-lihat kayaknya kakak ipar lo itu ada something deh sama lo".
"Ah, jangan ngaco lo. Itu gak boleh sampai terjadi, bisa perang dunia gue sama mas gue nantinya". Gerutu Tommy.
"Nanti malem mau ikut gue ke club gak? Momentnya lagi pas nih, lo bisa happy-happy sejenak untuk melupakan video mesra itu". Ajak Rio antusias.
"Boleh deh bro, sekali-kali lah gue nyenengin diri". Sahut Tommy.
"Nah gitu dong, okey deh kalo gitu gue balik ke ruangan gue dulu ya". Ujar Rio yang langsung bergegas pergi dari ruangan Tommy.
******
Rio langsung merangsak masuk kedalam ruangan Tommy ketika jam pulang kantor tiba. Rio sudah tidak sabar untuk mengajak sahabatnya tersebut ke sebuah club malam favoritnya yang berlokasi tidak jauh dari tempat mereka bekerja.
"Ayo bro cepet bro, satu jam lagi penampilan DJ Capung dimulai". Ujar Rio antusias.
Tommy mengernyitkan dahinya. "DJ Capung?".
"Iya itu DJ paling seksi di club itu, percaya gak lo kalau dia pernah ngeDJ cuma pake bikini doang".
"Ah gila aja, apa iya?". Tanya Tommy penasaran.
"Lo liat sendiri aja dah nanti, pasti lo bakalan ketagihan dateng ke club itu terus".
Tommy hanya mengangguk pelan mendengar celotehan Rio, setelah Tommy selesai merapikan meja kerjanya mereka berdua langsung bergegas menuju club malam tersebut. Hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di club malam tersebut, suara dentuman musik terdengar sangat menggelegar di dalam ruangan tersebut.
Sorak sorai dari pengunjung yang datang sangat terdengar riuh ketika menunggu penampilan DJ Capung, Rio berteriak sambil mengangkat kedua tangannya. Sementara Tommy masih belum terbiasa dengan suasana seperti ini, maklum ini adalah kali pertama Tommy menginjakan kakinya di club malam.
"Lo mau kemana bro". Teriak Rio sambil menahan langkah Tommy.
"Gue mau pulang aja, pusing disini". Gumam Tommy.
"Slow bro, nikmatin aja. Bentar lagi DJ Capung tampil, lo pasti bakalan terbiasa nantinya".
Tommy pun mengurungkan niatnya untuk pulang, tak lama kemudian DJ Capung yang dikatakan oleh Rio pun tampil. Rio benar, DJ tersebut tampil hanya menggunakan bikini dan hal tersebut membuat tubuhnya terlihat sangat seksi. Tommy terperangah melihat aksi DJ Capung diatas panggung, pesona dari DJ Capung sangat menggairahkan.
"Gimana? Gue gak bohongkan, seksi kan DJ Capung". Gumam Rio.
Namun Tommy hanya terdiam sambil menikmati alunan musik yang disuguhkan oleh DJ tersebut. "Bro minum dulu yuk, aus banget nih gue". Ajak Rio.
Tommy pun berjalan mengekori Rio di belakangnya, mereka berdua langsung mengambil posisi duduk di depan barista. Sementara Rio langsung memesan dua botol minuman beralkohol kepada barista tersebut.
"Woy, mas biasa ya, dua botol. Yang satu buat temen gue nih". Ujar Rio antusias.
Tak lama kemudian barista tersebut menyiapkan dua buah gelas kecil dan dua buah botol minuman beralkohol.
"Apaan nih? Es jeruk gak ada?". Ujar Tommy polos.
Rio tertawa terbahak-bahak. "Apa lo bilang? Es jeruk? Lo pikir ini kedai jus buah? Come on men, ini club bro masa lo mau minum es jeruk. Sekali-kali lah lo cobain ini, ini bisa bikin semua masalah lo terasa ringan". Gumam Rio meyakinkan.
Rio langsung menuangkan segelas penuh minuman tersebut dan memberikannya pada Tommy. Tommy sedikit ragu untuk meminumnya namun Rio terus membujuknya dan akhirnya ditengaknya minuman tersebut oleh Tommy.
"Pahit, sumpah gak enak banget". Protes Tommy.
"Santai bro, nikmatin aja dulu sebentar lagi juga bakalan enak banget". Rio terus membujuk sambil menuangkan kembali minuman tersebut untuk Tommy.
Tanpa sadar Tommy telah menghabiskan lima buah botol minuman beralkohol, Tommy pun tergeletak tak sadarkan diri diatas sofa. Rio hanya tertawa melihat tingkah Tommy yang sudah mabuk berat dan tidak bisa berbuat apa-apa.
"Gila, katanya gak enak tapi abis juga lima botol". Ujar Rio yang langsung memapah Tommy dan mengantarnya pulang.
Rio akhirnya tiba di rumah Tommy, ia langsung bergegas pulang setelah mengantar Tommy. Tommy mencoba untuk menyeimbangkan tubuhnya, langkah kakinya terhuyung-huyung setelah ia menghabiskan lima botol minuman beralkohol. Tommy langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidurnya, karena hentakan yang keras diranjang tidurnya hal tersebut membuat Sabila tersentak kaget.
Sabila langsung melihat kearah kanannya yang ternyata suaminya yang sudah tertidur pulas disampingnya. Sabila terheran-heran melihat tingkah suaminya yang tidak biasa dan terlebih ia mencium aroma alkohol yang sangat menyengat di tubuh suaminya.
Mas Tommy, apa yang sudah kamu lakukan diluaran sana. Kenapa ada aroma alkohol dari tubuh kamu mas, mas aku mohon kamu jangan melakukan hal-hal yang buruk diluaran sana. Gumam Sabila dalam hati dan langsung meneteskan airmatanya.
Matahari terbit mulai masuk melalui celah-celah hordeng kamar Sabila dan Tommy. Dan hal itu membuat Sabila terbangun lalu melihat kearah suaminya yang masih tertidur pulas. Ingatan Sabila mulai membawanya pada kejadian semalam, ketika Sabila mendapati aroma alkohol menguap dari mulut dan juga tubuh suaminya.
Mas Tommy, apa yang membuat kamu melakukan hal itu? Dengan siapa kamu pergi semalam dan sepertinya kamu mabuk berat setelahnya. Gumam Sabila dalam hati.
Tommy mulai membuka matanya kecil, pandangannya masih terlihat kabur dan kepalanya juga masih terasa berat akibat ia menghabiskan lima buah botol minuman beralkohol. Ia mengerjapkan matanya sekali lagi dan mencoba untuk membuka matanya dengan lebar. Kini pandangannya lebih baik dari pada sebelumnya, dilihatnya sang istri yang sudah terbangun lalu ia rapatkan tubuhnya untuk memeluk istrinya.
Sabila makin jelas mencium aroma alkohol tersebut, ia langsung membuang pandangannya dari arah Tommy. Sementara Tommy yang menyadari hal itu langsung beranjak dari tidurnya lalu mencoba untuk melihat kearah Sabila.
"Sabila, kamu kenapa? Kenapa kamu buang pandanganmu saat aku memeluk kamu?". Tanya Tommy bingung.
Namun Sabila tak menjawab pertanyaan Tommy dengan kedipan matanya. Tommy pun merasa heran melihat tingkah istrinya yang menurutnya sangat aneh.
"Sabila, ada apa? Kedipkan matamu, jawab aku Sabila". Ujar Tommy yang pandangannya kembali kabur.
Tommy kembali merebahkan tubuhnya, lalu mulai mengecup pipi kanan istrinya. Namun reaksi Sabila membuat Tommy marah karena Sabila tak bisa membalas kecupannya. Tommy masih dikuasai dengan alkohol yang di minumnya semalam bersama Rio. Tommy kembali beranjak dari tidurnya, ia kembali menatap Sabila dengan sengit.
"Istri macam apa kamu? Tidak bisa melayani suami, kamu pikir aku senang melakukan ini semua? Aku bosan Sabil, aku jenuh setiap hari melihat kamu terbujur kaku seperti mayat hidup". Ujar Tommy.
Ucapan Tommy seketika bagaikan sembilu yang menghujam jantungnya, Sabila tidak menyangka jika Tommy dapat berkata seperti itu padanya. Air matanya mulai menetes membasahi kedua pipinya.
"Yang kamu bisa lakukan hanya menangis dan menangis, ya apalagi selain itu. Untuk memuaskan aku saja kamu sudah tak bisa". Ucap Tommy kasar sambil menatap sinis wajah Sabila.
Mas Tommy, aku tau kamu pasti mabuk. Kamu tidak secara sadar mengatakan hal itu, aku minta maaf karena tidak bisa menjadi istri yang baik untuk kamu. Gumam Sabila dalam hati dan kembali meneteskan airmata.
Tak lama kemudian terdengar suara bel berbunyi, Sabila penasaran siapa yang sudah bertamu sepagi ini. Sedangkan ini adalah hari Sabtu, suster yang merawatnya tidak mungkin datang karena ini hari liburnya. Tommy mencoba berdiri untuk membukakan pintu, kepalanya masih terasa berat.
Ia mencoba menyeimbangkan tubuhnya yang mulai berjalan terhuyung-huyung. Sementara Sabila sangat sedih melihat kondisi suaminya seperti itu, sebagai perempuan ia seperti merasa gagal karena tidak bisa merawat suaminya dengan baik.
Suara bel tersebut terus berbunyi, Tommy semakin kesal karena merasa semakin pusing ketika mendengar suara keras menggema di sekitarnya. Tommy mulai membukakan pintu dan dilihatnya sosok wanita seksi yang sudah berdiri dihadapannya dengan anggun.
"Kak Laras". Ujar Tommy sambil melempar senyum.
Sementara Laras mengernyitkan dahinya karena ia pikir Tommy akan menghindarinya. "Hai, Tom. Boleh aku masuk?". Tanya Laras.
"Tentu saja, silahkan kak".
Laras langsung masuk kedalam rumahnya, Tommy pun mulai berjalan mengekori Laras. Dilihatnya bentuk tubuh Laras dari belakang yang terlihat sangat seksi dengan dress selutut berwarna merah darah.
"Kak Laras". Panggil Tommy.
Laras pun membalikkan tubuhnya kearah Tommy. "Ya, ada apa Tom?".
Tommy terus menatap Laras penuh gairah, tanpa pikir panjang Tommy langsung merapatkan tubuh Laras ke dinding. Laras pun tersentak kaget dengan apa yang Tommy lakukan, sementara Tommy mulai memeluk Laras dan mengecup area lehernya.
"Tom kamu mabuk ya? Tommy dengarkan aku". Ujar Laras.
Sementara Tommy tidak mempedulikan apa yang dikatakan oleh Laras. Tommy terus mengecup Laras dengan liar, hingga suara rintihan mulai keluar dari bibir Laras. Sabila yang mendengar suara tersebut tersentak kaget dan merasa cemas dengan apa yang terjadi diluar kamarnya.
Suara rintihan tersebut terdengar semakin kencang, Sabila semakin teriris mendengarnya. Apalagi ketika dirinya mendengar nama Tommy disebut oleh perempuan tersebut. Sabila mencoba untuk mengenali suara perempuan tersebut, namun dirinya tidak bisa karena suara perempuan tersebut bercampur dengan suara rintihan kenikmatan yang sedang mereka lakukan.
Astagfirullahaladzim, apa yang sedang kamu lakukan mas. Kenapa kamu tega menodai pernikahan kita, kenapa mas? Kenapa kamu tega sama aku. Ujar Sabila dalam hati.
♡♡♡
Tommy mulai membuka matanya, dirinya tersentak kaget ketika melihat kakak iparnya tertidur disamping dirinya tanpa sehelai benang pun. Tommy beranjak dari posisi tidur lalu ia terduduk bingung memikirkan apa yang baru saja terjadi. Tak lama kemudian Tommy dikagetkan dengan Laras yang menyentuh punggungnya, Tommy segera membalikkan tubuhnya kearah Laras.
"Tom, aku haus". Ujar Laras serak.
Tommy beranjak dari duduknya lalu bergegas mengambil segelas air putih dan memberikan air tersebut pada Laras, Laras langsung menengak habis air tersebut. Setelah itu Laras segera mengenakan pakaiannya, sementara Tommy masih mematung melihat kemolekan tubuh Laras. Setelah selesai mengenakan pakaian, Laras menatap Tommy yang masih mematung. Ia langsung menghampiri Tommy dan membisikan sesuatu di telinganya.
"Aku pikir tadi kamu itu sedang mabuk, seberapa banyak kamu minum semalam? Tapi, tadi itu sangat menggairahkan Tom. Mungkin kamu memang merindukan moment seperti yang tadi kita lakukan". Ujar Laras.
Tommy kembali menatap wajah Laras dalam, tanpa pikir panjang ia langsung mengecupnya. Laras pun langsung membalas kecupan Tommy, Laras merasa senang karena saat ini Tommy sudah berada dalam genggamannya. Tommy menyudahi kecupannya lalu di tatap nya Laras dalam-dalam, Tommy merasa hasratnya terlampiaskan melalui Laras. Apalagi, Laras mampu menyeimbangkan setiap permainannya.
"Kalau kamu butuh aku, telepon saja aku atau kamu bisa langsung datang ke apartementku". Bisik Laras.
"Baiklah kak".
Laras meletakkan jari telunjuknya di bibir Tommy. "Ssstt.. Jangan panggil aku kakak, saat ini aku adalah milikmu sayang".
"Iya sayang". Bisik Tommy lirih ditelinga Laras dan hal tersebut membuat Laras merinding mendengarnya.
Laras tersenyum manja, lalu memeluk Tommy erat. "Aku harus pergi, kamu harus memastikan kalau istrimu tadi tidak mendengar kita". Ujar Laras.
"Kalaupun ia mendengarnya, ia tidak bisa berbuat apa-apa sayang". Sahut Tommy.
Tommy pun meraih kedua tangan Laras, lalu membantunya berdiri. Ia langsung mengantar Laras sampai di depan pintu dan menunggu sampai Laras bergegas pergi dengan mobilnya. Tommy kembali berjalan perlahan masuk kedalam kamar, ia berusaha untuk bersikap biasa saja di depan Sabila.
Tommy langsung merebahkan kembali tubuhnya di samping Sabila tanpa dosa. Ia kembali memejamkan matanya, setelah ini ia dapat tidur pulas karena keinginannya sudah tersalurkan. Sabila yang tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menangisi apa yang telah dilakukan oleh suaminya. Yang bisa ia lakukan hanya mendoakan suaminya agar ia bisa sadar bahwa apa yang dilakukan olehnya sangatlah tidak pantas.
Ya Allah, jika ini adalah ujian untuk hamba. Aku terima dengan lapang dada, tapi janganlah engkau mengujiku melebihi batas kemampuanku. Ya Allah, sadarkanlah Mas Tommy agar ia bisa kembali ke jalan yang benar. Gumam Sabila.