Chereads / Jangan Rebut Suamiku / Chapter 3 - Part 2 - Air Mata Doa

Chapter 3 - Part 2 - Air Mata Doa

Ya Allah, jika aku hidup hanya untuk menyulitkan suamiku, lebih baik ambil saja aku. Karena aku telah ikhlas menerima semuanya dan aku siap untuk pergi, agar beban yang dirasakan oleh suamiku bisa berkurang. Tapi jika engkau mengijinkan aku untuk sembuh, maka berikanlah kesembuhan itu lebih cepat agar aku bisa kembali mengambil peranku sebagai seorang istri.

Sabila terus melantunkan doa-doanya di setiap sepertiga malam, ia selalu menitikan airmatanya disetiap akhir kalimat doa-doanya, meminta kesembuhan untuk dirinya dan juga meminta kesehatan untuk suaminya agar terhindar dari segala macam penyakit.

Terkadang Sabila merasa seperti kehilangan semangat hidup, ingin rasanya ia menyerah dengan semua keadaan. Namun ketika ia mengingat semangat suaminya dalam mengurus dirinya, itu yang menjadi penguat untuk dirinya. Sabila yakin, ia pasti sembuh dan akan segera sembuh.

Sabila melirik kearah suaminya yang sedang tertidur pulas disampingnya, ia pandangi dalam-dalam wajah suaminya. Wajah yang memiliki pancaran kesetiaan, raut lelah di wajah suaminya sangat terlihat jelas. Karena harus membagi waktu antara pekerjaannya dan juga mengurus dirinya.

Mas Tommy suamiku, terimakasih untuk segala sesuatu yang sangat berharga ini. Aku sangat menyayangimu mas, semoga rasa lelahmu menjadi ladang berkah untuk dirimu. Gumam Sabila dalam hati.

Kemudian Sabila kembali melanjutkan tidurnya, ia berharap mimpi indah datang menghampiri tidurnya. Karena sudah satu bulan ini dirinya tidur tanpa sebuah mimpi, bahkan bermimpi dirinya sembuh pun tidak pernah sama sekali.

Pagi ini untuk pertama kalinya Tommy kembali bekerja setelah masa cutinya berakhir dalam satu bulan. Ia telah mencarikan perawat untuk merawat dan menjaga Sabila selama ia bekerja, Sabila pun telah setuju dengan usulan suaminya tersebut.

"Sayang, aku berangkat ke kantor dulu ya. Si mbak juga sudah dateng nih, jadi kamu seharian ini sama si mbak dulu ya, sayang". Ujar Tommy.

Sabila pun mengedipkan kedua matanya sebanyak satu kali, tanda ia mengiyakan ucapan suaminya. Tommy pun langsung mengecup kening Sabila dan berpamitan pada istrinya tersebut.

"Mbak, saya titip ibu ya. Kalau ada apa-apa sama ibu, segera hubungi saya ya mbak". Ujar Tommy.

"Baik pak".

Tommy segera bergegas berangkat menuju kantornya, perasaannya masih belum tega untuk meninggalkan Sabila dirumah. Namun ia harus memenuhi kewajibannya untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Setelah berkendara kurang lebih tiga puluh menit, Tommy pun tiba di tempatnya bekerja. Ia langsung disambut oleh rekan-rekan kerjanya yang sudah sangat merindukan kehadirannya dikantor.

"Tommy, hei bro apa kabar? Long time no see. Gimana sehat? Kok kayanya kurusan ya sekarang". Ujar Rio yang langsung menyalami Tommy.

"Baik Bro, Alhamdulillah? Masa sih  kurusan?". Sahut Tommy.

"Serius, lo kurus banget sekarang. Ah lo kurang jatah ya, kan istri lo gak bisa ngapa-ngapain". Gumam Rio mengerling Tommy.

"Ah apaan sih lo, yaudah ah gue mau masuk dulu". Ujar Tommy yang langsung bergegas masuk ke ruangannya.

Tommy langsung memulai pekerjaannya yang sudah menumpuk karena ia tinggalkan selama satu bulan ini. Sebelum bekerja, Tommy mengecek CCTV yang terpasang dirumahnya melalui ponselnya. Setelah melihat kondisi Sabila baik-baik saja, Tommy barulah bisa tenang untuk mengarahkan semua pikirannya pada pekerjaannya.

******

Tommy.. Tommy Malang benar nasibmu, pernikahan masih seumur jagung tapi istrinya udah penyakitan kaya gitu. Gumam Laras dalam hati sambil menatap foto keluarga mereka.

Tak lama kemudian ponsel Laras berdering, dilihatnya nama Rahman yang tertera di layarnya. Laras langsung menjawab panggilan telepon dari suaminya.

Halo, Mas Rahman. Kamu apa kabar mas? Baru pulang kerja mas?

Aku baik sayang, iya aku baru aja sampai di rumah. Ibu sama bapak gimana kabarnya? Tanya Rahman dari sambungan telepon.

Ibu sama bapak baik mas, oh ya mas ada kabar buruk dari adik ipar kamu. 

Sabila? Ada apa dengannya?. Tanya Rahman penasaran.

Iya mas, Sabila. Sabila stroke mas dan saat ini ia tidak bisa apa-apa, kasihan Tommy mas. Ia harus bekerja dan juga mengurus Sabila.

Baiklah, nanti aku akan menghubungi Tommy untuk menanyakan tentang Sabila. Kalau begitu aku mau mandi dulu ya sayang, see ya.

Sambungan telepon pun terputus, Laras kembali meletakkan ponselnya dan kembali meraih bingkai foto keluarga mereka dan kembali menatap foto Tommy.

******

Jam makan siang sudah tiba, tapi Tommy masih sibuk berkutat dengan tugas-tugasnya hingga ia melupakan jam makan siangnya. Sampai pada akhirnya aktivitasnya terhenti karena mendengar suara seseorang berbicara padanya.

"Ini sudah waktunya makan siang, mau sampai kapan disini? Makan dulu lah, baru kerja lagi".

Tommy menoleh kearah depannya, dilihatnya sang kakak ipar sudah berdiri dihadapannya.

"Kak Laras, kapan kakak datang?". Tanya Tommy antusias dengan kehadiran sang kakak ipar.

Laras langsung menghampiri Tommy dan duduk diatas meja kerjanya. "Aku sudah tiba lima menit yang lalu, aku mengetuk pintu tapi tak ada jawaban sama sekali dari kamu, yaudah aku terpaksa masuk begitu saja dan ternyata dugaan ku benar kamu masih sibuk dengan pekerjaanmu". Gumam Laras.

"Ya ampun kak, maafin aku. Aku benar-benar tidak mendengarnya". Sahut Tommy dengan cengirannya.

"It's okey, kamu belum makan siang kan? Makan dulu yuk, biar nanti kerjanya tambah semangat". Ujar Laras yang langsung meraih tangan Tommy.

Tommy pun tertegun melihat yang Laras lakukan, ia langsung beranjak dari kursinya dan berjalan mengekori Laras dibelakangnya. Mereka berdua langsung bergegas menuju kantin yang berada di area tempat Tommy bekerja.

"Kamu mau pesen apa Tom?". Tanya Laras sambil memberikan tabel menu untuk Tommy.

"Kakak mau traktir aku nih ceritanya?". Ujar Tommy polos.

Laras tersenyum. "Iya tenang aja, kakak yang traktir sepuasnya".

Tommy terbelalak. "Beneran kak? Asik".

Mereka berdua langsung memesan beberapa makanan dan minuman kepada pelayan, sambil menunggu pesanan datang Laras kembali menguatkan Tommy untuk tetap tegar dalam merawat Sabila.

"Tom, kamu yang kuat ya dalam mengurus Sabila. Kakak yakin Sabila pasti sembuh". Ujar Laras yang sambil menggenggam tangan Tommy.

Tommy kembali terkejut dengan perlakuan Laras. "I-iyaa kak, terimakasih doanya". Sahut Tommy salah tingkah.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan-sungkan minta tolong sama kakak ya, kakak pasti bantu kamu".

Tak lama kemudian pesanan mereka berdua datang, mereka langsung menyantap makanan masing-masing yang telah dipesannya. Setelah mereka berdua selesai menyantap makan siangnya, Laras langsung pamit pulang dengan Tommy. Tak lama kemudian Rio muncul dari arah belakang Tommy yang langsung merangsak duduk di sampingnya.

"Siapa tuh bro? Seksi bener, body nya itu loh kaya gitar spanyol. Gebetan baru ya bro?". Gumam Rio sambil memperagakan bentuk gitar spanyol.

Tommy langsung menepuk bahu kanan Rio. "Sembarangan aja kalau ngomong, dia istrinya kakak gue. Bukan gebetan gue".

"Serius lo itu istri kakak lo? Terus ngapain dia kesini sambil ngajak makan siang bareng, lo berdua pasti ada something ya".

Mendengar ucapan Rio yang semakin ngelantur, Tommy langsung bergegas pergi dari hadapannya. Rio langsung berteriak karena tidak terima ditinggal begitu saja ketika dirinya sedang berbicara.

Woy bro.. Lo belum jawab pertanyaan gue, haduh main kabur aja sih. Teriak Rio, namun teriakan Rio tak dihiraukan oleh Tommy.