Jam menunjukan pukul empat sore, Pak Marco semakin bersemangat untuk menemui sang pujaan hatinya.
Perasaannya semakin dag dig dug tidak karuan. Ini kedua kalinya ia berkencan. Setelah istri pertamanya meninggal, dan ia tidak pernah mencari perempuan lagi, untuk menjadikan pendamping hidupnya dan mengurus anak semata wayangnya.
Ia sudah nyaman dengan hidup sendiri. Apalagi kala itu, Qiran masih kecil, ia butuh kasih sayang seorang ibu, Namun ia tetap bersikeras mengurusnya dengan jerih payahnya sendiri.
Sekarang, setelah bertemu dengan Bu Melin, hatinya tergugah kembali untuk berkeluarga lagi. Sebisa mungkin ia akan berusaha untuk menyenangkan hati puterinya. Selama ini, Qiran lah yang selalu menyemangati dirinya agar segera menikah lagi. Asal kan, perempuan itu baik dan sayang keluarga.
Tok tok tok
Suara pintu kamar Pak Marco di ketuk dengan keras oleh Qiran. Ia sambil membawa baju baru untuk ayahnya. Yang kemarin ia beli bersama teman-temannya di butiknya Bu Melin. Entah jadinya bagaimana, jika ia mengetahui, pemilik butik yang ia temui adalah calon ibu tirinya.
"Dad, ini bajunya," ucap Qiran sambil menunggu dibalik pintu.
Tidak lama kemudian, Pak Marco pun langsung membukakan pintu kamarnya.
"Ini baju yang harus Daddy pakai?" tanya Pak Marco sambil mengecek bajunya.
"Iya, ayo Daddy pakai sekarang! Biar aku nunggu disini, pasti Daddy keren deh dengan baju itu,"ucap Qiran memuji ayahnya.
"Okey, tunggu yah, awas jangan kabur loh," canda Pak Marco.
Pak Marco pun langsung masuk lagi ke kamarnya dan segera mengganti bajunya dengan yang baru.
Sementara, Qiran masih setia menunggunya, sambil duduk disofa dan melihat ke arah jendela.
Terlihat pemandangan yang sangat indah. Karena memang Qiran posisinya sedang berada di lantai atas, apalagi jalan raya pun terlihat jelas hitam memanjang.
Tiba-tiba ia melihat Alby melewati rumahnya dengan membawa sebuah motor vespa kesayangannya.
"Dih, itukan si Cumi! Mau kemana dia?" gumam Qiran sambil lirik-lirik dari atas jendela, seolah tidak percaya kalau itu Alby.
"Qiran, gimana penampilan Daddy?" tanya Pak Marco sembari mengagetkan Qiran yang masih fokus melihat ke arah jendela.
"Ya ampun, Dad. Ngagetin saja! Hemm keren Dad, tapi sepertinya ada yang kurang deh," ucap Qiran sambil menatap tajam ke arah penampilan Pak Marco.
"Apanya yang kurang? Coba kasih tau! Pokoknya malam ini Daddy gak mau ada yang kekurangan. Ayo katakan apa kekurangannya?" ucap Pak Marco penasaran.
"Bentar Dad, apa ya? Aha topi Dad...topii!" ujar Qiran girang.
"Apa? Topi? Yang benar saja! Masa mau kencan di malam hari pakai topi?" jawab Pak Marco mengkerutkan dahinya.
Mendengar ocehan Pak Marco, Qiran pun tertawa terbahak-bahak. Ia tak henti-hentinya menertawakan Pak Marco yang akan bersiap-siap pergi menjemput Bu Melin.
"Dad, pokoknya good luck yah, jangan mengecewakan kejantanan Daddy, dan jangan lupa juga untuk berhati-hati memilih makanannya, jangan sampai salah pilih makanan," canda Qiran yang masih terkekeh-kekeh.
"Iya, Daddy tau. Doain aja biar semuanya lancar," ujar Pak Marco sambil menuju ke sebuah mobil yang sudah disiapkan oleh asistennya.
"Iya, hati-hati Dad," ucap Qiran sambil melambaikan tangannya.
🍭🍭🍭🍭🍭
Sementara di rumah Alby ...
Bu Melin sudah siap-siap menunggu jemputan dari Pak Marco, hatinya sudah tidak karuan. Sampai-sampai, ia bolak-balik ke kamar mandi.
Padahal mereka sepakat berangkat pukul tujuh malam. Namun, mereka sudah tidak sabar ingin segera bertemu.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Pak Marco datang menjemputnya. Bu Melin pun senang tidak terkira, dan langsung saja ia menghampiri Pak Marco.
Terlihat Bu Melin, berpenampilan sangat elegan, perpaduan gaunnya sangat cocok dengan tas kecilnya, ditambah dengan riasan yang sederhana namun tetap terlihat anggun.
Pak Marco yang melihat penampilannya, sangat kagum dan terpesona.
Tanpa basa-basi lagi, mereka pun langsung menuju ke tempat yang sudah dipesankan oleh asistennya Pak Marco.
****
Sebelumnya, Alby sudah pulang dari butiknya sedari tadi. Namun, ia tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia memanfaatkan waktunya untuk berkunjung ke tempat yang pernah ia temui dengan Khansa dan Devan.
Dan ia juga tidak lupa untuk menyuruh karyawannya, agar segera menutup butiknya lebih awal.
Alby tidak sadar, jika tempat yang pernah di kunjunginya itu melewati rumahnya Qiran. Dan malahan hanya Qiran yang melihat Alby melewati rumahnya, sedangkan dirinya fokus dengan mengemudi motor Vespa nya.
Sesampainya di persimpangan jalan, ia berhenti dan mencari anak-anak yang pernah ia temui.
"Kok, tumben tidak ada satupun anak disini, kemana mereka?" gumam Alby sembari meliri-lirik kesana-kemari. Namun, tetap saja mereka tidak ada yang nongol seorangpun.
Namun, tiba-tiba saja suara yang begitu familiar mengagetkan Alby. Ya siapa lagi kalau bukan Qiran. Berhubung dia sudah melihat Alby berhenti di persimpangan, Qiran pun menyusulnya karena penasaran, apa yang sedang Alby lakukan di area itu.
"Eh Cumi, Lo ngapain dimari?" tanya Qiran dengan juteknya.
Seketika Alby pun langsung melirik ke arah sumber suara. Dan ternyata orang itu adalah Qiran. Ia membawa sepeda favoritnya yang selalu setia menemaninya kemanapun ia pergi. Karena, Qiran lebih suka bermain bersepada dibanding dengan yang lainnya.
Begitu juga dengan Alby, Meskipun, dirumahnya terdapat beberapa mobil mewah, ia lebih suka menggunakan motor vespanya.
Alby menatap Qiran sangat lama, mereka saling bertatapan satu sama lainnya. Tersirat sebuah rasa, jika Alby mengagumi kecantikannya Qiran. Namun, mengingat kejadian pertama ia bertemu, sikap Alby langsung berubah jutek. Seperti halnya Qiran.
"Nah, Lo juga. Ngapain dimari?" tanya Alby mengernyitkan alisnya.
"Ini daerah kekuasaan Gue! Lo gak boleh berada disini. Sana pergi!" ucap Qiran sinis.
"Yey, sejak kapan Ubur-ubur bisa ngusir manusia? Lagi pula ini tempat, bukan milik nenek moyang Lo. Dan Gue mau apa? Itu bukan urusan Lo. Dan Gue lebih dulu berada disini, paham!" jawab Alby sembari mendekapkan tangan didadanya.
"Oh tidak bisa! Pokoknya Lo ini harus..."
Belum juga Qiran selesai bicara, Devan yang selalu bermain di taman, dekat persimpangan jalan itu memanggilnya, "Kakak!" teriak seorang bocah cilik yang tak lain adalah Devan.
"Devan!" Jawab mereka berdua dengan serempak. Dan hal ini membuat keduanya keheranan.
"Loh, ko Lo kenal dia dih?" ucap Qiran keheranan.
Begitu juga dengan Alby, kenapa Qiran bisa mengenali mereka, padahal selama ini, ia tidak pernah melihat Qiran bersama dengan anak-anak.
Tidak lama kemudian, segerombolan anak pun datang menghampiri mereka berdua.
Termasuk Khansa, mereka langsung berlari kegirangan menuju Alby dan Qiran.
"Horee, Kakak cantik dan Kakak ganteng datang," ucap Khansa senang.
Mendengar perkataan anak itu, mereka berdua merasa malu, dan seketika perdebatannya terlupakan.
Qiran pun langsung memeluk Khansa. Begitu juga Alby, ia langsung menggendong Devan.
Mereka sangat bahagia dengan adanya Alby dan Qiran, sampai-sampai mereka ingin bermain bersama. Tidak hanya bermain, Alby dan Qiran bahkan mengajaknya untuk belajar sambil bermain.
Waktu sudah hampir pukul lima sore, tandanya mereka harus segera pulang. Namun, sebelum pulang, Alby mengajak mereka dulu, untuk membeli es cream bersama-sama.
Mereka sungguh gembira mendengar hal itu. Begitu juga Qiran. Ia menyadari jika sosok Alby memang benar-benar berhati lembut.
"Dia asyik juga ternyata, hemm sungguh menarik," ucap Alby dalam hatinya.
*
*
*
BERSAMBUNG....