Chereads / SINCERE LOVE / Chapter 9 - Rezeki tak terduga

Chapter 9 - Rezeki tak terduga

"Memangnya kenapa Pak? Kan tinggal bilang saja nanti kalau sudah di rumah," ucap Alby keheranan.

"Iya juga sih. Tapi marah nggak yah? Ya sudahlah bodo amat, aku mau pulang dulu dek," sahut Pak Satpam.

"He he gak bakalan marah Pak, itu salahnya dia sendiri, kenapa gak hati-hati," ucap Alby sembari tertawa kecil.

"Iya yah, ya sudah aku pamit Dek, Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam, hati-hati Pak."

Pak Satpam pun langsung pergi meninggalkan Alby. Sementara Alby bergegas masuk ke dalam rumahnya. Ia bahkan tidak tahu jika, Bu Melin sudah pulang sedari tadi.

"Duarrr!" teriak Bu Melin ketika membukakan pintu untuk Anaknya.

"Ya ampun, Mommy! bikin kaget aja deh," teriak Alby.

"He he ya maaf. Habisnya Mommy lagi senang banget," ucap Bu Melin cengengesan.

"Sama donk Mom, tapi ada sadnya juga sih," ucap Alby sembari masuk ke dalam rumahnya.

"Lho, kok bisa barengan gitu sih, memangnya apa saja hal yang senangnya dan sedihnya?" tanya Bu Melin penasaran sembari mengikuti Anaknya dari belakang.

"Senangnya, aku punya teman baru," ucap Alby sembari mengambil air minum di lemari es. Ia sangat kehausan dan langsung saja ia meneguknya hingga tak bersisa.

Sementara, Bu Melin yang melihatnya, juga malah ikutan kehausan. Dan langsung ikutan minum didekat Alby.

Setelah itu, Alby pun langsung melanjutkan percakapannya dan berkata, "Dan sadnya motor Vespa yang baru itu hilang Mom," ucap Alby dengan santainya.

Seketika Bu Melin kaget dan tersedak air minum.

"Uhuk-uhuk. A-apa? Motor Vespa nya hilang?" ucap Bu Melin membelalakan matanya.

Sementara, Alby hanya menganggukan kepala saja tanpa memghiraukan expresi Ibunya yang benar-benar syok.

"Ihh, kenapa gak hati-hati sih! Itu motor punya sejarahnya, apalagi motor itu sudah dimodifikasi dengan keren. Mommy pikir kamu bisa menjaganya dengan baik," ucap Bu Melin kesal.

"Ya maaf Mom. Kalau sudah hilang, ya hilang saja. Mau gimana lagi, itu berarti bukan rezekinya kita. Tinggal beli lagi kan, beres!" ujar Alby sembari berjalan menuju ke tempat duduk.

"Ya tapikan motor itu penuh kenangan, By! Ah sudahlah, percuma ngomong sama orang yang gak paham, pasti Ujung-ujungnya gak nyambung. Mommy hanya teringat almarhum Daddy kamu saja. Lagi pula kalau beli lagi, gak bakalan sama dengan yang itu!" ucap Bu Melin kesal.

"Kalau masih ada rezekinya buat kita, itu motor bakalan balik lagi Mom. Tapi kalau tidak balik, mungkin Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih bagus," ucap Alby meyakinkan Bu Melin.

"Lagian, Mommy kenapa masih mengingat-ingat almarhum Daddy? Bukannya udah ada calon pengganti Daddy?" tambah Alby mengernyitkan alisnya.

Seketika Bu Melin terkejut dengan ucapan Anaknya. Ia tidak habis pikir jika Anaknya akan berkata seperti itu.

Ada rasa bersalah pada dirinya. Bahkan, Ibu yang selalu tampil seksi ini menganggap, jika Alby tidak merestui hubungannya dengan kekasih barunya.

"Ko kamu bilangnya begitu? Apa kamu tidak setuju punya Daddy baru?"

"Eh, bu-bukan begitu Mom. Maksud aku ..."

Belum juga Alby selesai bicara, Bu Melin langsung menyelang perkataan Alby,

"Almarhum Daddy kamu adalah segalanya bagi Mommy. Tapi bukan berarti, punya yang baru harus melupakan yang lama. Makanya Mommy sangat kaget, ketika mendengar motor vespa itu hilang. Dan apa kamu tahu? Motor itu adalah motor favoritnya Daddy kamu!" ucap Bu Melin sambil meneteskan air matanya.

"Maaf Mom, aku tidak bermaksud untuk menyinggung hati Mommy. Tolong lupakan perkataan aku Mom," ucap Alby sambil menggenggam tangan Ibunya.

Bu Melin pun hanya bisa terdiam menatap sang anak satu-satunya. Ia masih kesal terhadap anaknya yang menyepelekan sesuatu yang berharga. Namun ia bersyukur telah memiliki anak yang begitu pengertian dan baik hati.

"Mom, apapun yang Mommy lakukan, aku pasti dukung. Asal Mommy harus bahagia. Meskipun kebahagian ini tanpa Daddy, biarkan Daddy tenang dialam sana. Aku yakin Daddy pasti senang melihat Mommy bahagia seperti dulu, jangan bersedih karena motor Vespa itu hilang, aku akan berusaha mencarinya dan lapor polisi," ucap Alby dengan serius.

Mendengar perkataan itu, Bu Melin semakin bahagia. Ia langsung memeluk anaknya dengan erat. Ia bahkan menumpahkan air mata kebahagiannya dipelukan sang anak.

\\\\

Tidak terasa, waktu sudah berganti pagi lagi. Dan ini saatnya para pencari rezeki harus bangun pagi-pagi. Pepatah bilang katanya, biar rezekinya tidak dipatok ayam.

(Ayam siapa yang berani matok rezekinya si Qiran?)

Tentu saja, Qiran pun tidak mau rezekinya dipatok ayam. Ia sudah bangun sedari tadi. Seperti biasa setelah selsesai sembahyang, ia langsung bergegas keluar rumah untuk menghirup udara segar.

Pagi itu, Qiran terus berjalan menyusuri taman bunganya yang didesain sangat indah oleh para tukang yang sangat profesional. Dibelai angin yang berbisik lembut menyuarakan alam yang terasa begitu ramahnya.

Saat itu, pertama kalinya ia tidak menggunakan sepeda untuk mengelilingi taman rumahnya, karena memang sudah tidak ada sepeda lagi. Ia hanya berjalan santai sembari memperhatikan bunga-bunga disekeliling taman itu.

Tiba-tiba di ufuk timur, matahari mulai menampakan cahayanya. Qiran pun langsung segera masuk kembali kerumahnya untuk bersiap-siap berangkat kuliah.

Namun, ketika ia menghentakan kakinya menuju rumah, Satpam yang tadi malam mengantarkan Alby pulang, teriak memanggilnya. Ia pun berhenti dan menoleh ke arah Satpam itu.

"Ada apa Pak?" jawabnya santai.

"Begini Non, tadi malam saya mau bilang, tapi Non Qirannya sudah tidur. Saya mau menyampaikan sesuatu, kalau sepeda Non Qiran ..."

(belum juga selesai bicara Qiran langsung menyelangnya)

"Sudah hilang!"

"Ah iya Non, kok tau? Maaf saya telat membawanya ke rumah,"

"Sudah Pak tidak apa-apa. Nanti beli yang baru lagi," ucap Qiran sambil tersenyum manis.

"Oh, baiklah Non. Semoga secepatnya terganti kan dengan yang baru." Satpam yang sering dipanggil Pak Karim itu akhirnya bisa bernapas lega, karena Qiran tidak marah sama sekali.

Qiran pun langsung masuk ke dalam rumahnya. Sementara Pak Satpam masih memandanginya.

"Benar apa yang dikatakan Dek Alby, dia gak mungkin marah. Ah senangnya pagi-pagi sudah dikasih senyuman sama orang cantik," ucap Pak Karim sambil memegang pipinya.

****

Ketika di dalam rumah ...

"Sayang!" teriak Pak Marco saat di ruang makan.

"Iya Dad. Ada apa?" ucap Qiran sembari menghampiri meja makannya.

"Ayo sarapan dulu. Oia nanti motornya, kamu kasihkan sama teman kamu yang kemarin itu. Jangan lupa, ucapkan maaf padanya," ucap Pak Marco.

"A-apa? Minta maaf? Qiran tercengang mendengar ucapan dari Pak Marco.

"Tuh kan, mulai deh. Masih belum paham kayanya dengan omongan Daddy waktu semalam tadi," ucap Pak Marco menyunggingkan bibirnya.

"He he iya Dad, aku paham," ucap Qiran dengan senyum terpaksa.

"Ya ampun apeslah aku, mana canggung lagi," ucap Qiran dalam hatinya.

******

Sementara di rumah Alby ...

Pagi itu, Bu Melin sudah selesai menyiapkan sarapan untuk anaknya. Dan tidak lama kemudian, Alby pun datang dengan berpakaian yang sangat keren dan rapi.

"Pagi Mom," sambil duduk di meja makannya.

"Pagi Sayang. Oia, nanti kamu pakai saja mobil barunya. Kebetulan sudah beres dimodifikasi, nanti Mommy naik taksi saja," ucap Bu Melin. Ia masih sibuk dengan segala macam hidangan yang akan disantapnya.

"Okey Mom. Kalau begitu, nanti aku antarkan Mommy saja dulu," kata Alby sembari menuangkan segelas teh hangat.

"Oke deh."

Sebelum berangkat, mereka pun langsung menyelesaikan sarapannya terlebih dahulu. Dan setelah itu baru mereka bersiap-siap untuk segera berangkat.

****

Suasana di Kampus UniKL ...

Pagi itu, Qiran sudah berada di kampusnya. Ia ikut berangkat bersama ayahnya, karena cuaca mendadak hujan. Setelah berada di kampus, terlihat suasana sepi sekali. Ia bahkan tidak melihat teman-temanya di ruang kelas. Namun, ada sebagian teman-temannya nongkrong di depan taman kampus. Kebetulan, ruang kelasnya tepat berada di depan taman itu.

Sambil memandangi hujan, ia berdiri dengan bersandar pada pagar tembok sambil tangan mungilnya menadahkan air hujan. Tiba-tiba seseorang tepat dibelakang Qiran, ikut menadahkan air hujan dibawah telapak tangan Qiran. Bahkan tangan satunya, memeluk pinggang Qiran yang sangat ramping dan seksi.

*

*

*

BERSAMBUNG...