Sore itu, Riki dan Amira pergi ke daerah rumah tetangga untuk menanyakan lebih jelas lagi tentang rumah itu. Mereka bertemu dengan seorang kakek dan bertanya padanya.
Riki : "Permisi Kek, apa kita bisa bicara sebentar?"
Kakek : "Iya Cu, ada apa?"
Riki : "Kakek sudah lama tinggal di daerah ini?"
Kakek : "Iya, dari sejak kecil kakek sudah tinggal disini"
Riki : "Berarti.... kakek tahu tentang rumah itu kan? rumah itu sekarang rumah kami" ujarnya sambil menunjuk rumah yang mereka tinggali dari kejauhan
Kakek itu langsung terdiam saat melihat rumah tersebut.
Amira : "Kenapa si kakek malah diam aja kak?" bisiknya
Riki : "Kakak juga gak tahu"
Kakek : "Kalian pasti sudah mendengar banyak tentang rumah itu kan?"
Amira : "Iya kek, tapi... apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah itu dulu? kenapa sekarang rumah itu dikenal angker dan disebut rumah pembawa petaka? padahal rumahnya sangat indah"
Riki : "Apa kakek bisa menjelaskan itu pada kami?"
Kakek : "Kakek tidak bisa menjelaskan apapun, tapi..."
Riki : "Tapi apa Kek?"
Kakek : "Kalian bisa tanyakan langsung pada orang yang suka menjual rumah itu"
Amira : "S..siapa orang nya kek?"
Kakek : "Dia adalah temanku dulu, namanya Sumarna. Dia tinggal di dekat hutan sana, rumahnya megah dan dia sudah menjadi orang kaya sekarang, karena hasil dari penjualan rumah itu"
Riki : "Memangnya... dulu dia siapa Kek?"
Kakek : "Dulu, dia adalah tukang kebun rumah itu, dia sangat di percaya oleh majikannya, setelah keluarga itu mati, rumah itu di berikan tanggung jawab padanya"
Riki : "Begitu ya"
Kakek : "Kakek tidak bisa memberikan jawaban apapun lagi pada kalian, tapi jika kalian perlu bantuan kakek, kalian tinggal datang saja ke rumah, itu rumah kakek" ujarnya sambil menunjuk rumahnya
Riki : "Baik, terima kasih banyak kek"
Kakek : "Iya, sama sama" jawabnya lalu pergi
Amira : "Apa kita harus pergi ke rumah Pak Sumarna sekarang?"
Riki : "Jangan Mir, jangan sekarang, kita pergi kesana besok saja, kita ajak yang lainnya"
Amira : "Ya ampun, yang lain tidak akan percaya sama kita kak"
Riki : "Hmmm, kita coba saja dulu"
Amira : "Ya sudah"
Malam itu, semua orang sudah tertidur. Hanya Riki dan Amira yang masih saja tidak bisa tidur karena sudah tahu banyak tentang rumah itu. Tiba tiba mereka mendengar teriakan Mona dari kamarnya.
"Aaaaaaaa...!!!!!!" teriaknya
"Mona?!" Ujar Amira dan Riki kaget
Semua orang terbangun dan menghampiri Mona ke kamarnya.
Riki : "Mona! kau kenapa?" ujarnya sambil membuka kamar Mona
Ternyata Mona sudah tidak ada di kamarnya.
Riki : "Ya ampun! Monaaaa... kau dimana?!" teriaknya
Amira : "Monaaa...!"
Ayah : "Cek ke kamar mandi, cepat!"
Riki pun pergi mengecek ke kamar mandi, tapi Mona tidak ada.
Riki : "Tidak ada Ayah"
Amira : "Ya ampun! T..tunggu! Ibu dan Bayu mana?"
Ayah : "Mereka di kamar"
Amira : "Kenapa mereka tidak kesini? harusnya mereka juga mengkhawatirkan Mona kan?" tanya nya heran
Aini : "Aku akan memeriksa mereka ke kamar" ujarnya sambil pergi
Riki : "Ayah! Sekarang ayah percaya dengan hal hal gaib kan? ini nyata Ayah"
Ayah : "Nyata apa? Gaib apa? mungkin Mona sedang main keluar dan tidak bilang dulu sama kita"
Amira : "Keluar kemana Ayah?! Mona tidak punya teman disini" tanya nya kesal
Ayah : "Kalian terlalu sering menonton film horor!!!"
Tiba tiba....
Aini : "Ayaaaaah....!!!" suara teriakan Aini dari bawah
Riki, Amira dan Ayah bergegas pergi ke bawah untuk melihat Aini. Sesampainya di bawah mereka sangat terkejut karena melihat Aini sudah melayang dan entah apa yang terjadi padanya.
Riki : "A... Aini?!"
Amira : "A..apa yang terjadi?"
Aini : "Kaaak....toloooong! T...tiba tiba aku melayang dengan sendirinya, tolong! Ya ampun aku takuuut!!!"
Amira : "Kak Riki, Ayah! apa yang harus kita lakukan?"
Aini : "Toloooong!" teriaknya sambil menangis
Amira : "Aini kau tenang dulu oke? K... kita akan cari bantuan"
Aini : "A..aku.. aku... aku takut!"
Tiba tiba seperti ada yang melemparnya, Aini terjatuh dengan sendirinya dan jatuh ke meja kaca, perutnya tertusuk kaca dan bersimbah darah.
"Ainiiiiii....!!!!" teriak semua orang
Mereka langsung menghampiri Aini yang kini sudah tidak bernyawa lagi.
Riki : "Aini! Aini bangun!" ujarnya lalu mengambil Aini ke pangkuannya
Amira : "(Memegang nadinya) T.. tidak"
Ayah : "Kenapa Amira?"
Amira : "A..Aini.. dia..."
Riki : "Tidak mungkin! Aini tidak mungkin mati, Aini banguuun!!!"
Aini akhirnya mati di tangan penunggu rumah itu. Mereka begitu merasa terpukul setelah kejadian itu. Di tambah lagi Ibu, Bayu dan Mona yang hilang entah kemana sejak malam kematian Aini.